TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Tim Friede, warga Amerika Serikat (AS), memiliki pengalaman pernah digigit ular berbisa hingga 200 kali.
Namun dia hingga saat ini masih selamat dengan menyuntikkan 700 serum antibisa agar terhindar dari racun ular yang mematikan.
Friede mengaku pernah digigit berbagai macam jenis ular seperti ular Mamba, Kobra, Taipan, dan ular Krait.
Tujuan awalnya, Friede ingin membangun imunitas agar terlindungi saat memegang ular.
Namun ia mengatakan sempat mengacau ketika dua ular kobra menggigitnya, dan membuatnya koma.
“Saya tak ingin mati. Saya tak ingin kehilangan jari. Saya tak ingin tak bisa bekerja,” ujarnya dikutip dari BBC, Minggu (4/5/2025).
Motivasi Friede adalah membangun terapi penanganan gigitan ular yang lebih baik di seluruh dunia.
“Ini menjadi gaya hidup, dan saya terus mendorong sekeras mungkin, demi orang-orang yang berada jauh sekitar 8.000 mil dari saya, yang tewas karena gigitan ular,” ucapnya.
Darahnya kebal
Darah seorang pria yang telah lebih dari 200 kali digigit ular berbiasa mampu menghasilkan antibisa tak tertandingi.
Antibisa tersebut ditemukan dari dalam darah Tim Friede.
Terapi antibisa saat ini harus disesuaikan dengan spesies ular berbisa yang menggigit seseorang.
Friede yang melakukan misi selama 18 tahun untuk menemukan antibisa universal untuk semua gigitan ular menjadi langkah penting.
Bisa ular dilaporkan mampu membunuh hingga 14,000 orang per tahun, dan menyebabkan tiga kali lebih banyak untuk korban yang harus melakukan amputasi atau mengalami kecacatan permanen.
Sekelompok penelti yang tengah mencari jenis perahanan imun yang disebut antibodi penetralisis luas yang pertama kali menemukan Friede.
Mereka menargetkan bagian yang umum pada seluruh kelas racun, alih-alih menargetkan bagian racun yang membuatnya unik.
“Seketika saya berpikir jika ada di dunia tang mengembangkan antibody penetralisi secara luas, itu pasti dia. Jadi saya menghubunginya,” kata Kepala Eksekutif Perusahaan Biotech Centivax, Jacob Glanville.
“Saat pertama kali menelpon saya berpikir ini mungkin aneh, tetapi saya ingin sekali mendapatkan sedikit darah Anda,” tambahnya.
Friede pun setuju dan penelitian tersebut telah mendapat persetujuan etis, karena hanya mengambil darah, dan tak memberinya lebih banyak bisa.
Menurut Dr Glanville, ini adalah perlindungan yang tak tertandingi, dan mengatakan bahwa antibisa dari darah Friede kemungkinan besar mencakup sejumlah besar elapid yang saat ini belum memiliki antibisa.
Elapid merupakan satu dari dua keluarga ular berbisa, seperti ular karang, mamba, kobra, taipan dan kraits.
Elapid biasa menggunakan neurotoksin dalam bisa mereka, yang melumpuhkan korban dan berakibat fatal jika menghentikan otot-otot yang dibutuhkan untuk bernapas.
Tim saat ini mencoba menyempurnakan antibody lebih lanjut dan melihat apakah penambahan komponen keempat dapat menghasilkan perlindungan total terhadap bisa ular elapid
Kelas ular berbisa lainnya lebih mengandalkan hemotoksin yang menyerang darah, daripada neurotoksin.
Secara total, ada sekitar selusin kelas racun dalam bisa ular, yang juga mencakup sitotoksin yang secara langsung membunuh sel.
“Saya pikir dalam 10 atau 15 tahun ke depan kita akan memiliki sesuatu yang efektif terhadap masing-masing kelas racun tersebut,” kata salah satu peneliti Universitas Columbia, Profesor Peter Kwong.