VIDEO Asal Usul Tradisi Palang Pintu: Antara Adab, Lelucon, dan Identitas Orang Betawi
Fredderix Luttex May 05, 2025 03:31 AM

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH — Tradisi palang pintu menjadi salah satu kekayaan budaya Betawi yang acapkali dihadirkan dalam momen pembukaan acara maupun prosesi pernikahan. 

Aksi adu pantun, silat, hingga canda tawa dalam tradisi ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi menyimpan filosofi mendalam terkait adab, keberanian, dan karakter masyarakat Betawi.

Diceritakan oleh Kiki Zaharudin selaku pemerhati budaya sekaligus pemilik Sanggar Sekojor di Jakarta Barat, hadirnya palang pintu bermula dari tradisi leluhur.

Yakni, ketika seorang pria hendak melamar anak perempuan di sebuah keluarga.

Kala itu, lamaran bukan hanya tentang membawa niat baik, tapi juga tentang menunjukkan kesiapan mental dan fisik.

Dalam tradisi tersebut, pelamar harus menunjukkan keseriusannya dengan cara silaturahmi kepada keluarga sang pujaan hati.

Salah satu cara untuk mencuri perhatian keluarga calon adalah dengan pantun atau dialog sastra.

"Orang-orang Betawi berbicara dan berkomunikasi melalui pantun. Contohnya misalnya 'Jalan jauh mutar-mutar, pulangnya beli kedongdong. Kalau tamu udah nyampe, tikernya keluarin dong'," kata Kiki saat ditemui Warta Kota di Kantor Walikota Jakarta Barat, Jumat (2/5/2025).

Meski tidak memiliki dasar hukum formal, palang pintu memiliki aturan tak tertulis yang dijaga lewat kesopanan dan keluwesan dalam bertutur.

"Sepanjang masih beretika dan beradab, kita maklumi," ujar Kiki.

Menurutnya, semua daerah memiliki tradisi palang pintu tersendiri yang unik. Namun di Betawi, palang pintu biasanya identik dengan "banyolan" (candaan) yang mengundang gelak tawa.

"Orang Betawi hobinya banyolan. Ngebanyolnya kan tajam-tajam. 'Timbang kopi aja lo kagak punya. Lo datang ke rumah gue, gue ada'. Maksudnya bukan dia punya kopi, tapi gue ada (di rumah), orangnya yang ada di rumah," jelas Kiki.

Kiki berujar, kemampuan membanyol merupakan seni tersendiri dan sarana komunikasi yang epik dalam membangun silaturahmi dan komunikasi.

Tak heran jika dalam palang pintu, adu pantun dan sindiran kocak menjadi bagian yang dinanti setiap acara-acara besar di DKI Jakarta.

Oleh karena itu, kata Kiki, tradisi palang pintu bukan sekadar seremoni, tapi juga cerminan identitas Betawi yang kaya, terbuka, dan jenaka. (m40)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.