Ekonomi RI Melambat ke 4,87 Persen, Pemerintah Perlu Genjot Belanja-Investasi
kumparanBISNIS May 05, 2025 03:00 PM
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 melambat ke 4,87 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan terkontraksi 0,89 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq). Untuk itu pemerintah disebut perlu menggenjot realisasi belanja dan investasi agar perekonomian mencapai target di tahun ini 5,2 persen (yoy).
Analis Panin Sekuritas, Felix Dermawan, melihat realisasi belanja negara, dorongan investasi sampai upaya menjaga daya beli masyarakat perlu dilakukan agar pertumbuhan ekonomi di kuartal selanjutnya dapat membaik.
“Langkah-langkah seperti peningkatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), pembangunan infrastruktur, dan reformasi regulasi untuk kemudahan berusaha dapat menjadi katalis positif bagi perekonomian,” kata Felix kepada kumparan, Senin (5/5).
Terkait respons pasar, Felix melihat pasar merespons perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I secara tenang.
“Di mana hal tersebut ditopang oleh penguatan rupiah ya yang sudah di kepala Rp 16.300 an/USD hari ini. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar telah mengantisipasi perlambatan ini dan menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih reasonable,” ujarnya.
Per Senin (5/5) pukul 11.41, berdasarkan data RTI Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menguat 0,48 persen (+32.857) ke level 6.848,587. Sementara untuk rupiah berdasarkan data Bloomberg berada di level Rp 16.430 atau sempat terkoreksi tipis 0,4 persen.
Felix melihat perlambatan yang terjadi masih dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat, belanja pemerintah yang rendah, dan investasi yang belum pulih sepenuhnya akibat tekanan global dan juga transisi dari pemerintahan baru dengan berbagai program baru.
“Namun, optimisme konsumen yang masih terjaga dan ekspektasi terhadap kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan memberikan dukungan terhadap pasar saham,” kata Felix.
Sementara itu, ekonom dari CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat tenangnya respons pasar disebabkan oleh pasar yang sudah memiliki dugaan sehingga perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak mengejutkan.
“Pasar sudah membaca sinyal ini sejak awal tahun, terutama setelah beberapa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia,” kata Yusuf.
Terkait rupiah yang terkoreksi tipis, Yusuf melihat pasar valas merespons dengan kalkulasi hati-hati karena ekspektasi buruk sudah diantisipasi. Untuk IHSG yang terus menguat Yusuf melihat hal ini banyak didorong oleh rotasi portofolio jangka pendek dan keyakinan terhadap emiten besar yang masih tangguh.
Ke depan, Yusuf berpesan agar pemerintah perlu mengambil langkah yang lebih terarah dan terukur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar target tahunan tetap tercapai.
“Belanja pemerintah harus dieksekusi lebih cepat dan tepat sasaran, terutama di sektor infrastruktur dasar dan bantuan sosial produktif,” ujarnya.
“Reformasi struktural juga perlu terus digalakkan, seperti mempercepat kemudahan investasi dan efisiensi birokrasi agar sektor swasta kembali percaya diri untuk ekspansi,” lanjutnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.