Senja di Hari Tua Tanpa Sandaran (Kisah Pensiunan)
Syarif Yunus May 05, 2025 03:40 PM
Entah kenapa, banyak orang yang bekerja kesannya meremehkan program pensiun? Seakan-anak karena pensiun masih lama, lalu tidak mau mempersipakan masa pensiunnya. Ditanya kenapa tidka menabung untuk hari tua? Katanya gajinya pas-pasan, tidak tahu manfaat dana pensiun, dan segudang alasan lainnya. Begitulah faktanya hari ini, banyak orang tidak mau mempersiapkan masa pensiun atau hari tua. Ini kisah fiktif di hari tua yang patut menjadi Pelajaran.
-----
Di sebuah pinggiran kota Jakarta, hiduplah seorang pria bernama Pak Wiryo, usianya 61 tahun. Dahulu ia adalah pegawai perusahaan swasta, bekerja dari pagi hingga malam selama lebih dari tiga dekade. Ia rajin, tidak pernah absen, dan selalu menerima gaji bulanan dengan rasa syukur.
Namun, satu hal yang tidak pernah ia pikirkan: masa tua.
Semasa muda, Pak Wiryo merasa tubuhnya kuat dan penghasilannya cukup. Saat bekerja ia sangat gagah dan energik. Ia menikah, membesarkan tiga anak, dan menghabiskan sebagian besar uangnya untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit untuk bersenang-senang. Ia tidak memiliki “jaminan hari tua”, apalagi dana pensiun. Sama sekali tidak ikut program dana pensiun swasta, apalagi menabung secara rutin.
“Aku ini orang sederhana, nggak usah mikir pensiun segala. Asal bisa makan dan anak sekolah, sudah cukup,” begitu katanya dulu kepada rekan kerjanya yang mencoba mengajak ikut program pensiun.
Waktu berlalu. Usia pun menua. Perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar saat ia berumur 52 tahun. Tidak ada pesangon. Tidak ada uang pensiun. Ia hanya bisa termenung saat kantornya tutup. Tidak ada tabungan untuk masa pensiunnya.
Anak-anaknya kini tinggal jauh, hidup pas-pasan dengan keluarganya masing-masing. Sesekali mengirim uang, tapi tidak cukup untuk kebutuhan harian Pak Wiryo dan istri di usia tua. Kini, setiap pagi, Pak Wiryo berjalan kaki menjajakan gorengan buatan istrinya ke warung-warung sekitar rumahnya. Terkadang hasilnya hanya cukup untuk makan nasi dan tempe. Kadang-kadang, harus berpuasa. Yang paling menyakitkan baginya adalah saat tubuh mulai rapuh. Kaki sakit, penglihatan kabur, dan batuk tidak kunjung reda. Tapi berobat bukan prioritas, karena uang tidak punya. Ia hanya bisa menatap langit sore dari beranda depan rumahnya, berharap ada keajaiban di hari esok.
“Seandainya dulu aku menabung untuk masa pensiun, mungkin sekarang aku tidak harus menjual gorengan saat tubuhku sendiri sudah melemah,” gumamnya pelan.
Di senja yang masih rerik Pak Wiryo terduduk tanpa sandaran. Hari tua yang tidak punya pegangan secara finansial. Pak Wiryo telah memberi pelajaran yang mahal: masa tua adalah masa yang sangat nyata, dan tanpa persiapan, hidup bisa menjadi begitu sunyi dan berat.
----
Selain berhemat, mulialah menabung sejak dini untuk masa pensiun. Karena kita tidak pernah tahu akan seperti apa di hari tua? Lebih baik “sedia paying sebelum hujan”. Semakin awal kita mulai menabung untuk pensiun, semakin besar dana yang bisa terkumpul berkat hasil investasinya. Iya nggak? Salam #Yuk Siapkan Pensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM