Hollywood Ngamuk Dengar Trump Tetapkan Tarif 100 Persen ke Semua Film Luar Negeri
Facundo Chrysnha Pradipha May 06, 2025 09:34 AM

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif 100 persen ke semua film-film yang dibuat di luar negeri, Minggu (4/5/2025).

Donald Trump mengatakan, tarif untuk film-film yang dibuat di luar negeri ini untuk membantu industri film Amerika yang sedang sekarat.

"Ini adalah upaya bersama oleh Negara lain dan, oleh karena itu, merupakan ancaman bagi Keamanan Nasional. Selain itu, ini adalah pesan dan propaganda," kata Trump, dikutip dari Reuters.

Trump mengatakan dirinya sudah memberikan wewenang kepada lembaga terkait, seperti Departemen Perdagangan, untuk segera memproses penerapan tarif 100 persen ini.

"Kami ingin film dibuat di Amerika, lagi!" ungkap Trump.

Menanggapi rencana Trump, para pembuat film dan pemodal di Hollywood marah.

Mereka merasa bingung dengan rencana Trump mengenakan tarif 100 persen ke film-film yang dibuat di luar negeri AS.

"Sekilas, ini mengejutkan dan akan menyebabkan penghentian produksi secara menyeluruh," kata salah seorang dalam industri Hollywood, dikutip dari CNN.

"Namun pada kenyataannya, dia (Trump) tidak memiliki yurisdiksi untuk melakukan ini dan terlalu rumit untuk ditegakkan," lanjutnya.

Meski begitu, beberapa orang memiliki pandangan yang lebih terbuka, dengan menyatakan bahwa Trump tengah memulai dialog mengenai isu nyata — yang disebut “produksi yang tidak terkendali” — yang telah menyebabkan banyak warga Amerika yang bekerja di sektor produksi film dan TV kehilangan pekerjaan.

Namun prospek pungutan film telah menimbulkan ketidakpastian lebih besar dalam bisnis yang sudah tidak stabil.

Saham Netflix dan perusahaan hiburan besar lainnya turun pada hari Senin karena investor mencerna komentar Trump yang membingungkan.

"Dalam bentuknya saat ini, tarif tersebut tidak masuk akal," ucap Wakil Ketua United Talent Agency, Jay Sures kepada CNN.

Aktor dan sutradara Amerika, tambah Sures, umumnya lebih suka bekerja di dekat rumah.

"Namun, faktanya, lebih murah bagi studio Hollywood untuk membayar semua orang untuk naik pesawat, membayar hotel, karena biaya tenaga kerja, kurangnya potongan harga, dan kemampuan untuk membuat barang-barang di luar negeri jauh lebih murah," ungkap Sures.

Sures mencatat bahwa membuat film di luar negeri bisa jauh lebih murah, sehingga tarif menyeluruh “bisa membuat bisnis film terhenti – yang merupakan hal terakhir yang dibutuhkan Hollywood setelah dua pemogokan dan resesi konten”.

Beberapa sumber industri meragukan bahwa rencana tarif semacam itu akan benar-benar dilaksanakan.

Sebagai kekayaan intelektual, film merupakan bentuk layanan – bukan barang.

Layanan biasanya tidak dikenakan tarif, dan tidak jelas bagaimana tarif Trump pada film asing akan berlaku.

Lebih jauh lagi, pernyataan Trump bahwa produksi film asing merupakan “ancaman keamanan nasional” mungkin tidak akan bertahan dalam pemeriksaan hukum.

Namun, para pemimpin industri hiburan menanggapi kemungkinan tersebut dengan serius.

Beberapa eksekutif telah menghubungi Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengenai usulan tarif tersebut, menurut dua sumber yang mengetahui diskusi tersebut.

Belum Final

Terkait kegaduhan yang Trump buat, Gedung Putih mengatakan belum ada keputusan akhir terkait penetapan tarif 100 persen terhadap film-film luar negeri.

"Meskipun belum ada keputusan akhir tentang tarif film asing yang dibuat, pemerintah sedang menjajaki semua opsi untuk melaksanakan arahan Presiden Trump guna menjaga keamanan nasional dan ekonomi negara kita sekaligus menjadikan Hollywood hebat kembali," ucap Juru Bicara Gedung Putih, Kush Desai, dikutip dari The Guardian.

Akibat dari pengumuman Trump ini, saham di platform streaming dan perusahaan produksi AS turun seketika.

Seperti Netflix yang mengalami penurunan 1,7 persen pada Senin (5/5/2025) sore.

Sementara Amazon mengalami penurunan 1,5 persen, Warner Bros Discovery dan Paramount masing-masing turun 1,1 persen dan 1 persen.

Di Australia dan Selandia Baru, para pembuat undang-undang di negara-negara tersebut menanggapi bahwa mereka akan mengadvokasi industri film masing-masing.

Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan pimpinan badan pemerintah Screen Australia mengenai tarif yang diusulkan dan bahwa "tidak seorang pun boleh meragukan bahwa kami akan dengan tegas membela hak-hak industri layar Australia".

Perlu diketahui, Australia dan Selandia Baru merupakan pusat produksi utama untuk waralaba global seperti seri Lord of the Rings, The Hobbit, dan berbagai film Marvel.

"Kita harus melihat detail dari apa yang akhirnya muncul. Namun, kita jelas akan menjadi pendukung yang hebat, pendukung yang hebat bagi sektor tersebut dalam industri tersebut," kata Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon.

Di Inggris, seorang anggota parlemen juga memperingatkan bahwa tarif tersebut “tidak sesuai dengan kepentingan bisnis Amerika”.

Serikat media Inggris, Bectu mendesak pemerintah Inggris untuk melindungi sektor film “penting” di negara tersebut, dengan memperingatkan bahwa puluhan ribu pekerjaan lepas dapat terancam.

Associated Press melaporkan bahwa film-film blockbuster besar dan produksi-produksi kecil biasanya mengambil adegan di AS dan internasional.

Proyek-proyek berbujet besar sering kali menjangkau banyak negara.

Selama bertahun-tahun, menurut AP, program insentif telah memengaruhi lokasi pembuatan film, yang semakin mendorong produksi film dari California ke negara bagian dan negara yang menawarkan insentif pajak yang lebih menguntungkan, seperti Kanada dan Inggris.

Menurut FilmLA, sebuah lembaga nirlaba yang melacak produksi di wilayah Los Angeles, produksi film dan televisi di LA telah turun hampir 40 persen selama dekade terakhir.

(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.