TRIBUNNEWS.COM - Program pendidikan militer untuk pelajar di Jawa Barat sudah mulai berjalan di sejumlah daerah.
Program pendidikan militer ini digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi untuk siswa yang bermasalah.
Terbaru ini, Dedi Mulyadi juga berencana membuat program pendidikan militer untuk orang dewasa.
"Saya lihat nanti sebulan ke depan, setelah SMP dan SMA ini berhasil, maka nanti (giliran) yang dewasa," ujar Dedi Mulyadi, dikutip dari TribunJabar.id.
Dedi menyebut, program pendidikan militer untuk dewasa menyasar kelompok yang kerap meresahkan masyarakat, terlebih untuk mereka yang sulit dipidanakan karena tindak pidananya ringan.
Selain itu, mereka yang suka nongkrong, mabuk-mabukan, hingga tawuran juga bakal jadi kelompok yang akan dikirim ke barak militer.
"Yang suka nongkrong di perempatan, mabuk-mabuk, tawuran, yang susah diproses pidananya karena tindak pidananya ringan, kalau dipidana masuk lembaga pemasyarakatan malah naik tingkat kejahatannya,"
"Itu nanti akan saya siapkan konsep dan penanganannya," ungkap Dedi Mulyadi.
Selain itu, Dedi juga berencana akan membuat program bagi pelajar yang tidak bermasalah.
"Nanti saya akan mengarahkan anak-anak SMA kelas 3 yang baik-baik, yang punya orientasi kerja, mau bikin pelatihan kerja,"
"Misalnya nanti mereka ke industri seperti BYD, itu kan diperlukan orang-orang yang sigap, terampil, visioner," ujar Dedi Mulyadi.
Diketahui, program pendidikan militer ini sudah berjalan di sejumlah kota seperti Purwakarta dan Bandung pada Jumat (2/5/2025).
Terbaru ini, 29 siswa SMA dan SMK di Kabupaten Purwakarta dikirim ke barak militer Rindam III/Siliwangi di Kota Bandung.
Pengiriman puluhan siswa tersebut merupakan respons dari meningkatnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar yang tak mampu ditangani oleh pihak sekolah maupun orang tua.
Mengutip TribunJabar.id, 29 siswa tersebut diberangkatkan ke Bandung dari Markas Kodim 0619 Purwakarta, Senin (5/5/2025), pukul 05.00 WIB.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein menuturkan, keputusan ini sudah melalui proses verifikasi mendalam.
Mereka yang dikirim merupakan siswa yang sering begadang, bolos sekolah, hingga siswa yang merokok dan konsumsi minuman keras.
"Yang dibawa ke sini itu memang sudah tidak bisa ditangani oleh orangtua dan sekolahnya,"
"Rata-rata mereka suka begadang, pagi susah bangun, bolos sekolah, nongkrong, bahkan ada yang mabuk,"
"Orang tuanya pun sudah kewalahan," ujarnya, Senin (5/5/2025).
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Rheina Sukmawati/Daenza Falevi)