Gunakan Teknologi IoT dan AI, Gandrung Tirta Dorong Produktivitas Kopi Malang Naik 18 Persen
GH News May 07, 2025 07:30 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Petani kopi di Desa Ketindan, Kabupaten Malang, kini punya harapan baru untuk meningkatkan hasil panen. Lewat sentuhan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI), produktivitas kopi robusta diproyeksikan meningkat hingga 18 persen dalam tahun pertama, berkat program Gandrung Tirta.

Program ini merupakan inisiatif dari GoTo Impact Foundation (GIF) melalui platform Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0. Gandrung Tirta hadir sebagai model agribisnis kopi berkelanjutan berbasis inovasi teknologi dan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani, pemuda, dan ibu rumah tangga.

Di Desa Ketindan, dari sekitar 200 petani kopi fine robusta, tingkat produktivitasnya saat ini masih sekitar 43 persen. Angka ini mencerminkan tantangan produktivitas kopi di Indonesia secara umum, yang meski menjadi produsen terbesar keempat dunia, masih berada di peringkat ke-14 dalam hal produktivitas.

Nasrullah Aziz, perwakilan konsorsium Gandrung Tirta, menjelaskan bahwa pendekatan berbasis teknologi akan berdampak langsung pada kualitas dan efisiensi budidaya.

“Penerapan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani dalam praktik budidaya kopi berkelanjutan (Good Agricultural Practices) hingga 80%, serta mendorong peningkatan produktivitas kopi sebesar 18% pada tahun pertama,” ungkapnya.

Seiring dengan itu, pendapatan petani juga diproyeksikan meningkat hingga 15 persen.

Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, menekankan pentingnya inovasi yang berakar dari masyarakat. “Selama lima tahun bergerak bersama 138 changemakers, kami mempelajari bahwa perubahan sistemik dan berkelanjutan bukan hanya tentang menghadirkan solusi yang tepat sasaran, tapi bagaimana masyarakat bisa berdaya agar inovasi terus tumbuh di masa depan,” ujarnya.

Dia juga menyampaikan bahwa Gandrung Tirta merupakan contoh konkret inovasi kolektif yang lahir dari kolaborasi lintas sektor di Catalyst Changemakers Lab (CCLab). “Hari ini merupakan tonggak sejarah baru, tentang bagaimana potensi sumber daya lokal, semangat gotong-royong, dan teknologi, dapat menjadi kekuatan nyata untuk membawa perubahan di suatu wilayah,” tutup Monica.

Gandrung Tirta sendiri merupakan kolaborasi empat organisasi: Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social. Mereka mengembangkan tiga strategi utama: penggunaan teknologi pertanian berbasis IoT dan AI; pengelolaan limbah kopi menjadi produk bernilai tambah dan pupuk organik; serta pelatihan bagi kelompok tani dan pemuda desa agar siap mengelola agribisnis kopi secara mandiri.

Pemerintah Kabupaten Malang menyambut baik inisiatif ini. Kepala Bappeda, Ir. Tomie Herawanto, MP., menyebut Gandrung Tirta sebagai mitra strategis menuju transformasi ekonomi hijau.

“Pengembangan agribisnis tidak hanya soal peningkatan produktivitas untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memastikan keberlanjutan daya dukung SDM dan lingkungan,” ujarnya.

Menurut Timur, program ini sejalan dengan target indeks ekonomi hijau Kabupaten Malang sebesar 66,84% pada tahun 2045.

Peluncuran Gandrung Tirta menjadi penutup rangkaian peluncuran solusi CCE 3.0 yang sebelumnya telah dilaksanakan di Magelang, Lombok Tengah, dan Belitung. Dalam waktu satu tahun ke depan, para changemakers akan fokus membangun fondasi agar inovasi-inovasi tersebut bisa tumbuh secara mandiri bersama masyarakat. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.