BATAM, TRIBUNBATAM.id - Tiga tiang silinder tampak mencuat dari permukaan laut di kawasan Karang Singa, perairan paling utara Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia.
Di atas gelombang yang kuat, sejumlah pekerja terlihat berjibaku di atas platform baja, merangkai struktur Menara Suar yang digadang-gadang sebagai simbol kedaulatan Indonesia.
Pembangunan menara ini dimulai dua tahun lalu, tepatnya pada 2023 sebagai proyek multiyears yang didanai melalui SBSN dari APBN Kementerian Perhubungan.
Proyek senilai lebih dari Rp70 miliar itu ditargetkan rampung pada Juli 2025.
Namun, hingga saat ini platform masih dalam progres pembangunan.
Belum dapat dipastikan akan selesai tepat waktu, atau akan ada perpanjangan.
Mercusuar ini lokasinya berada tepat di jalur lintasan internasional, membuat menara ini punya peran ganda-- penanda navigasi dan batas kedaulatan negara.
"Wilayah ini sangat strategis, berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura. Sudah sewajarnya kita memiliki menara suar di perbatasan itu," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi, saat meninjau progres pembangunan, baru-baru ini.
Antoni menyebutkan, pembangunan kini telah mencapai 87 persen.
"Sekarang lagi bangun inner bore, platform, sama untuk samping-sampingnya kemudian material sudah ada di sana," sebut Antoni.
Material utama sudah berada di lokasi, meski tantangan arus laut yang kuat sempat menyulitkan tim saat hendak naik ke platform.
"Fungsi utama menara ini tentu untuk keselamatan pelayaran, sebagai penanda navigasi di jalur yang sangat padat nyaris 100.000 kapal lewat tiap tahun. Selain itu, ini juga menjadi tanda batas negara kita," lanjut Antoni.
Ia menambahkan, keberadaan menara ini menjadi langkah pembanding terhadap fasilitas serupa yang dimiliki negara tetangga.
"Berkat koordinasi dengan Pak Deputi, kita bisa lihat bagaimana negara sebelah sudah membangun. Kita juga ingin seperti itu," tuturnya.
Soal manfaat, Antoni menekankan bahwa ini tak hanya soal pelayaran, tetapi juga pertahanan.
"Kita harapkan pelayaran di sini berjalan lancar dan aman terkendali. Dari sisi pertahanan, ini penting sekali bagi kedaulatan kita. Samping kita sudah membangun, kita juga harus membangun,” tegasnya.
Rolando, staf pekerja proyek, menjelaskan Menara Suar Karang Singa nantinya akan memiliki tinggi total 17 meter, dengan 12 meter struktur menara dan 5 meter dari dasar laut ke platform.
"Untuk lampunya, kami rancang dengan jangkauan 20 nautical miles atau sekitar 30 kilometer," sebutnya.
Ia menambahkan, saat ini pembangunan masih berfokus pada struktur utama menara, dengan sumber listrik menggunakan tenaga surya.
"Tender proyek ini dimenangkan oleh PT Pacific Multindo Permai dari Batam, dan kini ada sekitar 30 pekerja yang terlibat langsung di lapangan," kata Rolando.
Dengan konstruksi yang lebih besar dari penanda sebelumnya, menara ini diharapkan tidak mudah tertabrak kapal.
Dimana hal tersebut menjadi masalah yang sebelumnya kerap terjadi, karena ukuran penanda terlalu kecil dan tak terlihat jelas dari kejauhan. (Tribunbatam.id/Ucik Suwaibah)