Tiga Dekade Kampung Boncos Dikenal Jadi Sarang Narkoba, Ini Alasan Para Bandar Bisa Sangat Leluasa
Dwi Rizki May 08, 2025 05:31 PM

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Kampung Boncos, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat sejak lama dikenal sebagai kampung narkoba di Jakarta. 

Sudah menjadi 'rahasia umum', bahwa sebagian besar warga di kampung padat penduduk ini berprofesi sebagai pengecer dan bandar narkoba selama tiga dekade belakangan.

Menanggapi hal itu, Kepala BNN RI, Komisaris Jenderal Marthinus Hukom menerangkan, ada beberapa alasan warga takut melapor ke pihak kepolisian terkait dengan peredaran narkoba.

Pertama adalah adanya simbiosis mutualisme (saling dapat keuntungan) yaitu para bandar atau pengedar memberikan narkoba kepada warga sekitar.

Cara ini, akan membuat warga memiliki hubungan emosional dengan pengedar maupun bandar narkoba di Kampung Boncos.

"Lalu kemudian narkoba ini kan dia adiktif maka ketika orang sudah merasakan dia akan berupaya untuk memakai terus. Nah supaya dia bisa punya kemampuan untuk membeli yaudah sekalian aja kamu jual kira-kira seperti itu," tuturnya.

Alasan kedua, lanjut Marthinus, setelah terjadi simbiosis mutualisme maka ada hubungan yang terbangun yaitu shield (melindugi) dan kor (koordinator). 

Ia pun meminta agar seluruh lapisan masyarakat menguatkan kembali dukungan untuk memberantas peredaran narkoba.

"Sehingga ada kepercayaan diri para patron-patron (pendukung) tradisional ini untuk bersama-sama dengan masyarakat dan kita usir para bandar dari Kampung Boncos. 

"Sukses kita adalah bagaimana kita mengusir bandar dari kampung dan menangkap, bukan hanya mengusir dan menangkap maka kita sudah mulai mengidentifikasi siapa yang masuk ke sini dan rata-rata bukan orang sini," ungkapnya.

Marthinus sempat berbicara dengan sejumlah tokoh di Kampung Boncos, bahwa pengedar narkoba rata-rata dari luar wilayah yang datang untuk ngekost.

Para pengedar ini kemudian secara bertahap menawarkan barang haramnya kepada warga sekitar.

Jenderal bintang 3 itu bakal terus mengejar para bandar dan pengedar di Kampung Boncos demi membuat wilayah tersebut bebas narkoba.

"Mereka main petak umpet karena mereka punya kekuatan untuk kontra deteksi, tapi percayalah sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga dan kita pasti, negara pasti harus lebih kuat dari mereka," imbuhnya.

Sejarah Kampung Boncos

Terdapat sebuah permukiman di bilangan Jakarta Barat yang sudah dalam beberapa dekade ini dikenal sebagai kampung Narkoba.

Permukiman ini dikenal dengan nama Kampung Boncos, yang terletak di Kelurahan Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat.

Berdasarkan arsip harian Kompas, antara tahun 2002 dan 2004, peredaran narkoba di Kampung Boncos seperti pasar.

Baru pada tahun 2005, peredaran narkoba di kampung ini tidak begitu terbuka lagi karena operasi rutin yang terus dilakukan aparat kepolisian.

Walau tidak ada lagi transaksi narkoba secara terang-terangan, nyatanya peredaran narkoba di Kampung Boncos belum benar-benar berhasil diberangus.

Terakhir, Kepolisian Sektor Palmerah kembali menggerebek kampung rawan peredaran narkoba di Kampung Boncos pada Selasa (25/10/2022).

Karena peredaran narkoba sudah menjadi hal yang umum, warga Kampung Boncos sudah terbiasa melihat transaksi dan penggerebekan narkoba di tempat tinggal mereka.

Menurut warga banyak orang dari luar yang masuk ke kampung mereka hanya untuk membeli narkoba jenis sabu.

Tak hanya jual-beli narkoba, nyatanya juga ada beberapa bisnis sampingan yang ikut subur.

Di bulan Oktober ini, polisi menemukan ada pasangan suami istri yang kedapatan jual bong sabu rakitan di kampung itu.

Di era dekade 60 hingga 70-an, kampung lebih dikenal dengan sebutan Kirai-Gipang atau Gipang. Kala itu belum ada permukiman di wilayah Kampung Boncos.

Baru saat memasuki tahun 1980-an, daerah ini berubah menjadi lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan berangkal.

Lambat laun, lahan kosong itu lalu diserbu para pemulung besi tua dan sampah daur ulang lainnya hingga menjadi sebuah perkampungan kumuh.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan Kota Jakarta semakin memancing pendatang ke ibu kota.

Ini berimbas pada Kampung Boncos yang semakin ramai didatangi pendatang dari daerah-daerah lain.

Berdasarkan penuturan tokoh masyarakat di Kampung Boncos Azwar Laware (55) kepada TribunJakarta.com, di awal tahun 2000, semakin banyak warga yang tinggal di wilayah ini.

“Mayoritas orang-orang yang mengontrak di lingkungan itu ialah kuli angkut di Pasar Tanah Abang hingga PSK (pekerja seks komersial). Ada juga warga negara asing, kebanyakan dari Afrika,” ujar Azwar.

Sejalan dengan semakin banyaknya pendatang dengan latar belakang beragam yang tinggal di Kampung Boncos, berbagai jenis narkoba pun mulai masuk ke permukiman ini.

“Dari tahun 2000-an itulah narkoba mulai masuk ke Kampung Boncos.Awalnya hanya ganja yang diperjual-belikan di wilayah ini secara sembunyi-sembunyi,” ujar Azwar yang sudah menetap di Kampung Boncos sejak tahun 1983.

Hingga akhirnya pada tahun 2002, saat heroin mulai populer di Indonesia, Kampung Boncos berubah menjadi lokasi peredaran narkoba secara terang-terangan.

"Itu orang jual beli narkoba sudah seperti jual kambing. Tidak ada malu-malunya, padahal mereka semua pendatang bukan warga asli sini," terang Azwar.

Menurut arsip pemberitaan Kompas Juli 2007, sejak awal 2005 Kampung Boncos menjadi sasaran operasi rutin polisi yang menertibkan "pemain" narkoba.

Penggerebekan besar-besaran dilakukan pada awal dan pertengahan Juni 2005, saat itu polisi menangkap 19 orang yang terdiri dari pengedar, pemakai, kurir, dan bandar narkoba.

Kepada Kompas, Ketua RT 06 RW 03 Kampung Boncos, Sunoto, menuturkan sejak tahun 2002 hingga pertengahan 2007 sudah 17 warga RW 03 yang meninggal dunia akibat penyalahgunaan narkoba.

Salah satunya, Asri, warga Tangerang, justru meninggal di dalam kamar MCK yang dikelola Sunoto.

Kala itu, waktu paling rawan, yang biasa digunakan sekelompok warga di sini, adalah antara pukul 05.00 dan 06.30 serta pukul 18.00 dan 20.00.

Saking parahnya peredaran narkoba di kampung ini, sejumlah warga setempat yang dimotori para ketua RT, tokoh agama, dan polisi terus melakukan penyuluhan dari tahun ke tahun.

Namun, masih saja ada warga yang kucing-kucingan, tetap mengedarkan dan memakai narkoba.

Kampung Boncos yang berusaha bersih dari narkoba rupanya tidak pernah benar-benar terbebas dari narkoba.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.