TRIBUNNEWS.COM - Sampah yang biasanya berakhir di tempat pembuangan akhir ternyata bisa disulap menjadi barang bernilai dan menghasilkan cuan. Sudah banyak buktinya, Tribunners. Salah satunya datang dari UMKM lokal asal Pulau Dewata, tepatnya di Gianyar, Bali.
Adalah Dian Suri Handayani, sosok di balik Kunang Jewelry, yang melihat potensi besar dari limbah logam kuningan. Limbah yang sering dipandang sebelah mata itu berhasil diubahnya menjadi perhiasan cantik bernilai jual.
Selama ini, perhiasan identik dengan kemewahan dan harga yang tinggi. Namun lewat Kunang Jewelry, Dian membuktikan bahwa perhiasan dari bahan daur ulang pun bisa tampil elegan dengan harga yang lebih terjangkau.
Menukil dari laman Kompas, ide merintis Kunang Jewelry tak lepas dari profesi Dian sebelumnya yang merupakan jewelry designer yang sudah berkecimpung di dunia perhiasan selama 12 tahun lamanya.
Belasan tahun menjadi jewelry designer, Dian nyaris tak pernah terjun langsung untuk melihat proses pemilihan material. Namun, semua berubah ketika ia mengunjungi sendiri lokasi pertambangan logam mulia di Indonesia. Ketika itu, Dian menyadari bahwa isu lingkungan yang selama ini hanya didengar, benar adanya.
Hal tersebutlah yang mendorong Dian merintis bisnis perhiasan sekaligus membawa misi untuk menyelamatkan lingkungan. Bersama dua rekannya, Dian pun mulai merintis Kunang Jewelry pada 2019 silam.
Sebelum benar-benar me-launching bisnis perhiasan tersebut, Dian menghabiskan waktu cukup lama untuk melakukan eksperimen, termasuk mencari limbah logam berkualitas yang akan digunakannya dalam proses pembuatan Kunang Jewelry.
Mengutip dari pemberitaan Bisinis.com, Dian bekerja sama dengan tiga Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di Denpasar, Bali. Dari ketiga TPST tersebut, ia membeli material kuningan dan tembaga berkualitas dengan masing-masing harga Rp95.000 per kg dan Rp120.000 per kilogram.
Dalam proses produksinya, Dian melibatkan tujuh pengrajin dari Gianyar, Badung, dan Bangli. Masing-masing memiliki keahlian berbeda, mulai dari pengolahan logam hingga pembuatan boks kemasan untuk perhiasan. Adapun untuk bahan dasar kemasan, Dian memilih bambu yang lebih kokoh, sehingga tidak lagi menggunakan bubble wrap.
Berkat jerih payahnya bersama tim, Dian mampu memproduksi 150–200 perhiasan setiap bulan dari desain internal. Jumlah ini bisa meningkat hingga 400–500 buah apabila ada pesanan khusus dari perusahaan, misalnya untuk suvenir acara.
Pasar utama Kunang Jewelry berada di Jakarta, mencakup sekitar 75 persen dari total penjualan, disusul oleh Surabaya dan Bali. Produk Kunang tersebar di empat toko mitra di Jakarta dan tiga toko di Ubud, Bali.
Tidak hanya sukses di pasar lokal, perhiasan Kunang juga telah menembus pasar internasional seperti Jepang, Jerman, Australia, dan Amerika. Dalam tiga bulan sekali, Kunang rutin mengekspor ratusan unit perhiasan.
#LokalAsri #ArahkanAksiAsrikanIndonesia #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia