Pemerintah membantah anggapan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 disebabkan oleh kebijakan efisiensi belanja negara.
Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi saat ditemui awak media di Istana Negara, Jakarta, Jumat (9/5/2025).
“Kalau dari sisi angka, memang betul terjadi penurunan sedikit. Tetapi kita mesti memahami bahwa pertumbuhan ekonomi itu tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor tertentu,” ujar Prasetyo.
Ia menjelaskan bahwa penurunan belanja pemerintah sebesar 0,38 persen yang dicatat BPS bukan satusatunya faktor penentu melambatnya pertumbuhan.
Menurutnya, penyerapan anggaran pada awal tahun memang cenderung belum optimal.
“Biasanya di kuartal pertama, belanja pemerintah belum mencapai puncaknya,” katanya.
Prasetyo menekankan bahwa efisiensi anggaran justru diarahkan pada kegiatan yang lebih produktif.
Ia menyebut sektor pertanian sebagai contoh positif dari kebijakan tersebut.
“BPS juga mencatat pertumbuhan kita dari bidang pertanian mencapai di atas 10 persen. Bidangbidang yang lain juga tumbuh positif, melebihi tahuntahun sebelumnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti situasi global yang turut berdampak pada ekonomi nasional.
Ketegangan geopolitik dan fluktuasi harga komoditas seperti emas menjadi faktor eksternal yang memengaruhi laju pertumbuhan.
“Sekarang saudarasaudara kita di India dan Pakistan bersitegang. Halhal seperti ini tentu berdampak terhadap perekonomian global, termasuk kita,” tandasnya.