TIMESINDONESIA, GARUT – Sekretaris Jenderal MPR RI, Siti Fauziah menegaskan bahwa peran guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) sangat penting dalam mengenalkan lembaga MPR serta membumikan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Empat Pilar MPR kepada generasi muda.
Menurutnya, guru-guru tersebut berada di garis depan dalam membentuk karakter dan jati diri anak sejak dini.
“Usia dini merupakan masa keemasan dalam perkembangan anak. Saat itulah memori dan emosi anak masih sangat mudah dibentuk. Apa yang mereka serap di usia ini akan menjadi fondasi utama dalam kehidupan mereka kelak,” ujar Siti Fauziah saat membuka Forum Konsultasi Publik (FKP) bertema "Metode/Pendekatan Penyebaran Informasi tentang MPR RI kepada Anak Usia Dini dan Siswa Sekolah Dasar" di Garut, Jawa Barat, Jumat (9/5/2025).
Kegiatan yang merupakan hasil kolaborasi antara MPR RI dan Dinas Pendidikan Kabupaten Garut ini melibatkan para kepala sekolah serta guru PAUD dan SD.
Hadir sebagai narasumber dalam forum tersebut antara lain Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR, Anies Mayangsari Muninggar, dan Pengawas Satuan Pendidikan, Ida Siti Faridah. Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Suryana, SPd, MPd, juga turut memberikan dukungan dalam acara tersebut.
Siti Fauziah menambahkan bahwa anak-anak usia PAUD dan SD saat ini merupakan calon generasi emas yang akan mengisi 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.
Oleh karena itu, penting untuk membekali mereka dengan semangat kebangsaan dan nilai-nilai luhur sejak dini, terutama di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi digital yang masif.
“Anak-anak sekarang bahkan sejak usia balita sudah bisa mengakses Tiktok lewat gawai. Di satu sisi ini menunjukkan kecerdasan digital mereka, namun di sisi lain bisa menjadi tantangan besar bila tidak dibarengi dengan pendidikan karakter dan nilai-nilai luhur bangsa,” jelasnya.
Menurut wanita pertama yang menjabat sebagai Sekjen MPR ini, teknologi informasi memang membawa banyak manfaat, tapi juga bisa menjadi sarana masuknya budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Ia mengingatkan pentingnya perhatian bersama agar nilai-nilai keadaban, sopan santun, dan nasionalisme tidak luntur.
Ia optimis, bila para guru mampu menggunakan metode yang tepat dalam memperkenalkan nilai-nilai kebangsaan kepada anak, maka akan tumbuh generasi yang mencintai tanah air dan memiliki kesadaran berbangsa yang kuat.
“FKP ini menjadi wadah untuk berdialog dan merumuskan strategi terbaik agar informasi tentang MPR dan Empat Pilar bisa diterima dengan baik oleh anak-anak usia dini,” tuturnya.
Ia pun menaruh harapan besar kepada para guru PAUD dan SD sebagai pelaku pendidikan paling awal yang membentuk karakter generasi bangsa.
“Di tangan bapak dan ibu guru inilah nilai seperti kejujuran, gotong royong, dan cinta tanah air ditanamkan melalui tindakan nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Anies Mayangsari Muninggar dalam pemaparannya menjelaskan tentang posisi MPR pasca-amandemen UUD. Ia menyampaikan bahwa kini MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara, tetapi setara dengan lembaga negara lainnya.
“Penting bagi para pendidik untuk memahami hal ini agar informasi yang disampaikan kepada anak-anak sesuai dengan sistem ketatanegaraan yang berlaku,” katanya.
Sedangkan narasumber lainnya, Ida Siti Faridah, mengusulkan pendekatan deep learning untuk menyampaikan materi tentang MPR kepada anak-anak. Menurutnya, pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful) akan lebih efektif.
Metodenya bisa melalui cerita, permainan simulasi, media visual, diskusi santai, kuis, bernyanyi, hingga kegiatan bermain. (*)