Industri Film Indonesia Tumbuh Pesat, Medio 2025 Sudah Tembus 33 Juta Penonton
Acos Abdul Qodir May 10, 2025 01:31 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri film Indonesia terus tumbuh pesat dengan jumlah penonton yang telah menembus 33 juta orang hingga awal Mei 2025, atau 41 persen dari total penonton sepanjang 2024.

Data ini disampaikan langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Teuku Riefky Harsya dalam konferensi pers Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025 di Mall Pacific Place, Jakarta, Jumat (9/5/2025).

“Tahun 2024 jumlah penonton film di Indonesia mencapai 82 juta orang. Sementara di awal bulan Mei 2025, jumlah penonton film di Indonesia telah mencapai 41 persen dari jumlah penonton tahun lalu,” ujar Riefky.

Lonjakan ini menandakan meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap film Indonesia, termasuk terhadap beragam genre. Salah satu contohnya adalah film animasi “Jumbo” karya Angga Sasongko yang sukses menembus 9 juta penonton dalam 40 hari penayangan di bioskop.

“Ini mencerminkan adanya market appetite yang semakin menguat terhadap keragaman genre film, pendekatan naratif, dan pengalaman sinematik dari berbagai karya anak bangsa,” tambahnya.

FSAI 2025 Hadir di 10 Kota, Sajikan Film Gratis dan Kelas Pelatihan

Sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan industri kreatif, Kedutaan Besar Australia di Indonesia kembali menggelar Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) pada 16 Mei hingga 14 Juni 2025.

Mengusung semangat kolaborasi lintas budaya, FSAI 2025 akan menayangkan film-film terbaik Australia dan Indonesia secara gratis di bioskop di 10 kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, Surabaya, Semarang, Denpasar, Mataram, Manado, dan Makassar.

“Ini bukan hanya tentang film, tapi juga perayaan persahabatan. Film memiliki kekuatan luar biasa untuk menyatukan perbedaan dan membuka ruang dialog,” tutur Duta Besar Australia untuk RI, Rod Brazier.

Total ada 12 film yang akan ditayangkan, termasuk A Royal in Paradise, Late Night with The Devil, The Dry, Mencuri Raden Saleh, dan Heartbreak Motel, serta lima film pendek Indonesia yang sarat makna.

Tak hanya menonton, publik juga diajak terlibat aktif melalui kelas pelatihan film gratis bersama mentor dari industri perfilman Australia.

Materi yang dibagikan mencakup penulisan naskah, penyutradaraan, hingga penciptaan pengalaman layar yang imersif. Pelatihan ini terbuka untuk mahasiswa film, pembuat film pemula, dan masyarakat umum. Informasi selengkapnya dapat diakses melalui situs resmi FSAI.id.

Kolaborasi Film Indonesia-Australia Jadi Peluang Ekonomi Kreatif

Melihat geliat pertumbuhan ini, Menparekraf Riefky menilai kerja sama Indonesia dengan Australia dalam sektor film menjadi peluang strategis jangka panjang.

Ia menyebut potensi kerja sama bisa meliputi pertukaran kreator, distribusi film, hingga eksplorasi produksi bersama atau co-production.

“Oleh karena itu, kami melihat adanya ruang yang luas dan menjanjikan bagi kolaborasi antara industri perfilman Indonesia dan Australia, baik melalui pertukaran kreator, distribution, hingga eksplorasi co-production yang saling menguntungkan,” tegas Riefky.

Hal senada disampaikan Dubes Rod Brazier yang menyebut kolaborasi ini mampu memperkuat posisi industri kreatif sebagai penggerak ekonomi baru di kawasan.

“Industri kreatif kita berada pada posisi yang tepat, untuk mengubah kolaborasi menjadi peluang kerja sama ekonomi ke depannya,” kata Rod.

Dengan momentum pertumbuhan yang tengah berlangsung, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadikan industri film sebagai tulang punggung ekonomi kreatif dan diplomasi budaya yang berdampak luas.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.