Jejak 125 Tahun Ursulin Cor Jesu Malang Diungkap Lewat Buku
GH News May 10, 2025 07:04 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam rangka memperingati 125 tahun kehadiran Ursulin di Kota Malang, buku berjudul “Cor Unum Et Anima Una” resmi diluncurkan pada Sabtu (10/5/2025) di Kampus Cor Jesu Malang. Buku ini mengupas secara mendalam perjalanan sejarah para suster Ursulin sejak tahun 1900 hingga 2025.

Judul buku Cor Unum Et Anima Una yang berarti “Sehati Sejiwa” diambil dari nasihat terakhir Santa Angela Merici, pendiri Kompani Santa Ursula (Ursulin). Nilai-nilai ini menjadi semboyan utama komunitas Ursulin, yang masih diabadikan di salah satu ruangan penting di Cor Jesu, yaitu ruang makan.

“Latar belakang penulisan buku ini karena banyak orang bertanya siapa sebenarnya Ursulin itu, selama ini mereka hanya melihat dari luar saja, bata merah, tanpa tahu apa yang ada di dalam. Maka, kami ingin membuka diri dan membagikan cerita. Di buku ini kami tulis, ‘Dari Ursulin untuk Semua,’” ujar penulis buku, Sr. Lucia Anggraini, OSU dalam wawancara usai peluncuran.

Buku ini bersumber dari arsip kronik Biara Kepanjen-Surabaya dan Malang (1863–1986), yang telah diterjemahkan oleh Sr. Romana Haberhausen, OSU (1915–1997) dari bahasa Belanda dan Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Tradisi penulisan kronik menjadi cara para suster terdahulu untuk mencatat kehidupan komunitas, baik di dalam maupun di luar biara.

Penulisan buku ini memakan waktu hampir dua tahun. Sr. Lucia mengakui, salah satu tantangan terbesar dalam penyusunan buku ini adalah keterbatasan sumber berbahasa Indonesia.

“Tantangannya karena sumbernya banyak berbahasa Belanda. Selain itu, saya juga bukan sejarawan, hanya anggota komunitas Ursulin yang ingin agar jejak dan identitas para suster tidak hilang, serta menjadi inspirasi bagi biara-biara lain untuk menuliskan sejarah dan identitas mereka,” jelasnya.

Dengan rentang waktu sejarah yang panjang, buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama mencakup periode awal kedatangan Ursulin di Malang tahun 1900 hingga pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir 1949. Bagian kedua memuat kisah perjalanan dari tahun 1950 hingga 2025.

Dalam proses penulisan, Sr. Lucia juga berusaha memilah peristiwa-peristiwa penting yang layak diketahui publik dan melengkapinya dengan ilustrasi serta foto-foto bersejarah.
“Penulisan ini bukan hanya dokumentasi, tapi juga bentuk napak tilas agar generasi berikutnya tidak kehilangan jejak,” imbuhnya.

Buku Cor Unum Et Anima Una untuk sementara hanya dijual di Kampus Cor Jesu sebagai edisi perdana. Meski dicetak oleh Gramedia Printing, buku ini diterbitkan secara mandiri oleh Perhimpunan Biarawati Ursulin di Indonesia, yang telah memiliki nomor ISBN sebagai penerbit resmi.

Acara peluncuran buku ini dihadiri oleh berbagai pihak yang turut memberikan komentar atas buku ini, seperti Budayaman Dan Ketua Amida Jatim, Dwi Cahyono, Wakil Prior Provinsial Ordo Karmel Indonesia, Romo Ignasius Budiono, O. CARM., dan pihak lain. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.