TIMESINDONESIA, PACITAN – Pecinta kuliner pedas di Pacitan kini punya tempat favorit baru: Seblak Teh Chu Chu, sebuah kedai kecil yang menghadirkan sensasi seblak khas Sunda dengan cita rasa autentik dan penyajian unik.
Terletak di Jalan Cut Meutia RT 05 RW 04, Krajan, Ploso, Pacitan, kedai ini menjadi primadona terutama di kalangan pelajar dan anak muda.
Makanan berkuah kental dengan isian kerupuk basah ini memang dikenal luas di tanah Sunda, tetapi kini seblak telah menjelma jadi sajian lintas daerah.
Di tangan Chuchu Siti Masithoh, pemilik kedai asal Jawa Barat, seblak dibawa menyesuaikan lidah warga Pacitan, tanpa kehilangan karakter pedasnya yang menggigit.
"Dulu saya jualan macam-macam, tapi sekarang lebih fokus ke seblak. Harganya mulai dari Rp7 ribu hingga Rp20 ribuan, tergantung jumlah topping yang dipilih," ujar Chuchu, ditulis Sabtu (10/5/2025).
Chuchu mengisahkan bahwa awalnya ia membuka kedai dengan berbagai menu seperti ayam geprek, mie jewbew, dan lotek.
Namun seiring waktu, pesanan seblak justru mendominasi hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadikan seblak sebagai menu utama.
Yang membedakan Seblak Teh Chu Chu dari seblak lain adalah konsep prasmanannya. Pelanggan bisa memilih sendiri bahan isian sesuai selera, mulai dari kerupuk, makaroni, ceker ayam, bakso, sosis, hingga otak-otak.
Tingkat kepedasan pun bisa disesuaikan, dari level 1 sampai level 5. Inovasi ini membuat pengunjung merasa lebih bebas bereksplorasi dengan rasa dan komposisi makanan mereka.
"Kalau sore, ramai banget. Apalagi anak-anak sekolah, pada suka mampir ke sini. Biasanya mereka pesan yang pedas-pedas," ujar Chuchu sambil tersenyum.
Setiap sore hari, deretan motor tampak terparkir rapi di depan kedai mungil ini. Para pelajar yang baru pulang sekolah kerap memadati meja-meja sederhana sembari menikmati seblak panas yang mengepul.
Seblak Teh Chu Chu menjadi bukti bahwa kuliner Nusantara mampu menembus sekat geografis dan budaya.
Makanan yang dulunya identik dengan wilayah Parahyangan ini kini menjadi bagian dari kehidupan kuliner masyarakat Pacitan.
Lebih dari sekadar makanan, seblak kini menjadi gaya hidup baru. Kehadirannya tidak kalah pamor dari makanan kekinian seperti ramen, tteokbokki, atau rice bowl ala Western.
Seblak juga dinilai cocok dengan selera masyarakat Indonesia yang gemar rasa gurih dan pedas. Tak heran bila menu ini semakin diminati, bahkan membuka peluang bisnis baru di bidang kuliner.
“Seblak itu fleksibel. Bisa dicampur apa saja, sesuai selera. Itu yang bikin orang senang dan ketagihan,” tambah Chuchu.
Dalam seblak, pelanggan bisa berkreasi sendiri hingga memilih isian, menentukan tingkat pedas, bahkan mencampur topping yang tidak lazim sekalipun.
Tak hanya menawarkan sensasi pedas yang membakar lidah, Seblak Teh Chu Chu juga menyuguhkan pengalaman makan yang seru dan personal. Harga yang bersahabat menjadikannya favorit pelajar dan mahasiswa.
Dengan strategi sederhana tapi efektif, Chuchu berhasil membawa makanan khas kampung halamannya menjadi kuliner populer di kota perantauan.
Kini, kedai Seblak Teh Chu Chu menjadi rujukan utama para pencinta makanan pedas di Pacitan.
Bagi Anda yang sedang berkunjung atau tinggal di Pacitan, tempat ini layak masuk dalam daftar kuliner yang wajib dicoba. (*)