TRIBUN-MEDAN.com - Seorang wanita hamil enam bulan mengungkap kisah emosional yang ia alami selama kunjungan pulang kampung ke rumah mertuanya.
Hal yang awalnya ia anggap sebagai liburan menyegarkan justru berakhir dengan temuan mengejutkan yang membuatnya mempertanyakan kenyataan dalam rumah tangganya.
Dikutip dari Eva.vn Minggu (11/5/2025), wanita yang tidak disebutkan namanya itu menceritakan bagaimana ia dan suaminya memutuskan pulang ke kampung halaman sang suami di daerah pesisir untuk libur panjang akhir April hingga awal Mei.
Meski kehamilannya sudah cukup besar, ia tetap merasa cukup sehat dan berharap bisa menikmati suasana pedesaan.
Namun, sejak pertama kali tiba di rumah, ia merasakan suasana yang ganjil.
“Ibu mertua saya tampak senang tapi tidak berani menatap mata saya. Ayah mertua jadi pendiam. Keponakan yang biasanya akrab malah menjauh,” tulisnya.
Kecurigaan itu memuncak saat tengah malam ia terbangun karena sakit punggung dan mendengar percakapan antara suami dan ibu mertuanya.
Dalam percakapan itu, sang suami menyebut bahwa ia akan memberi tahu sesuatu setelah sang istri melahirkan. Kalimat yang menggantung itu membuat sang istri gelisah semalaman.
Keesokan harinya, tanpa disengaja ia menemukan dokumen hasil pemeriksaan kesehatan suaminya di laci meja milik ibu mertua.
Dokumen tersebut menunjukkan bahwa sang suami telah didiagnosis mengalami infertilitas lebih dari dua tahun lalu, jauh sebelum mereka menikah.
Kesimpulan medisnya jelas, kualitas sperma sangat rendah, dan kemungkinan untuk memiliki anak secara alami hampir tidak ada.
“Saya syok. Kalau dia mandul, lalu siapa ayah dari anak yang saya kandung?” tulisnya dengan jujur.
Namun alih-alih meledak dalam kemarahan, ia memilih untuk berbicara baik-baik dengan suaminya.
Dalam percakapan yang emosional, sang suami mengakui bahwa ia pernah berpikir untuk mundur dari hubungan karena takut mengecewakan.
Ia telah mencoba berbagai pengobatan dan terapi, mengubah gaya hidup, dan tetap berharap.
Saat tahu sang istri hamil, ia justru dihantui ketakutan, bahwa kehamilan itu akan memunculkan kecurigaan, atau bahkan tuduhan.
“Dia menyembunyikannya bukan karena tak percaya padaku, tapi karena begitu mencintaiku dan takut kehilangan aku,” tuturnya.
Ibu mertua pun ikut menguatkan dengan pelukan dan air mata, meminta maaf karena telah merahasiakan kondisi anaknya.
Kini, menjelang kelahiran anak pertamanya, sang wanita justru merasa lebih kuat.
“Cerita ini bukan tentang pengkhianatan atau orang ketiga, tapi tentang cinta yang takut kehilangan,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa kehamilan bukan hanya perjuangan fisik perempuan, melainkan juga perjalanan emosional bagi pasangan.
Kadang, cinta juga diwujudkan lewat diam, meskipun terlihat canggung dan salah.
(cr31/tribun-medan.com)