Film Cocote Tonggo Tayang Serentak 15 Mei 2025, Berharap Pariwisata Kota Solo Semakin Maju
Facundo Chrysnha Pradipha May 13, 2025 01:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Layar bioskop The Park Cinema XXI Solo menjadi saksi antusiasme penonton saat film “Cocote Tonggo” diputar dalam special screening belum lama ini.

Pemutaran ini merupakan hasil kolaborasi antara TOBALI FILM dan SKAK STUDIOS, yang menghadirkan tontonan eksklusif sebelum penayangan nasional pada 15 Mei mendatang.

Ratusan penikmat film dari berbagai usia dan latar belakang memadati area bioskop , mencerminkan antusiasme warga Solo terhadap film bergenre drama komedi ini.

Kehadiran sejumlah bintang pemeran seperti Dennis Adhiswara, Ayushita, Asri Welas, Bayu Skak, Sundari Soekotjo, hingga Yati Pesek menambah semarak suasana acara.

Ayushita, sang pemeran utama wanita, mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan warga Solo terhadap proses produksi film ini.

"Ini sebenarnya salah satu bentuk terimakasih kami semua yang membuat film, karena sudah diberikan izin restu, sudah shooting di Laweyan, tempat yang paling legendaris di Solo. Terimakasih juga sudah ada keluarga dari ndalem Kalitan," katanya.

Ia juga menyampaikan harapan agar film ini bukan hanya menghibur, tapi juga mampu berdampak positif pada sektor pariwisata kota Solo.

"Mudah-mudahan, film ini juga bisa meningkatkan pariwisata di sini mungkin, juga bisa meredam cocote tonggo yak," ucapnya.

Ayushita tak lupa menyampaikan apresiasinya kepada penonton Solo yang telah hadir dan memberikan semangat saat screening berlangsung.

"Dan semuanya terimakasih sudah menyempatkan hadir, selamat nonton mudah-mudahan suka dan semua diajak nonton, temen, tetangga," ujarnya.

Pendekatan Komedi

Sutradara sekaligus pemeran utama pria, Bayu Skak, menekankan bahwa film ini berbicara soal tekanan sosial yang akrab di tengah masyarakat, namun dikemas dengan pendekatan komedi.

"Film ini punya pesan urip ora ming nuruti cocote tonggo, jadi hidup itu jangan sampai hanya menuruti bacotan tetangga. Jadi kalau misal punya keinginan, lakukanlah. ojo nganti 'ahh timbangane wong iki gak meneng-meneng, aku tak nglakoni apa yang dia mau' jadi jangan sampai seperti itu," katanya.

Ia menjelaskan bahwa cerita dalam film ini berfokus pada pasangan Luki dan Murni, penjual jamu kesuburan yang justru belum juga memiliki keturunan.

"Jadi demi menyelamatkan pamor dan keberlangsungan toko jamu warisan keluarga, mereka ini melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan reputasi keluarga dan citra pasangan ideal, nah dari sinilah, berbagai konflik bermula," katanya.

Bayu juga memaparkan alasan memilih lokasi syuting di Laweyan dan beberapa titik di sekitar Solo karena memberikan suasana lokal yang kuat dan menyatu dengan cerita film.

"Solo itu spesial bagi saya juga, karena ya untuk settingnya kan memang yang dicari adalah perkampungan yang ada langsung rumah-rumahnya kita bisa semuanya ada disitu, biar gak jauh-jauh shootingnya, langsung 4 sampai 5 rumah itu di kampung Laweyan," katanya.

(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.