Sejarah Pabrik Gula Kedaton yang Sebagian Bahan Bakunya dari Bekas Keraton Plered
Moh. Habib Asyhad May 13, 2025 01:34 PM

Pabrik gula Kedaton Pleret Bantul yang sebagian bangunannya diambil dari batu bata bekas tembok Keraton Plered, bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Orang-orang pun bertanya-tanya, ke mana bekas reruntuhan Keraton Plered yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Mataram Islam padahal konon ia dibuat dari batu bata?

Pleret sekarang memang cuma sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tapi jangan salah, dulu pernah berdiri dua keraton di sana.

Masing-masing keraton punya perannya sendiri. Yang pertama menjadi saksi kebesaran Sultan Agung memimpin Mataram Islam, yang kedua menjadi saksi ambisi Amangkurat I membangun kesultanan yang diwariskan oleh para pendahulunya.

Dua keraton itu adalah Keraton Kerta dan Keraton Plered, yang lokasinya tak berjauhan. Dua-duanya adalah bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam.

Lalu ke mana perginya bekas-bekas keraton itu?

Mengutip Kompas.com, dua keraton bersejarah itu hanya menyisakan puing-puing yang terpendam di dalam tanah. Tim arkeolog dari Dinas Kebudayaan DIY dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) sudah berusaha keras untuk menggalinya -- meski harus berlomba-lomba dengan warga setempat.

Selain berlomba dengan warga, sering kali struktur bangunan yang sudah ditemukan dalam ekskavasi terpaksa dikubur lagi. Hal itu untuk menghindari perusakan serta menghindari konflik dengan pemilik lahan. Ternyata, sebagian lahan di sekitar situs Keraton Plered -- juga Kerto -- masih dimiliki dan digunakan warga sekitar.

Pada 2008 pernah ditemukan saluran air lengkap dengan sistem saringan berlapisnya, yang menandakan adanya teknologi tingkat tinggi yang berkembang di sana. Dan seperti disebut di awal, berbeda dengan Keraton Kerto, Keraton Plered dibangun dengan batu bata.

Ketika itu Amangkurat I memerintahkanrakyatnya membuat batu bata sebanyak-banyaknya. Tujuannya untuk membangun sebuah istana di Pleret. Perintah Sunan Amangkurat I, yang ditulis dalam Babad Tanah Jawi I tersebut, menjadi titik awal tradisi pembuatan batu bata di Kecamatan Pleret.

Keraton Plered dibangun pada abad ke-16 dengan luas2.256 meter persegi. Keraton ini dikelilingi tembok dengan tinggi 6 meter dan tebal 1,5 meter. Semuanya terbuat dari batu bata. Pembangunan Keraton Pleret konon melibatkan sekitar 300.000 penduduk dengan sistem kerja paksa. Pembangunan tersebut telah banyak menularkan teknik pembuatan batu bata ke banyak warga. Setelah keraton berdiri megah, warga tetap membuat batu bata.

Sayang, keraton ini hancur setelah pemberontakan Trunojoyo. Dan lebih parah lagi, Belanda juga ikut menghancurkan bangunan keraton ini yang mana batu batu bekasnya digunakan untuk membangun pabrik gula.

Benar, itu adalah pabrik gula Kedaton, Bantul, yang sekarang juga sudah tidak ada lagi wujudnya.

Sejarah pabrik gula Kedaton Pleret Bantul

Mengutip Bamuskal.pleret.id, pabrik gula Kedaton Pleret dibangun oleh Belanda pada akhir 1800-an dan ditutup pada 1937. Bekas bangunan pabrik gula masih utuh sekitar sebelum Agresi Militer II. Tapi setelah itu dihancurkan oleh pejuang kemerdekaan agar tidak dijadikan pos militer oleh Belanda.

Ketika itu Belanda sedang dilanda defisit pasca-Perang Jawa yang memakan banyak biaya. Karena itulah Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Johannes van Den Bosh punya ide yang termanivestasi dalam wujud Sistem Tanam Paksa.

Karena Sistem Tanam Paksa dianggap gagal maka kebijakan ini dihapuskan pada 1870. Tak lama berselang lahirnya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) 1870. Undang-undang ini memungkinkan pihak swasta mendirikan perusahannya sendiri di Hindia Belanda -- tapi tidak berlaku di daerah Vorstenlanden alias wilayah Kasunan Surakarta dan Kesultanan Yogjakarta.

Pada masa inilah gula menjadi komoditas ekspor utama Hindia Belanda, puncaknya terjadi pada 1840 yang mencapai 77,4 persen. Seiring waktu, pabrik gula pun banyak berdiri, termasuk di wilayah Vorstenlanden, salah satunya adalah pabrik gula Kedaton Pleret.

Konon, lokasi pabrik gula Kedaton dilewati jalur kereta api rute Ngabean- Kotagede-Pleret dan Pundong milik NIS Belanda.

Pembangunan pabrik gula Kedaton sendiri disebut sarat dengan muatan politik. Bagaimanapun juga, pabrik gula itu dibangun di atas reruntuhan Keraton Plered yang ketika itu disebut menjadi tempat persembunyian para pemberontak. Untuk mengawasinya, Belanda kemudian membangun pabrik gula lengkap dengan jalur kereta api di situ.

Sebagian bangunan pabrik gula juga diambil dari batu bata bekas bangunan Keraton Plered yang sudah ditinggalkan rajanya pasca-pemberontakan Trunojoyo.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.