Pakistan Kembalikan Tentara India yang Ditangkap, Akui 11 Tentara Mereka Tewas dalam Perang
TRIBUNNEWS.COM - Pakistan pada Rabu (14/5/2025) dilaporkan menyerahkan seorang penjaga perbatasan India yang ditangkap sehari setelah serangan bulan April di Kashmir yang dikelola India yang menewaskan 26 orang, kata tentara India.
"Prajurit Pasukan Keamanan Perbatasan "Purnam Kumar Shaw, yang telah berada dalam tahanan Pakistan Rangers sejak 23 April 2025, diserahkan ke India," kata militer Pakistan di platform media sosial X.
"Penyerahan itu dilakukan secara damai dan sesuai dengan protokol yang ditetapkan," tambahnya.
Sebelumnya, Militer Pakistan pada Selasa mengumumkan jumlah korban tewas baru sebanyak 40 warga sipil dan 11 anggota militer yang tewas minggu lalu dalam konfrontasi terburuk dengan India dalam beberapa dekade.
Dalam sebuah pernyataan, militer Pakistan mengatakan "40 warga sipil tewas, termasuk tujuh wanita dan 15 anak-anak", dan menambahkan 121 lainnya terluka.
Pernyataan itu mengatakan 11 prajurit tewas dan 78 terluka dari angkatan darat dan angkatan udara.
Konflik panas yang sedang berlangsung antara India dan Pakistan selama empat pekan telah memberikan dampak negatif bagi ekonomi kedua negara.
Sebuah laporan dari lembaga riset Amerika Serikat Atlantic Council memperkirakan bahwa konflik militer antara India dan Pakistanselama empat pekan telah menyebabkan kerugian ekonomi hingga 500 miliar dolar AS.
Adapun pembengkakan kerugian paling menonjol terjadi di bidang militer.
Kerugian ini terjadi buntut pengeluaran dana dari serangan udara, pengerahan pesawat nirawak secara besar-besaran, dan peningkatan tingkat kesiapan tempur.
"Secara keseluruhan, bagi Pakistan dan India, total biaya konflik selama periode empat minggu diproyeksikan akan melebihi 500 miliar dolar (Rp8.260 triliun)," papar Farrukh Saleem, pakar militer Pakistan, dilansir Geo TV.
Selama konflik berlangsung, Angkatan Udara India (IAF) diprediksi melakukan 100 serangan mendadak per hari menggunakan pesawat Rafale, Mirage 2000, Su-30MKI, dan Tejas.
Perkiraan biaya bahan bakar dan operasional per serangan mendadak adalah sekitar 80.000 dolar AS per hari.
"Jika amunisi berpemandu presisi (PGM) seperti SCALP EG, Spice 2000, Hammer, dan bom berpemandu laser (LGB) digunakan dengan kecepatan 30 hingga 40 amunisi per hari maka biaya senjata individual berkisar antara 100.000 dolar hingga 1,1 juta dolar per hari.” kata Saleem.
“Apabila diasumsikan selama periode empat minggu, total biaya serangan udara berkelanjutan dapat mencapai sekitar 6 miliar dolar AD," imbuhnya.
Selain itu, pengerahan 30 sistem udara tak berawak UAV per hari, termasuk Harop, Heron, dan Searcher, diperkirakan menelan biaya 100 juta dolar per hari atau 3 miliar dolar dalam empat pekan.
"Dengan memperhitungkan pengurangan dan penggantian UAV, lebar pita satelit, stasiun kontrol darat (GCS), dan kemampuan pengacauan, perkiraan biaya dapat mencapai 100 juta dolar per hari, dengan total hampir 3 miliar dolar selama periode empat minggu," papar Saleem.
Sementara itu, penggunaan rutin rudal BrahMos serta rudal balistik Pralay dan MLRS berpemandu menyumbang pengeluaran harian sekitar 150 juta dolar, atau mencapai 4,5 miliar dolar AS per minggu.
Dalam aspek kesiapan militer, India mengalokasikan dana sekitar 40 juta dolar AS per hari untuk mobilisasi pasukan dan bahan bakar.
Kemudian 20 juta dolar AS untuk sistem pertahanan udara seperti S-400 dan Akash, serta 50 juta dolar AS untuk kesiapan armada laut.
Dengan begitu, total pengeluaran dalam kategori ini diperkirakan mencapai 5,4 miliar dolar AS.
Tak jauh berbeda dengan India, Pakistan juga harus merogoh kocek yang dalam untuk membiayai konflik yang berlangsung selama empat minggu.
Adapun pengeluaran Angkatan Udara Pakistan (PAF) mencapai 25 juta dolar AS per hari atau sekitar 1 miliar dolar selama empat pekan hanya untuk membiayai serangan dan patroli udara.
Sementara itu peningkatan kesiagaan di perbatasan, termasuk mobilisasi pasukan dan radar, diperkirakan mencapai 15 juta dolar per hari atau 450 juta dolar per empat pekan.
"Operasi pesawat nirawak, dengan asumsi penyebaran sistem Bayraktar Turki beserta penggunaan rudal seperti Ra'ad dan Hatf-VII, diproyeksikan akan menelan biaya tambahan sebesar 450 juta dolar," ungkap Saleem.
Bagi India, dampak ekonomi tak langsung dari konflik diproyeksikan mencakup kerugian sebesar 150 miliar dolar pada PDB, 90 miliar dolar akibat volatilitas pasar dan depresiasi mata uang.
Serta 80 miliar dolar akibat gangguan perdagangan. Bahkan perang juga diproyeksi membuat penurunan investasi langsung asing (FDI) hingga investor merugi 100 miliar dolar AS
Sementara bagi Pakistan, konflik telah memicu tekanan ekonomi berat, termasuk kerugian 25 miliar dolar AS pada PDB.
Kemudian 15 miliar dolar akibat gejolak pasar keuangan, dan 12 miliar dolar dari gangguan rantai pasok.
Selain itu, penurunan FDI dan tekanan terhadap program IMF diperkirakan menyebabkan kerugian sebesar 5 miliar dolar bagi perekonomian Pakistan.
(oln/rntv/*)