TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cuaca di Arab Saudi jadi tantangan tersendiri bagi jemaah haji Indonesia. Bagaimana kondisinya?
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo,saat jumpa pers Kabar Haji di Jakarta mengatakan pemerintah Indonesia menggunakan sistem satu data kesehatan jemaah untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji secara menyeluruh selama masa operasional haji 1446 H/2025 M.
Sistem ini mampu memantau kondisi kesehatan jemaah di tengah dinamika ibadah yang padat dan cuaca ekstrem di Tanah Suci.
"Dengan satu data kesehatan, kami bisa memantau kondisi jemaah secara real-time, sejak dari embarkasi hingga di Arab Saudi. Ini bagian dari transformasi layanan haji yang lebih adaptif, responsif, dan personal,” ujar
Satu data tersebut menghimpun rekam medis jemaah, catatan komorbid, hasil pemeriksaan kesehatan, hingga intervensi medis yang telah diberikan.
Data ini terkoneksi antar tim kesehatan di kloter, sektor, dan Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Sehingga petugas dapat mengambil tindakan berbasis informasi yang akurat dan terkini.
“Melalui data ini, kami bisa menentukan siapa yang butuh pemantauan ketat, siapa yang harus dibatasi aktivitasnya, bahkan siapa yang harus segera dirujuk ke fasilitas layanan lebih lanjut,” kata Liliek.
Sistem ini, lanjutnya, juga memungkinkan edukasi kesehatan dilakukan secara terarah dan efektif, menyesuaikan kondisi masing-masing jemaah.
"Tidak semua jemaah punya risiko yang sama. Dengan satu data, kami bisa memberikan pendekatan yang berbeda antara jemaah sehat, komorbid, atau lansia,” ujarnya.
Lantas, bagaimana kondisi kesehatan haji Indonesia sampai masa operasional haji 1446H/2025M sampai hari ke 14?
"Hingga saat ini, kondisi kesehatan jemaah haji Indonesia relatif stabil," kata Liliek.
Namun Liliek mengingatkan, puncak ibadah wukuf di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) akan menjadi tantangan besar secara fisik dan mental.
Dirinya mengimbau jemaah untuk menjaga kebugaran, cukup istirahat, menghindari paparan panas berlebih, serta mematuhi arahan tim kesehatan.
“Layanan kesehatan kami siaga 24 jam. Petugas di kloter, sektor, hingga KKHI sudah dibekali data dan peta risiko jemaah. Jadi semua tindakan lebih terukur dan cepat,” katanya.
Suhu di Kota Mekah, Arab Saudi seperti dilansir Tribunnews,com sebelumnya kembali menunjukkan angka ekstrem pada Selasa (13/5/2025).
Dari Tanah Suci, Kepala Daerah Kerja Makah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2025, Ali Machzumi, mengungkapkan suhu diprediksi tembus 42 derajat Celsius.
Puncak panas terjadi pada pukul 13.00 hingga 15.00 waktu setempat.
Pagi hari, suhu sudah mencapai 38 derajat Celcius pukul 11.00 WAS.
Cuaca panas dinilai membahayakan jemaah, terutama lansia dan yang memiliki komorbid (penyakit bawaan).
Biasanya suhu Mekah mencapai puncaknya jelang salat Ashar.
Suhu mulai turun perlahan saat Magrib hingga malam hari.
Namun, suhu malam hari tetap tinggi, berkisar 31 derajat Celcius.
Dalam hal pencegahan penyakit menular, Kemenkes juga memastikan seluruh jemaah haji reguler telah menerima vaksin meningitis dan polio.
"Sebanyak 203.410 vaksin polio dan 211.751 vaksin meningitis telah disiapkan. Vaksin polio tetap wajib sebagaimana ditegaskan Menteri Kesehatan Arab Saudi saat berkunjung ke Indonesia,” pungkas Liliek.