Netanyahu: Macron Berpihak pada Hamas, Karena Kritik atas Kelaparan di Gaza yang Dibuat Israel
TRIBUNNEWS.COM- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 14 Mei berpihak pada Hamas setelah Macron mengatakan kebijakan Israel untuk memblokir masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah "memalukan."
“Macron sekali lagi memilih untuk mendukung organisasi teroris pembunuh dan menggemakan propaganda tercelanya, menuduh Israel melakukan fitnah berdarah,” kata pernyataan dari kantor Netanyahu.
"Apa yang dilakukannya sungguh memalukan," kata Macron pada hari Selasa, merujuk pada Netanyahu dalam sebuah wawancara di televisi TF1.
"Tugas saya adalah melakukan apa pun yang saya bisa untuk menghentikannya," kata Macron, seraya menambahkan bahwa kemungkinan meninjau kembali perjanjian kerja sama perdagangan Uni Eropa dengan Israel ada di atas meja.
Perjanjian tersebut mencakup ketentuan yang menghapuskan bea masuk atas produk Israel tertentu.
Israel telah menutup Gaza sejak awal Maret, ketika secara sepihak mengakhiri gencatan senjata yang dicapai pada bulan Januari dan melanjutkan genosida terhadap warga Palestina di daerah kantong tersebut.
New York Times (NYT) melaporkan pada hari Selasa bahwa beberapa pejabat militer Israel telah "secara pribadi menyimpulkan bahwa warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan yang meluas kecuali pengiriman bantuan dipulihkan dalam beberapa minggu."
Mengutip informasi dari tiga pejabat pertahanan Israel yang mengetahui situasi tersebut, NYT menulis bahwa, "Selama berbulan-bulan, Israel bersikeras bahwa blokade terhadap makanan dan bahan bakar di Gaza tidak menimbulkan ancaman besar terhadap kehidupan warga sipil di wilayah tersebut, bahkan ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga bantuan lainnya mengatakan bahwa bencana kelaparan sudah di depan mata."
Karena waktu dibutuhkan untuk memulai kembali pengiriman bantuan, para petugas mengatakan bahwa "langkah-langkah segera diperlukan untuk memastikan bahwa sistem penyediaan bantuan dapat dipulihkan cukup cepat untuk mencegah kelaparan," imbuh NYT.
Pada hari Selasa, Netanyahu menyinggung upaya Israel untuk membersihkan etnis Gaza dari lebih dari 2 juta warga Palestina selama kesaksian tertutup di hadapan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset.
Israel “menghancurkan semakin banyak rumah [di Gaza dan warga Palestina] tidak punya tempat untuk kembali,” kata perdana menteri, menurut kutipan dari sesi tersebut yang bocor ke media.
"Satu-satunya hasil yang jelas adalah warga Gaza memilih untuk beremigrasi ke luar wilayah itu," lanjut Netanyahu. "Namun, masalah utama kami adalah menemukan negara yang mau menerima mereka."
SUMBER: THE CRADLE