TRIBUNMADURA.COM - Perang panjang melawan tuberkulosis (TBC) kini mulai menunjukkan secercah cahaya harapan.
Salah satu vaksin TBC terbaru, yang digadang-gadang mampu memberikan perlindungan lebih baik dibanding vaksin lama (BCG), kini telah memasuki fase paling krusial dari seluruh rangkaian pengujian, yakni uji klinis fase ketiga.
Langkah ini menjadi momen bersejarah dalam dunia kesehatan, terutama bagi negara-negara dengan angka kasus TBC yang tinggi, termasuk Indonesia, yang saat ini menempati peringkat kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia, setelah India.
Uji Coba Melibatkan 20.000 Partisipan dari Berbagai Negara
Dilansir dari BanjarmasinPost.com, Jumat (16/05/2025). Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM), Prof. Dr. Taruna Ikrar, mengungkapkan bahwa vaksin TBC jenis baru ini akan diuji pada total 20.000 partisipan dari sejumlah negara.
Uji klinis fase ketiga ini merupakan tahapan penting untuk menentukan efektivitas, keamanan, dan daya tahan vaksin sebelum diproduksi massal dan disebarluaskan ke masyarakat umum.
“Uji pra-klinis telah sukses dilakukan di laboratorium Swiss, lalu dilanjutkan dengan uji klinis fase satu di tempat yang sama. Uji fase dua diperluas ke lima negara, dan kini kita memasuki fase tiga, yang dilakukan secara multinasional dan melibatkan 20 ribu relawan,” jelas Taruna dalam konferensi pers pada Kamis, 15 Mei 2025.
Indonesia Ambil Bagian: 2.000 Warga Siap Jadi Relawan
Dari 20 ribu sampel yang dilibatkan dalam uji coba global ini, sebanyak 2.000 orang adalah Warga Negara Indonesia (WNI).
Masyarakat akan menjadi subjek penting dalam uji klinis karena Indonesia dianggap sebagai salah satu lokasi yang merepresentasikan beban kasus TBC tinggi secara global.
“Kenapa Indonesia dilibatkan? Karena kita adalah negara dengan jumlah penderita TBC tertinggi kedua di dunia, yaitu lebih dari satu juta kasus aktif per tahun. Maka, keikutsertaan dalam uji klinis ini sangat relevan dan strategis,” lanjut Taruna.
Manfaat Besar bagi Indonesia: Harapan Baru di Tengah Krisis
Lebih lanjut, Taruna menegaskan bahwa izin uji klinis diberikan bukan tanpa alasan.
Pemerintah berharap, vaksin ini kelak bisa memberikan dampak besar dalam menekan angka kasus TBC yang selama ini sulit dikendalikan, apalagi di wilayah padat penduduk dengan akses kesehatan yang terbatas.
“Setiap bulan, kita kehilangan nyawa akibat TBC. Ini penyakit mematikan yang kerap luput dari perhatian publik. Maka dari itu, keterlibatan Indonesia dalam uji klinis ini tidak hanya membawa kontribusi ilmiah, tetapi juga peluang untuk menyelamatkan banyak nyawa,” katanya.
Transparansi Jadi Prinsip Utama: BPOM Janji Buka Semua Proses
Menyadari tingginya ekspektasi dan sensitivitas publik terhadap produk vaksin, BPOM berkomitmen menjalankan seluruh proses secara terbuka dan akuntabel.
Setiap hasil uji coba akan dianalisis oleh Komite Nasional Evaluasi Obat, sebelum vaksin mendapat nomor izin edar.
“Setelah uji klinis rampung, hasilnya akan dievaluasi secara independen oleh tim ahli. Kami tidak akan gegabah mengeluarkan izin edar tanpa bukti ilmiah yang sahih dan komprehensif. Kepercayaan masyarakat adalah harga mati,” tegas Taruna.
Bio Farma Siap Produksi Massal, Bill Gates Dukung Pengembangan
Dalam kesempatan yang sama, Taruna juga mengungkap bahwa Indonesia sangat mungkin menjadi pusat produksi vaksin TBC di masa depan, melalui kerja sama strategis antara perusahaan bioteknologi global dan Bio Farma, perusahaan vaksin milik negara yang telah berpengalaman.
“Bill Gates, melalui yayasannya, telah mendesain program ini dan memilih bekerja sama dengan Bio Farma. Itu karena Bio Farma dinilai memiliki rekam jejak kuat dan kapasitas produksi yang memadai,” ujarnya.
Kerja sama ini tidak hanya penting dari sisi pasokan, tetapi juga akan memperkuat posisi Indonesia dalam kemandirian vaksin nasional dan pengendalian penyakit menular.
Gibran Rakabuming Panggil Menkes, Bahas Kasus TBC yang Meresahkan
Sementara itu, di tempat terpisah, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengaku telah dipanggil oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Gibran menyampaikan keresahan pribadi setelah mengetahui bahwa beberapa orang di lingkungan sekitarnya terkena TBC, namun tidak terdeteksi sejak awal.
“Pak Wapres menyampaikan curhat bahwa ada sejumlah orang di sekelilingnya yang ternyata terjangkit TBC. Ini menunjukkan bahwa sistem deteksi dini kita masih perlu diperkuat,” kata Budi.
Menurut Menkes, kondisi ini menunjukkan betapa penyakit TBC kerap menyerang secara diam-diam, dan tanpa gejala awal yang jelas, penderita bisa menyebarkan bakteri ke orang lain tanpa disadari.
Vaksin M72: Harapan Baru di Tengah Keterbatasan BCG
Vaksin yang sedang diuji ini dikenal sebagai vaksin M72/AS01E, yang sebelumnya dikembangkan oleh GSK dan kini dikembangkan bersama dengan Yayasan Bill & Melinda Gates dan organisasi kesehatan global.
Vaksin ini diyakini memberikan proteksi yang lebih tinggi daripada vaksin BCG lama, terutama pada orang dewasa yang terinfeksi laten.
Informasi lengkap dan menarik lainya di TribunMadura.Com