Ini yang Terjadi Pada Otak Jika Kebanyakan Tidur
GH News May 18, 2025 04:03 PM

Kurang tidur diketahui bisa meningkatkan risiko demensia. Tapi temuan baru juga menemukan terlalu banyak tidur bisa sama berbahayanya.

Menurut penelitian, tidur rata-rata sembilan jam semalam bisa memicu penuaan otak yang menyebabkan masalah ingatan di kemudian hari. Penelitian melibatkan 1.853 orang dewasa sehat yang berusia 27-85 tahun. Para peneliti mempelajari bagaimana durasi tidur mereka memengaruhi kemampuan kognitif.

Fungsi kognitif peserta dinilai setiap empat tahun menggunakan pengukuran standar emas memori, penalaran verbal, kesadaran visual-spasial, dan waktu reaksi. Peserta juga menyelesaikan survey setiap empat tahun, merinci jumlah jam mereka biasanya tidur setiap malam.

Hasilnya, rata-rata mereka yang tidur selama sembilan jam atau lebih per malam selama studi 10 tahun memiliki performa yang jauh lebih buruk dalam keempat tes kognitif. Para peneliti menemukan hasil terburuk pada orang-orang yang menunjukkan gejala depresi dan rata-rata tidur sembilan jam atau lebih per malam.

Gangguan suasana hati diketahui memicu pola tidur yang berlebihan. Para ahli berpendapat bahwa depresi yang menjadi penyebab penurunan kognitif, bukan tidur.

Meski demikian, ternyata bukan hanya mereka yang mengalami suasana buruk saja yang cenderung tidur berlebihan. Peserta yang tidak menunjukkan tanda-tanda depresi tapi tidur lebih dari sembilan jam semalam juga mengalami penurunan fungsi kognitif.

"Gangguan dalam durasi dan pola tidur berkontribusi terhadap peningkatan risiko defisit kognitif dan penyakit Alzheimer', Prof Young menjelaskan.

Temuan ini menggaungkan penelitian sebelumnya, termasuk yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatry Research. Studi tersebut menemukan bahwa tidur lebih dari delapan jam semalam dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 64 persen, angka yang cukup mengkhawatirkan.

Para ahli tidak sepenuhnya yakin mengapa tidur terlalu lama menyebabkan demensia. Namun, sebuah penelitian di Swedia menunjukkan bahwa alasannya mungkin ada pada dampak ritme sirkadian (siklus tidur dan bangun alami) yang menentukan sejumlah fungsi tubuh.




© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.