TRIBUNNEWS.COM – Simak, berikut ini merupakan kunci jawaban buku pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka halaman 107, karangan Iis Suryatini, dkk. terbitan Kemdikbudristek tahun 2022.
Pada buku pelajaran buku pelajaran PAI kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka halaman 107 terdapat latihan soal Aktivitas 10.
Dalam soal tersebut siswa diminta menjawab pertanyaan yang telah terlampir.
Sebagai catatan, sebelum melihat kunci buku pelajaran PAI Kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka halaman 107 siswa diminta untuk terlebih dahulu menjawab soal secara mandiri.
Kunci jawaban ini digunakan sebagai panduan dan pembanding oleh orang tua untuk mengoreksi pekerjaan anak.
Kunci Jawaban PAI Kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka Halaman 107, Bab IV: Aktivitas 10.
Aktivitas 10
PENYESALAN AKIBAT TIDAK BERKURBAN
Saudagar besar kota Yarmuk, Ali Al-Mubarak pada Idul Adha tahun 231 Hijriah tidak berkurban.Alasannya, perdagangannya turun drastis karena ada beberapa daerah yang sedang mengalami perang. Al-Mubarak pun menjelaskan tentang absennya berkurban tahun ini. “Bisnisku mengalami penurunan tajam karena perang, aku tidak berkurban.” Kata Al-Mubarak.
Al-Mubarak punya seorang karyawan yang bernama Syarafuddin As-Sumaysi, seorang yang sangat sederhana, tetapi ibadahnya sangat rajin, dan ia menyembelih hewan kurban.
Malam awal Muharam ini semua berkumpul di Mesjid kota Yarmuk. Tiba-tiba semua dikejutkan dengan seorang pemuda yang tergopoh-gopoh menghampiri Ibrahim Asy-Syibli.
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, Telah meninggal setelah Magrib tadi saudara kita,Syarafuddin As-Sumaysi”. ujar Asy-Syibli.
“Sungguh kematian yang indah,” kata Asy-Syibli. Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya.
Al-Mubarak menangis. “Dia seorang yang sangat baik, amanah. Usianya masih 50 tahun. Tapi, ibadahnya melampaui orang yang berusia 70 tahun. Ia rajin puasa dan ahli sedekah.”
Pada suatu ketika, Ali Al-Mubarak bermimpi bertemu dengan Syarafuddin.
“Assalamu alaikum Syarafuddin rahimakumullah,” sapa Al-Mubarak.
“‘Wa alaikum salam wahai Tuan Ali Al-Mubarak.”
“Apa yang telah Allah lakukan untukmu sehingga engkau memiliki kemuliaan seperti ini?”
“Wahai Tuan Al-Mubarak, Allah mengampuni dosa-dosaku dan memberikan rahmat-Nya untukku. Ini tidak lain karena aku berusaha untuk melaksanakan kurban dengan menghemat anggaran rumah tanggaku. Ini suatu kehormatan buatku dari Allah.”
“Engkau akan ke mana?” tanya Al-Mubarak. “Ke surga yang penuh kenikmatan.” Jawabnya
Al-Mubarak terbangun dan berteriak. “Wahai Syarafuddin engkau sangat berbahagia, celakalah aku yang tidak berkurban tahun ini padahal aku memiliki jutaan kali harta yang engkau miliki.”
Al-Mubarak terus menangis meratapi dirinya. Kemudian sebagian hartanya diberikan kepada keluarga Syarafuddin sehingga keluarga itu tidak lagi menderita hidupnya.
Jawaban :
1. Tokoh-tokoh dalam kisah:
Seorang saudagar besar di kota Yarmuk yang kaya raya. Karakternya menunjukkan sikap penyesalan karena tidak berkurban, meskipun ia memiliki banyak harta.
Ia digambarkan sebagai orang yang baik, namun terkadang lalai dalam melaksanakan kewajiban kurban.
Seorang karyawan sederhana yang meskipun hidupnya tidak berlebihan, ia selalu berusaha melaksanakan kurban.
Karakternya menunjukkan ketaatan beribadah, kesederhanaan, serta ketulusan hati.
Sosok yang mengumumkan kematian Syarafuddin. Karakternya tidak terlalu mendetail dalam kisah, namun ia adalah pembawa berita kematian yang membuat Ali Al-Mubarak merenungkan tindakannya.
2. Nilai-nilai yang bisa dijadikan teladan:
Hal ini mengajarkan kita bahwa keikhlasan adalah hal utama dalam beribadah, bukan harta atau status sosial.
Syarafuddin menunjukkan bahwa rasa syukur dapat diwujudkan melalui amal perbuatan, seperti berkurban meskipun dengan keterbatasan.
Penyesalan dan introspeksi diri: Penyesalan Al-Mubarak karena tidak berkurban memberikan pelajaran bahwa kesempatan untuk beribadah tidak boleh disia-siakan, apalagi jika kita memiliki kemampuan.
Berbagi dengan sesama: Setelah menyesal, Al-Mubarak memutuskan untuk membantu keluarga Syarafuddin.
Ini menunjukkan bahwa berbagi dengan sesama adalah salah satu cara untuk menebus kesalahan dan memperbaiki diri.
3. Hikmah yang Bisa Diambil
Kisah ini mengajarkan bahwa ibadah kurban bukan hanya tentang penyembelihan hewan, tetapi lebih pada rasa syukur dan keikhlasan hati dalam melaksanakan perintah Allah SWT.
Baik orang kaya maupun sederhana, semua memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pahala besar dari Allah SWT jika mereka melakukannya dengan niat yang tulus.
*) Disclaimer:
(Namira)