Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, dr. Sofa Fajriah, mengingatkan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan dan warisan budaya dalam pengembangan jamu modern.
Menurutnya, inovasi di industri jamu memiliki peran strategis dalam menghidupkan kembali kejayaan herbal Indonesia.
Ia mengapresiasi langkah Kosme Health yang memperkenalkan kemampuan produksinya dalam mengekstrak berbagai tanaman herbal khas Indonesia, seperti temulawak, kelor, kunyit, sereh putih, dan sambiloto, menjadi konsentrat cair berkualitas tinggi.
Upaya ini dinilai dapat mendorong daya saing industri jamu baik di pasar domestik maupun internasional.
"Modernisasi ini penting agar masyarakat Indonesia kembali mencintai jamu," kata dr. Sofa dalam talkshow di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi, Selasa (20/5/2025).
"Dengan bentuk yang kekinian dan tetap mengusung bahan alami, jamu bisa menjadi solusi kesehatan yang menyenangkan," lanjutnya.
Beragam inovasi pun telah dikembangkan di sektor ini, mulai dari jamu siap minum, perpaduan dengan superfood dan probiotik, hingga pemanfaatan bahan aktif herbal dalam produk kosmetik.
"Kosme menunjukkan bahwa riset dan budaya bisa berjalan beriringan untuk membentuk produk yang tidak hanya modern, tapi juga bernilai budaya tinggi," ujar dr. Sofa.
"Ini tentu hasil riset yang sangat baik dan menjadi langkah penting untuk membuat masyarakat Indonesia kembali mencintai jamu dan memanfaatkan kekayaan alam negeri sendiri," tambahnya.
Tren konsumen juga mengalami pergeseran. Sebanyak 56 persen konsumen muda tertarik mengonsumsi jamu jika dikemas secara praktis.
Sementara itu, data WHO menunjukkan 70 persen masyarakat global kini beralih ke produk alami dan herbal setelah pandemi Covid-19.
Dengan lebih dari 30.000 spesies tanaman 7.500 di antaranya memiliki khasiat obat Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan produk herbal dunia.
Sementara itu pendiri Kosme Health, Shandy Purnamasari, turut menyoroti pentingnya pembaruan citra jamu agar relevan dengan generasi masa kini.
"Kami ingin membawa jamu ke bentuk baru yang lebih bisa dinikmati generasi modern tanpa menghilangkan khasiatnya," ujarnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu, Jony Yuwono, juga menyambut baik langkah tersebut.
"Ini bukan sekadar soal produk, tapi bagaimana kita memahami kembali filosofi jamu sebagai perpaduan antara doa, pengobatan, dan kearifan lokal," jelasnya.
Ia meyakini pendekatan seperti yang dilakukan Kosme dapat membuka peluang kolaborasi baru antar pelaku usaha jamu dari berbagai skala.