Donald Trump Fokus pada Perdamaian Sementara Eropa Mendorong Terjadinya Perang, Kata Marco Rubio
TRIBUNNEWS.COM- Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Presiden Donald Trump berkomitmen pada perdamaian, sementara para pemimpin Eropa tampaknya semakin mendukung tindakan militer.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump berkomitmen untuk mengejar perdamaian di seluruh zona konflik global, sementara para pemimpin Eropa semakin condong ke arah solusi militeristik.
Rubio menyampaikan pernyataan tersebut saat berpidato di Acara Dewan Kennedy Center.
"Saya katakan kepada orang-orang bahwa kita memiliki presiden yang cinta damai," kata Rubio, merujuk pada Trump, sembari mengingat percakapan baru-baru ini dengan seorang kardinal menjelang misa kepausan yang dipimpin oleh Paus Leo XIV.
“Salah seorang kardinal yang saya temui sehari sebelum misa kepausan berkata kepada saya: 'Ini sangat tidak biasa bagi kami. Kami memiliki seorang presiden Amerika yang menginginkan perdamaian, dan beberapa orang Eropa yang terus-menerus berbicara tentang melakukan perang.' Jadi dunia saat ini agak terbalik dalam pikiran mereka. Dan biasanya sebaliknya,” tegas Rubio.
Menurut Rubio, kondisi hubungan internasional saat ini tidak biasa, karena AS, yang secara tradisional lebih tegas dalam isu militer, kini dipimpin oleh seorang presiden yang secara aktif berupaya meredakan konflik. Sebaliknya, ia mencatat, beberapa pemerintah Eropa mengambil posisi yang lebih agresif dalam urusan militer global.
Rubio mengakui bahwa AS terus berinvestasi secara signifikan dalam keamanan nasional, tetapi menekankan bahwa pemerintah pada akhirnya berharap untuk mengurangi pengeluaran tersebut.
“Washington lebih suka memastikan situasi di mana uang ini dapat diarahkan ke sektor publik dalam perekonomian,” katanya.
Apakah Trump menarik kembali upaya untuk mengakhiri perang Ukraina?
Terkait hal tersebut, setelah panggilan telepon selama dua jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin, Trump menyampaikan nada optimis yang tak terduga tentang masa depan hubungan AS-Rusia, dengan mengunggah di Truth Social tentang prospek "PERDAGANGAN skala besar" setelah "pertumpahan darah yang dahsyat" di Ukraina berakhir.
Menurut penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, panggilan itu begitu hangat sehingga tidak ada pihak yang ingin menjadi yang pertama menutup telepon.
Yang mengejutkan banyak orang di Kiev dan Brussels bukan hanya nada pembicaraannya, tetapi juga isinya.
Trump tampaknya tidak lagi memberikan tekanan kepada Moskow untuk mengakhiri perang, dan mengisyaratkan AS tidak akan lagi bertindak sebagai mediator. Sebaliknya, ia mengusulkan agar Vatikan turun tangan, dengan menunjuk Paus Leo XIV sebagai calon tuan rumah pembicaraan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapinya dengan lugas, memperingatkan bahwa mundurnya AS akan membuat Rusia semakin berani. "Satu-satunya pihak yang diuntungkan dari hal itu adalah Putin," kata Zelensky.
Perubahan ini dianggap sebagai momen krusial. Presiden yang pernah berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina pada hari pertamanya menjabat kini tampaknya siap untuk mengabaikan janji tersebut, dan juga Ukraina.
SUMBER: AL MAYADEEN