Mbah Sarta Kaget Cucu Perempuannya Punya Jakun, Dokter Sebut Jadi Laki-laki, Sarta: Kuat Bawa Gabah
Mujib Anwar May 21, 2025 05:32 PM

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial anak perempuan berubah jadi laki-laki.

Peristiwa ini terjadi di Desa Dayeuhluhur, Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat.

Seorang kakek bernama Mbah Sarta (69), mengungkap apa yang dialami cucu perempuannya.

Cucu Mbah Sarta bernama RA, dan sedang di RSUD Karawang pada Rabu (21/5/2025).

Sarta menyebut bahwa cucunya kini telah berganti nama dari RA menjadi AP.

Usianya 16 tahun dan tengah duduk di bangku kelas 3 Madrasah Tsanawiyah atau setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sarta menyebut alat kelamin cucunya berubah.

Sarta berujar, saat bayi, memang muncul seperti kelamin laki-laki pada alat vital cucunya, namun lebih kentara perempuan.

Paraji (dukun beranak) yang memeriksanya pun menyatakan perempuan.

"Tapi lama-lama tambah keliahtan. Pas PAUD keliatan," kata Sarta saat ditemui di rumahnya, melansir dari Kompas.com.

Lambat laun, karena mengeluh sakit, cucunya dibawa ke puskesmas.

Di Puskesmas, kata Sarta, cucunya disebutkan sebagai laki-laki dan dirujuk ke RS Intan Barokah.

Dari RS Intan Barokah, remaja itu dirujuk ke RSUD Karawang.

Sejak saat itu, RA dinyatakan sebagai laki-laki dan ia menerimanya.

Sejak saat itu, RA yang berubah nama menjadi AP tak pernah lagi memakai kerudung dan berpakaian layaknya anak laki-laki.

"Alhamdulillah anaknya tegar, tidak minder," kata Sarta.

Sarta menyebut perawakan AP memang cenderung laki-laki.

Mulai dari ada jakun, dada, hingga suara.

Pun kekuatannya.

"Dia kuat 50 kilogram memanggul gabah. Kalau musim panen, dia ikut (jadi buruh)," kata Sarta.

Sarta berharap cucunya segera ditangani secara medis, termasuk operasi pada alat vitalnya.

Ia menyebut AP telah sekitar lima kali bolak-balik ke RSUD Karawang.

"Cucu saya laki-laki," kata Sarta.

Sarta menyebut bahwa AP tinggal bersamanya sejak bayi.

Ia dan istri merawatnya lantaran kedua orang tuanya bercerai saat usia AP dua bulan.

Mereka tinggal berlima di rumah bilik bambu dan gipsum yang sebagiannya sudah jebol.

Di bagian belakang, bilik atas jebol keseluruhan hingga saat hujan, air masuk ke dalam rumah.

Berita Lain

Seorang warga Bogor, S (42), berharap pemerintah memberikan bantuan untuk membiayai operasi pemindahan kelamin bagi anaknya, TAP (15).

Anak yang sebelumnya terdaftar sebagai perempuan tersebut, kini diketahui memiliki jenis kelamin biologis laki-laki dan memerlukan serangkaian prosedur medis.

“Semoga bisa dibantu karena kalau operasi tanpa BPJS biayanya besar,” ujar S saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (11/12/2024).

TAP yang kini duduk di kelas sembilan SMP, mendesak agar operasi segera dilakukan. Harapan ini sejalan dengan keinginan ayahnya agar seluruh proses medis dapat diselesaikan dengan baik.

“Anaknya memang ingin cepat-cepat operasi, bapaknya juga ingin cepat kelar, ingin semuanya selesai dan rapi,” kata S.

Kisah TAP bermula saat ia belum juga mengalami menstruasi hingga kelas delapan. Awalnya, keluarga mengira keterlambatan ini wajar karena kakak TAP baru mendapatkan menstruasi pertama pada usia 15 tahun.

Namun, kecurigaan muncul ketika S melihat tanda-tanda kelamin laki-laki saat TAP mandi.

“Waktu mandi saya periksa kenapa kelaminnya seperti kelamin laki-laki. Ya sudah, saya ajak periksa ke puskesmas, dia mau,” ungkap S.

Pada 23 Oktober 2024, TAP dibawa ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa TAP memiliki testis, sehingga dokter menyatakan jenis kelamin biologisnya adalah laki-laki.

“Kata dokter, ini memang laki-laki. Saya kaget karena sejak lahir dinyatakan perempuan,” ujar S.

Setelah diagnosa tersebut, TAP dirujuk ke beberapa rumah sakit, termasuk RS Fatmawati, Jakarta Selatan.

Pemeriksaan hormon dan kromosom mengonfirmasi bahwa TAP memerlukan operasi penurunan testis dan perbaikan saluran kemih, yang akan dilakukan dalam dua hingga tiga tahap.

“Untuk operasinya tidak sekali, dua sampai tiga kali secara bertahap. Sekarang diturunin bijinya dulu, nanti kedua kalinya air kencing dipindahin,” jelas S.

Meski BPJS Kesehatan dapat menanggung biaya operasi, keluarga menghadapi kendala waktu karena panjangnya antrean dan proses administrasi. Pemeriksaan kromosom saja, yang tidak sepenuhnya ditanggung BPJS, menghabiskan biaya hingga Rp 8,5 juta.

“Kami ingin cepat-cepat operasi, tapi kalau pakai BPJS harus menunggu lama sampai dua bulan,” kata S.

Keluarga berharap pemerintah atau pihak terkait dapat memberikan bantuan agar TAP segera mendapatkan operasi yang dibutuhkan. Prosedur medis ini dianggap penting agar TAP dapat menjalani hidup dengan nyaman dan sesuai dengan identitas biologisnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.