Keseimbangan Habluminallah dan Habluminannas
GH News May 21, 2025 07:05 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Keseimbangan Habluminallah (hubungan dengan Allah) dan Habluminannas (hubungan dengan sesama manusia) adalah prinsip penting dalam ajaran Islam. Ini berarti seorang Muslim harus menjaga hubungan baik dengan Allah dan juga hubungan baik dengan manusia lain. Taqwa yang baik dan benar adalah taqwa yang mengandung keseimbangan hubungan ini. 

Sesuatu yang paling berharga dalam Islam adalah kalimat tauhid; mengucapkan, berikrar, dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah Swt. Melalui khutbah ini, saya perlu mengingatkan, yakinlah kalau pengin mantu (menikahkan) di bulan Muharam ataupun Rabiul Awal tidak apa-apa. Jika Allah menghendaki berhasil tetap berhasil, bukan termasuk dosa dan tidak melanggar syariat.

Menantu dari arah ngalor-ngulon, tanggalnya ketemu 25, satu Wage, satu Pahing, boleh-boleh saja asal istikharahnya baik, keputusan musyawarah keluarga baik, apalagi guru dan kiainya juga sudah rida; bismillah tawakaltu 'alallah, insyaallah aman-aman saja.

مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ.

Asal menggelar acara resepsi tidak berlebihan, jangan hura-hura, jangan maksiat karena bulan Muharam harus dihormati. Kalaupun kita mantu di bulan Muharam, buatlah acaranya dengan selawatan, mauli-dan, zikiran, membaca ayat Al-Qur'an, mendoakan orang tua, penga-jian, akad nikah, doa, selesai. Insyaallah, dengan cara itu, tentu tidak apa-apa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Keseimbangan antara habluminallah (hubungan dengan Allah) dan habluminannas (hubungan dengan sesama manusia) merupakan inti dari kehidupan seorang Muslim yang utuh. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan harus dijalankan secara seimbang agar hidup memperoleh keberkahan serta keridhaan dari Allah SWT. Habluminallah tercermin melalui pelaksanaan ibadah seperti salat, puasa, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan senantiasa mengingat Allah dalam setiap aktivitas. Ini menunjukkan bentuk ketundukan dan kepatuhan kepada Sang Pencipta. Namun, ibadah kepada Allah belum sempurna jika tidak disertai dengan hubungan yang baik dengan sesama manusia.

Habluminannas mencakup sikap sosial seperti jujur, adil, menolong, memaafkan, serta menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti orang lain. Dalam Islam, memperhatikan hak-hak orang lain adalah bagian dari ibadah. Bahkan, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Seorang Muslim yang baik bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga menjaga amanah, berbuat baik kepada tetangga, dan peduli terhadap kaum dhuafa.

Keseimbangan ini mencerminkan kesalehan individual dan sosial secara bersamaan. Tidak sedikit orang yang tekun beribadah tetapi lalai dalam bermuamalah, atau sebaliknya aktif dalam kegiatan sosial namun melupakan kewajiban kepada Allah. Padahal, keduanya saling melengkapi. Islam tidak hanya mengatur hubungan vertikal, tetapi juga horizontal. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk terus memperbaiki diri dalam dua aspek ini. Dengan menyeimbangkan habluminallah dan habluminannas, seseorang akan mencapai kehidupan yang harmonis, diridhai Allah, dan dicintai oleh sesama manusia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Maksud ulama mencegah orang awam ketika mantu di bulan Muharam adalah karena pakai (maaf) wayang-wayang dan sebagainya, pakai acara-acara kemaksiatan, seperti dangdut, tayub, dan seterusnya. Padahal, bulan Muharam harus dihormati. Sebab, kalau orang melaku-kan kebaikan pahalanya akan berlipat, kalau orang melakukan maksiat dosanya juga berlipat.

Dengan demikian, seharusnya orang menghindari kemaksiatan di bulan Muharam lantaran beberapa orang-orang awam yang mantu kemudian menggelar acara dangdut dicampur kemaksiatan, maka ulama melarangnya. Bukan karena kepercayaan apa-apa, melainkan dalam rangka menghindarkan orang awam agar tidak sampai bermak-siat di bulan tersebut.

Begitu pula kalau ulama melarang orang awam, "Jangan mantu dulu, Kang, karena masih bulan Maulid, nanti saja setelah maulidan." Bukan maksud aneh-aneh, khurafat atau syirik, tidak. Namun, kenapa, kaum muslimin rahimakumullah? Kurang pantas jika umat Islam yang seyogianya menghormati Nabi Muhammad saw., tetapi belum sempat mengadakan maulid, belum bisa menghormati bulan lahirnya Nabi Muhammad saw., tetapi sudah lebih dulu menggelar acara mantenan. Seharusnya, peringati terlebih dulu bulan kelahiran Nabimu. Setelah itu, baru menggelar mantenan. Bukan atas dasar kepercayaan, melainkan karena kita menjaga adab. Namun, tauhid tetap kita murnikan. Dengan begitu, kita insyaallah baik dan benar dalam hal habluminallah. Tauhid tetap murni dan kita tetap benar dalam hal habluminannas, karena adab tetap kita jaga. Semoga Allah membimbing kita semua. Dengan bimbingan Allah, semoga kita bisa menutup usia dengan husnul khatimah. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.