TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam semangat memperingati Hari Kartini, Dharma Wanita Persatuan Universitas Brawijaya (DWP UB) menggelar rangkaian acara inspiratif pada Rabu, 21 Mei 2025.
Mengusung tema "Kartini Masa Kini: Perempuan di Era Digital Menuju Indonesia Emas 2045", peringatan ini tidak hanya menjadi ajang penghormatan terhadap semangat emansipasi yang diwariskan Raden Ajeng Kartini, tetapi juga refleksi tentang peran penting perempuan di era teknologi informasi yang berkembang pesat.
Acara yang digelar di Graha Medika Fakultas Kedokteran UB ini menghadirkan beragam kegiatan mulai dari fashion show busana wastra nusantara, hingga seminar bertema pemberdayaan perempuan di era digital. Kegiatan ini dihadiri oleh para anggota DWP UB, dosen, tenaga kependidikan, serta tamu undangan dari berbagai kalangan.
Salah satu momen menarik adalah fashion show yang menampilkan aneka kain tradisional dari seluruh nusantara. Para peserta memeragakan busana dengan corak dan desain khas Indonesia, sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus simbol kebanggaan akan identitas perempuan Indonesia yang kuat dan anggun.
Puncak kegiatan diisi oleh seminar yang menghadirkan narasumber Direktur Rumah Sakit Universitas Brawijaya, Dr. dr. Viera Wardhani, M.Kes. Dalam paparannya, ia menyoroti pentingnya literasi digital dan kesehatan mental bagi perempuan masa kini. Menurutnya, perempuan bukan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga atau pekerja profesional, tetapi juga sebagai penjaga nilai dan pembimbing generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman.
Ketua DWP UB, Rani Mariana Ulfah Widodo menegaskan bahwa perempuan modern harus adaptif terhadap perubahan zaman, khususnya dalam era digital yang serba cepat dan kompleks.
“Ya, kita memang saat ini hidup di era digital. Apa-apa pakai media sosial. Jadi memang wanita itu harus smart. Karena kita juga pendidik di rumah. Seorang ibu harus sedikitnya paham mekanisme digital, sebagai bekal wawasan untuk mendampingi anak-anak, dan juga mendampingi suami agar tidak tertinggal,” ungkap Rani.
Ia menekankan pentingnya literasi digital bagi para ibu untuk menjaga peran edukatif di tengah arus informasi yang tak terbendung.
“Perubahan itu sangat besar. Teknologi semakin maju. Harapannya anak-anak kita bisa menjadi tolak ukur pembangunan Indonesia ke depan. Maka pendidikan yang baik di rumah akan menjadi fondasi utama menyongsong Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Rani juga menyampaikan pandangannya soal bagaimana orang tua bisa mendampingi anak di era digital tanpa melanggar batas privasi mereka.
“Saya sepakat dengan Ibu Narasumber tadi, bahwa kita tidak bisa mengganggu privasi anak. Tapi harus tetap ada komunikasi. Saya tidak pernah cek HP anak seperti apa, karena itu bisa menimbulkan kesan bahwa ibu tidak percaya. Kita berikan kebebasan, tapi dengan batasan tertentu,” tuturnya.
Menurutnya, pendekatan yang paling efektif adalah dengan menjalin komunikasi yang terbuka dan tidak menghakimi.
“Misalnya ngobrol, nanya-nanya ‘kamu suka cari apa sih di Google atau pakai ChatGPT?’. Jadi kita tahu sejauh mana mereka berinteraksi dengan media sosial. Dan ketika kita melihat anak main game, jangan langsung melarang, tapi pendekatannya harus halus," tuturnya.
Soal metode seperti apa yang paling pas untuk diterapkan ke anak, dia menyebut bahwa hal itu tergantung masing-masing orang tua. Karena mereka yang lebih tahu seperti apa harus menghadapi anaknya tersebut.
"Asal jangan membuat mereka tersinggung. Itu penting untuk menjaga kepercayaan,” ujarnya.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi para perempuan, tahun ini DWP UB juga memberikan Kartini Award kepada sejumlah anggota yang dinilai berjasa dan memiliki pengabdian luar biasa di DWP UB.
Penghargaan ini diberikan kepada para ibu yang aktif dalam kegiatan sosial, inspiratif, dan telah menunjukkan kontribusi nyata selama lebih dari satu dekade.
“Di Dharma Wanita Persatuan itu banyak ibu-ibu hebat yang bekerja secara sosial, tapi mampu berperan aktif menggerakkan ibu-ibu yang lain. Ada yang masa pengabdiannya lebih dari 10 tahun. Saya sangat terharu, dan mereka memang layak mendapatkan penghargaan ini,” kata Rani.
Melalui peringatan Hari Kartini ini, DWP UB ingin menegaskan bahwa semangat emansipasi tidak hanya berhenti pada perjuangan kesetaraan gender, tetapi juga terus berkembang mengikuti dinamika zaman.
Perempuan masa kini dituntut untuk melek teknologi, adaptif terhadap perubahan sosial, serta mampu menjadi agen transformasi di berbagai sektor kehidupan. (*)