Lebih dari 30 persen masyarakat Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan tersebut dibarengi dengan kenyataan 96 persen warga juga tidak memenuhi kebutuhan buah dan sayur, menurut catatan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr Siti Nadia Tarmizi Kementerian Kesehatan RI, menekankan faktor-faktor tersebut menjadi pemicu utama seseorang terkena stroke, diabetes, hingga obesitas.
Bahkan, usia stroke yang umum terjadi di atas 45 tahun, belakangan sudah semakin menggeser menjadi lebih awal atau lebih muda. Beberapa kali dilaporkan pada generasi milenial maupun generasi Z.
Direktur Medik dan Keperawatan RS PON dr Reza Aditya Arpandy, SpS mengatakan kenaikan kasus stroke pada usia muda di bawah 45 tahun, dipicu gaya hidup tidak sehat dan riwayat penyakit penyerta tak terkontrol.
"Stroke, termasuk pada usia muda, umumnya berkaitan dengan faktor risiko yang bisa dicegah, tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi (dislipidemia), gula darah tinggi (diabetes), merokok, obesitas, hingga kurangnya aktivitas fisik," sorotnya, saat dihubungi detikcom Rabu (21/5/2025).
Bagaimana Memaksimalkan Aktivitas Fisik?
Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dr Elina Widiastuti merinci sejumlah aktivitas fisik dan pilihan olahraga yang bisa menekan risiko seseorang terkena stroke.
Aktivitas fisik disebutnya bisa meningkatkan fungsi kognitif, melepas rasa cemas hingga stres yang juga bisa menjadi pemicu stroke, sampai meningkatkan fungsi jantung dan pembuluh darah.
Sedikitnya tiga jenis aktivitas fisik harian yang bisa dilakukan untuk mencegah stroke. Pertama, aerobik seperti berjalan, berlari, bersepeda, hingga berenang.
"Aktivitas aerobik dengan intensitas sedang dilakukan 3-5 kali per minggu atau 150-300 menit per minggu," saran dia, dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025).
"Jadi, aktivitas yang dilakukan seperti berjalan dan sebagainya dapat dibagi menjadi 30 menit setiap harinya dan dilakukan selama 5 kali dalam seminggu," lanjutnya.
Penguatan Otot
Olahraga untuk menguatkan otot juga tidak kalah penting. Sebab, bisa meningkatkan kekuatan dan kemampuan motorik, sekaligus mengurangi risiko stroke berulang.
"Penguatan otot seperti gym, yoga, atau pilates, yang disarankan dilakukan 2-3 kali seminggu," saran dia.
Terakhir, sebisa mungkin menghindari terlalu banyak duduk atau aktivitas sedentari alias minim gerak.
"Kalau misalnya dalam sehari kita banyak duduk kita harus mulai menguranginya, dengan cara seperti yang dilakukan di luar negeri. Di kantor-kantor yang dulunya bekerja sambil duduk, sekarang bisa berdiri. Jadi, tidak hanya duduk aktivitas sehari-harinya dan memperbanyak langkah itu adalah salah satu yang dapat dilakukan," jelas dr Elina.