TRIBUNNEWS.COM - Lima orang ditangkap polisi Jerman atas dugaan keterlibatan dalam kelompok ekstremis sayap kanan Last Wave of Defence atau Gelombang Pertahanan Terakhir.
Kelompok ini diduga merencanakan serangan terhadap pencari suaka, migran, dan lawan politik.
Penangkapan terjadi Rabu (21/5/2025) dini hari di sejumlah wilayah Jerman.
Operasi ini dilakukan setelah terjadinya pembakaran di pusat komunitas dan tempat penampungan pengungsi.
Jaksa federal juga menggeledah 13 properti yang berkaitan dengan para tersangka.
Empat dari lima tersangka diidentifikasi sebagai Benjamin H, Ben-Maxim H, Lenny M, dan Jason R.
Mereka diduga sebagai anggota organisasi teroris domestik, Al Jazeera melaporkan,
Satu tersangka lainnya, Jerome M, dituduh mendukung kelompok tersebut.
Dua tersangka menghadapi dakwaan tambahan berupa percobaan pembunuhan dan pembakaran dengan kekerasan.
Usia para tersangka tidak diungkapkan.
Menteri Kehakiman Jerman Stefanie Hubig mengatakan mereka masih di bawah umur saat kelompok ini terbentuk.
Kelompok tersebut diyakini terbentuk pada pertengahan April 2024 atau lebih awal.
Menurut jaksa, mereka menganggap diri sebagai “pilihan terakhir” untuk membela bangsa Jerman dan ingin menghancurkan demokrasi negara itu.
Pada Oktober lalu, dua tersangka diduga membakar pusat kebudayaan di Altdobern, Jerman timur.
Beberapa orang selamat dari kebakaran itu secara kebetulan.
Pada Januari, dua tersangka lainnya mencoba membakar rumah pencari suaka di Schmolln dengan menyalakan kembang api setelah memecahkan jendela bangunan.
Mereka mencoretkan slogan rasis seperti “Orang asing keluar”, “Jerman untuk Orang Jerman”, “Wilayah Nazi”, serta simbol swastika di dinding.
Masih pada Januari, tiga tersangka juga merencanakan pembakaran rumah pencari suaka di Senftenberg, namun serangan itu tidak terlaksana karena dua dari mereka lebih dulu ditangkap.
Jaksa juga menyelidiki tiga orang lain yang saat ini sudah berada dalam tahanan.
Menurut laporan kementerian dalam negeri yang dirilis Selasa, kejahatan bermotif politik di Jerman melonjak sekitar 40 persen tahun lalu.
Kekerasan dari kelompok sayap kanan mengalami peningkatan tajam.
Dalam beberapa tahun terakhir, sentimen anti-imigran meningkat di Jerman.
Partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) memperbesar jumlah kursi di parlemen dengan kampanye anti-imigran.
Kanselir Friedrich Merz juga mendorong pengetatan kebijakan perbatasan dan menghentikan migrasi ilegal.
Pemerintahannya bahkan mengusulkan deportasi ke negara-negara yang sebelumnya dikecualikan seperti Suriah dan Afghanistan, serta menangguhkan penyatuan kembali keluarga bagi pengungsi.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)