TIMESINDONESIA, MALANG – Siapa sangka, resep mie rumahan warisan nenek bisa membawa berkah sebesar ini. Bermula dari warung kecil di teras rumah, kini Depot Kayutangan menjelma menjadi salah satu destinasi kuliner paling diburu di Kota Malang.
Kontributor TIMES Indonesia, Nurul Qomariah, mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmer Malang, melaporkan depot ini dikelola oleh duet Mbak Lala dan Mas Tommy, tempat makan ini menyajikan mie dengan cita rasa otentik yang langsung akrab di lidah warga lokal.
“Dulu Mbak Lala cuma jualan dari rumah,” cerita Mas Dewa, sang supervisor Depot Kayutangan.
“Mienya pakai bumbu neneknya sendiri. Dari situ berkembang, sampai akhirnya kita buka Depot Kayutangan di awal 2024.”
Dari awal buka, Depot Kayutangan langsung mencuri perhatian pecinta mie. Salah satu rahasianya: bumbu khas warisan keluarga yang tidak banyak mengalami perubahan, namun dikemas dalam konsep depot kekinian.
Menu andalan seperti Cwie Mie Char Siu, Yamin Char Siu, dan Mie Kuah Mala jadi magnet tersendiri. Kuah Mala sendiri baru diperkenalkan dua bulan terakhir, tapi sudah mendapatkan tempat di hati pelanggan.
“Kuah mala itu baru. Sebelumnya cuma ada cwie mie sama yamin,” ungkap Mas Dewa.
“Sekarang kita juga lagi riset untuk menu baru.”
Namun, di balik kesuksesan, tantangan pun datang silih berganti. Popularitas yang semakin tinggi membuat pengunjung sering kali harus antre panjang, bahkan tidak kebagian tempat duduk. Hal ini mendorong tim manajemen untuk memutar otak.
“Kita sempat kewalahan atur kru dan pelanggan. Kadang pengunjung nggak dapat tempat dan pulang. Sekarang kita ubah sistem dapur supaya penyajian lebih cepat,” jelasnya.
Langkah itu terbukti efektif. Dengan tata dapur yang lebih efisien, perputaran pelanggan jadi lebih lancar. Selain kecepatan pelayanan, konsistensi rasa dan pengalaman bersantap yang nyaman jadi fokus utama manajemen. Mereka juga mulai merancang sistem antrean yang lebih rapi agar pelanggan tak perlu menunggu terlalu lama.
Kesuksesan Depot Kayutangan adalah kisah tentang keberanian menjaga keaslian rasa sambil tetap adaptif terhadap dinamika pasar. Cita rasa yang lahir dari kesederhanaan dan kenangan keluarga ini ternyata justru menjadi kekuatan utama untuk bersaing di dunia kuliner yang makin kompetitif.
Dengan semangat inovasi dan akar tradisi yang kuat, Depot Kayutangan bukan hanya menyajikan mie tetapi juga pengalaman yang menyentuh, menyatukan nostalgia dan modernitas dalam satu suapan.