Grid.ID - Dedi Mulyadi memilih cuek bebek saat disindir Gubernur Konten. Gubernur Jabar sampai singgung soal buzzer.
Dedi Mulyadi kini sedang menjadi perbincangan. Bagaimana tidak, kebijakan sang Gubernur Jawa Barat itu sering kali menimbulkan kontroversi di kalangan publik.
Kebijakan kontroversi Dedi Mulyadi yakni mengirim siswa nakal ke barak militer. Sang Gubernur Jawa Barat sampai dilaporkan ke Komnas HAM.
Baru-baru ini, Dedi Mulyadi buka suara usai disindir sebagai Gubernur Konten sampai singgung soal buzzer. Dalam acara Abdi Nagri Nganjang Ka Warga edisi ke-8 yang berlangsung di Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, pada Rabu malam (21/5/2025), Dedi memberikan respons yang santai dan menyelipkan sindiran halus.
Ia menegaskan bahwa dirinya lebih memilih untuk mengelola media sosial secara mandiri tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk menggunakan jasa influencer, buzzer, ataupun konsultan konten.
"Bea jadi gubernur konten? Keun bae, lumayan, boga YouTube sorangan, boga TikTok sorangan, teu kudu nguli-keun ka batur. Sabab nguli-keun ka influencer, harga nguli-keun ka buzzer, mahal, miliaran, malahan puluhan miliar."
"(Enggak Apa-apa jadi gubernur konten? Ya biarkan saja, lumayan, saya punya YouTube sendiri, punya TikTok sendiri, tidak perlu menyewa orang lain. Karena menyewa influencer, menyewa buzzer itu mahal, miliaran, bahkan puluhan miliar)," ucap Dedi di hadapan ribuan warga, dikutip dari TribunJabar.id.
Ia mengaku tidak pernah menggunakan anggaran pemerintah untuk membayar tim kontennya, bahkan konsep konten yang dibuatnya tanpa konsultan.
"Aing mah teu kudu ngulikeun, teu kudu make konsultan, ku sorangan wae. (Saya mah tidak perlu menyewa, tidak perlu pakai konsultan, cukup saya sendiri saja)," tegasnya.
Dedi bahkan menyindir penggunaan dana besar yang kerap digunakan untuk membuat sebuah pencitraan tersebut.
Menurutnya, anggaran itu seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan masyarakat yang lebih penting.
"Lumayan kan anggaran jeung influencer, buzzer jeng konsultan ku aing dipake imah ma Icih. Bener teu? Bener. (Lumayan kan, anggaran buat influencer, buzzer, dan konsultan saya pakai untuk bangun rumah sama Icih. Benar enggak? Benar)," katanya sambil disambut gelak tawa warga.
Usai buka suara soal Gubernur Konten sampai singgung soal buzzer, Dedi Mulyadi juga menegaskan, dirinya lebih memilih menggunakan anggaran untuk membangun infrastruktur ketimbang membiayai konten pencitraan.
"Anggaran itu lebih baik dipakai untuk membangun jalan. Lihat nanti, jalannya di Jawa Barat akan bagus. Tapi bertahap dulu, mulai dari jalan provinsi, lalu ke jalan kabupaten, lalu ke jalan desa," ujar Dedi.
Menutup pernyataannya, Dedi menegaskan, gelar apapun yang diberikan kepadanya tidaklah penting, selama janji yang diberikan kepada rakyat bisa diwujudkan.
"Edek dibere gelar gubernur naon wae ge teu penting, nu penting mah naon nu dijanjikeun ka rakyat di wujudkeun. (Dikasih gelar gubernur apa saja juga tidak penting, yang penting itu apa yang dijanjikan kepada rakyat bisa diwujudkan)," kata Dedi.
Beberapa waktu lalu, Saat rapat kerja Komisi II DPR RI bersama para gubernur pada Selasa, 29 April 2025, Rudy melabeli Dedi dengan sebutan “Gubernur Konten”. Menanggapi cap tersebut, Dedi bersikap tenang. Ia menyatakan bahwa kegiatannya memproduksi konten justru membantu pemerintah Provinsi Jawa Barat menghemat anggaran promosi.
Selain itu, Dedi juga disebut sebagai “Mulyono Jilid II”, mengacu pada nama masa kecil Presiden Joko Widodo. Ia dituduh memanfaatkan media sosial untuk membentuk citra diri, mirip seperti gaya komunikasi publik Jokowi. Menjawab berbagai tudingan tersebut, Dedi memberikan klarifikasi lewat video yang ia unggah di Instagram pribadinya pada Senin, 19 Mei 2025.
“Setelah melalui berbagai tantangan dalam membantu remaja di Jawa Barat yang terjerat masalah kriminal dengan pendekatan pendidikan disiplin di barak militer, sekarang saya kembali diserang dengan berbagai label. Ada yang menyebut saya Gubernur Konten, Mulyono Jilid II, Gubernur Pencitraan, dan lainnya. Tapi tujuannya semua ini sebenarnya untuk apa?” kata Dedi dalam video tersebut, dikutip Kompas.com.
“Tujuannya hanya satu: rupanya mereka sangat memperhatikan saya. Apapun yang saya lakukan selalu dikomentari. Dan saya justru menikmati perhatian itu,” sambungnya.