TRIBUN-MEDAN.com - Seorang tenaga kesehatan senior yang bekerja sebagai pemimpin tim klinis di Layanan Ambulans Skotlandia (Scottish Ambulance Service/SAS) menghadapi ancaman hukuman penjara setelah secara diam-diam menyuntikkan obat aborsi kepada seorang wanita yang sedang mengandung anaknya.
Pelaku, Stephen Doohan, 33 tahun, mengaku bersalah di hadapan Pengadilan Tinggi Glasgow atas tiga dakwaan serius, yakni penganiayaan, pelecehan seksual, dan menyebabkan aborsi tanpa persetujuan korban.
Kasus ini menghebohkan publik setelah terungkap bahwa korban berniat mempertahankan kehamilannya, namun Doohan justru merancang rencana untuk menggugurkan kandungan secara diam-diam.
Dikutip dari Dailystar.co.uk Kamis (22/3/2025), kisah tragis ini bermula dari pertemuan antara Doohan dan korban saat keduanya berlibur di Spanyol pada tahun 2021.
Saat itu, Doohan tidak mengungkapkan bahwa ia sudah menikah.
Meski demikian, komunikasi antara mereka tetap terjalin setelah liburan.
Pada Maret 2023, korban mengetahui bahwa ia sedang hamil.
Kebetulan, saat itu Doohan tengah berpisah sementara dari istrinya.
Setelah mengetahui niat korban untuk mempertahankan kehamilan, Doohan menghancurkan pil yang kemudian disuntikkan secara diam-diam ke tubuh korban saat ia sedang berbaring di rumah Doohan di Edinburgh.
Beberapa hari kemudian, korban mulai mengalami kram perut dan merasa tidak enak badan.
Kecurigaan muncul ketika korban terbangun dari tidur dan merasakan perlakuan mencurigakan dari Doohan.
Saat Doohan ke kamar mandi, korban memeriksa bawah tempat tidur dan menemukan alat suntik plastik berisi sisa serbuk tablet.
Korban akhirnya mencari pertolongan medis pada 18 Maret 2023 karena nyeri hebat.
Doohan menemaninya dan memohon agar ia tidak melibatkan polisi.
Ia bahkan mencoba membungkam korban dengan memberikan hadiah seperti parfum, kaus kaki, uang tunai, dan tiket pertandingan sepak bola.
Keesokan harinya, korban pingsan di kamar mandi dan harus dibawa ke rumah sakit lagi. Kali ini, ia meminta Doohan tidak ikut dalam pemeriksaan.
Tak lama kemudian, ia mengetahui bahwa bayinya telah meninggal dunia.
Korban lalu merekam pengakuan Doohan dan melaporkannya ke pihak Layanan Ambulans Skotlandia. Polisi pun segera bertindak dan menangkap Doohan.
Di pengadilan, Doohan juga didakwa mencuri obat misoprostol dari SAS, namun tuduhan itu tidak dilanjutkan setelah pengadilan menerima pembelaan tidak bersalahnya.
Kuasa hukum Doohan, Mark Stewart KC, menyampaikan bahwa kliennya sangat menyesal dan sedang menghadapi masalah pribadi yang mempengaruhi penilaiannya.
Meski demikian, Hakim Lord Matthews menegaskan bahwa kejahatan ini tergolong berat dan tidak ada pilihan lain selain hukuman penjara.
“Anda telah mengaku bersalah atas pelanggaran yang mengerikan. Tidak akan ada alternatif selain hukuman penjara, dan itu akan cukup lama,” ujarnya.
Hakim mengizinkan perpanjangan pembebasan dengan jaminan agar Doohan dapat menjalani evaluasi kesehatan mental lebih lanjut sebelum putusan final dijatuhkan bulan depan.
Doohan juga dimasukkan dalam daftar pelaku kejahatan seksual.
Dalam pernyataan resmi, juru bicara Layanan Ambulans Skotlandia menyatakan bahwa begitu mereka mengetahui tuduhan serius terhadap Doohan, pihaknya langsung mengambil tindakan untuk melindungi masyarakat dan bekerja sama dengan Kepolisian Skotlandia.
“Ia kini tidak lagi bekerja untuk kami,” tegas pernyataan tersebut.
(cr31/tribun-medan.com)