Grid.ID - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi balas kritikan pedas pengamat politik, Rocky Gerung. Dalam kritikan itu, Rocky Gerung sempat menyinggung soal visi 'dangkal' hingga kebijakan ala militer Dedi Mulyadi.
Seperti diketahui, sosok Dedi Mulyadi belakangan ini memang ramai diperbincangkan publik. Hal itu karena kebijakan-kebijakannya yang unik dan beda dari yang lain.
Seperti baru-baru ini, Dedi Mulyadi sampai menuai kritik dari pengamat politik, Rocky Gerung. Rocky mengkritik gaya berpolitik Dedi Mulyadi yang dianggap memiliki visi yang 'dangkal'.
Selain itu, Rocky Gerung baru-baru ini juga menyindir kebijakan pendidikan ala militer yang digaungkan oleh Dedi Mulyadi. Tak tinggal diam, Dedi Mulyadi langsung balas sindiran keras Rocky Gerung tersebut.
Melalui akun Instagramnya @dedimulyadi17, Dedi menjawab kritikan yang dilontarkan oleh Rocky Gerung. Tak marah atau tersinggung, Dedi malah menanggapinya dengan santai.
Terlihat, ia menjawab sindiran itu sambil berjalan-jalan di pinggir sawah. Sambil tersenyum, Dedi mengaku tak masalah disebut 'dangkal' oleh Rocky.
Walau disebut punya visi 'dangkal', ia senang bisa bermanfaat untuk orang lain. Ia lantas membalas sindiran Rocky sengan pesan menohok.
"Saya memilih menjadi orang yang berpikiran dangkal namun melahirkan hamparan tanaman," kata Dedi Mulyadi.
"Daripada orang yang mengakui pikirannya dalam malah membuat banyak orang tenggelam,"
"Pagi semuanya kita hadapi berbagai kritik dengan senyuman," ujarnya.
"Salam sehat bahagia selalu. Dengan melangkah hidup akan menjadi berkah," imbuhnya.
Kritikan Keras Rocky Gerung pada Dedi Mulyadi
Seperti diketahui, Rocky sempat menyentil gaya berpolitik Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Menurutnya, gaya blusukan hingga gaya politik pria yang akrab disapa KDM itu tak jauh beda dengan Mantan Presiden Joko Widodo.
Melansir TribunJakarta.com, Rocky menggunakan pisau bedah teori filsafat barat tahun1967 dari Guy Debord. Guy Debord menulis buku yang kemudian dikenal sebagai teori kritis beraliran Marxist berjudul 'The Society of the Spectacle'.
"Ada satu prinsip yang menerangkan bagaimana orang mengkonsumsi kedangkalan gitu, Society of the Spectacle, The Society of the Spectacle. Gimana bahasa Indonesianya, masyarakat yang doyan nonton kedangkalan," jelas Rocky.
Rocky mengatakan, nama Dedi dan Jokowi sama-sama dikenal publik lewat intensitas kemunculannya di media sosial. Dengan citra kesederhanaan, keduanya disebut bisa merebut hati masyarakat yang menontonnya.
"Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan, apa istilah tadi, visualisasi bukan visi. Tapi dalam politik orang mau ukur visualisasi itu demi apa kalau visinya dangkal," lanjutnya.
Rocky pun mengambil contoh kebijakan Dedi Mulyadi terbaru soal pengiriman anak nakal ke barak militer. Menurutnya, pendidikan ala TNI tidak mengajak anak berpikir, melainkan hanya pendisiplinan tubuh.
"Barak itu didisiplinkan tubuhnya. Kalau kita belajar teori-teori disiplinary society oleh Michel Foucault misalnya, fungsi barak militer mendisiplinkan tubuh bukan mengajak orang berpikir," jelasnya.
"Hanya dalam masyarakat yang IQ-nya 78, kedangkalan itu laku. Dan kita masih di situ. Saya masih cari-cari datanya. WHO bilang, World Bank bilang memang masih 78. Akibatnya apa, ya kedangkalan itu laku terus," imbuhnya.
Meski begitu, kritikan keras Rocky Gerung itu langsung ditanggapi dengan santai oleh Dedi Mulyadi.