Sahrul Gunawan Klarifikasi Soal Larang Anaknya Kuliah di UGM, Jengkel Dikaitkan dengan Isu Ijazah Palsu Jokowi
Widy Hastuti Chasanah May 25, 2025 01:34 PM

Grid.ID - Mantan Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan klarifikasi soal larang anaknya kuliah di UGM (Universitas Gadjah Mada). Sahrul Gunawan geram lantaran keputusannya itu dikaitkan dengan isu ijazah palsu Jokowi.

Seperti diketahui, aktor sekaligus Mantan Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan sempat melarang anaknya kuliah di UGM. Padahal sang anak, Ezzar Raditya Gunawan telah lolos tes di kampus Yogyakarta tersebut.

Anak Sahrul Gunawan itu diketahui mengambil program double degree di UGM. Sayangnya, pernyataan Sahrul Gunawan langsung memicu pro kontra dari publik.

Bahkan, ada yang mengaitkan keputusan Sahrul Gunawan itu dengan isu ijazah palsu Jokowi. Terkait hal itu, Sahrul Gunawan langsung klarifikasi dan mengungkap alasannya melarang anak kuliah di UGM.

Hal itu diketahui dari unggahan di akun Instagram @sahrulgunawanofficial pada Jumat (23/05/2025). Di unggahan itu, Sahrul Gunawan memperlihatkan tangkapan layar pemberitaan mengenai dirinya yang melarang anak kuliah di UGM.

Dengan tegas, suami Dine Mutiara itu mengungkap alasannya melarang anak kuliah di UGM. Ia menegaskan, keputusannya melarang sang buah hati kuliah di UGM bukan karena isu miring soal ijazah Jokowi.

"Dari kemarin saya banyak di tag terkait pemberitaan media setelah mewawancarai saya di suatu acara mengenai kelulusan anak saya."

"Saya perlu mengklarifikasi karena banyak yang menghubungkan dengan hal lain yang tidak terkait," ujarnya.

Sahrul lantas bercerita bahwa awalnya sang anak memang lolos tes masuk UGM untuk program double degree. Namun, ia dan mantan istrinya memotivasi sang anak untuk mengikuti tes di UI.

Tak disangka, sang anak diterima di kampus bergengsi tersebut. Oleh karena itu, ia meminta sang anak agar mengambil kuliah di UI saja daripada di UGM.


Ada beberapa pertimbangan yang membuat Sahrul Gunawan meminta sang anak kuliah di UI, salah satunya dari segi jarak. Selain itu, sang anak tak perlu tinggal di kos karena dekat dengan orang tua.

"Ezzar, anak sulung saya mengikuti test masuk UGM utk program double degree dan lolos. Namun kami (saya dan ibu kandung ezzar) sepakat utk memotivasi anak sy mengikuti test di Ul utk program yang sama, sehingga batal masuk UGM."

"Pertimbangannya karena agar tetap dekat dengan ibunya di Jakarta sehingga tidak perlu ngekos."

"Kenapa? Bukan tidak ingin mengajarkan anak untuk mandiri atau tidak membebaskan anak memilih jurusan yang diinginkan, bukan, tapi kami orang tuanya tentu lebih tau anak kami, bagaimana yang terbaik untuk anak kami dan tidak perlu kami sampaikan juga kepada publik apa alasannya kan?," jawabnya.

Sahrul Gunawan tak terima jika keputusannya melarang anak kuliah di UGM dikaitkan dengan isu ijazah palsu Jokowi. Ia mengaku sama sekali tidak menyinggung isu tersebut.

"Apalagi dikaitkan dengan masalah ijazah palsu UGM, menggiring opini bahwa sy meragukan kredibilitas kampus UGM gara2 Mulyono. Siapa Mulyono? Tokoh fiktif?" ujarnya.

Lebih lanjut, Sahrul Gunawan memberikan pandangannya soal isu ijazah palsu Jokowi yang kini ramai diperbincangkan. Diakui Sahrul, ia sudah jengah dengan kasus tersebut.

Menurutnya, Jokowi pasti sudah mengalami banyak verifikasi dokumen penting itu mengingat ia adalah mantan orang nomor 1 di Indonesia. Selain itu, Jokowi juga pejabat yang sudah banyak berkontribusi untuk negara.

Ia menyarankan pihak-pihak yang mempermasalahkan hal itu agar mengurusi hal yang lebih penting. Di Indonesia sendiri banyak masalah yang harus diselesaikan.

"Saya adalah salah satu yang meyakini bahwa bapak Jokowi berijazah asli lulusan UGM."

"Terus terang saya sudah bosan dengan pemberitaan media mengenai ijazah palsu ini, apa ga ada lagi hal yang penting untuk di blow up, yang lebih substantif, yang membangun untuk bangsa ini?"

"Jangan lupa bapak @jokowi pernah jadi wali kota solo, gubernur DKI, presiden 2 periode, tentu sudah dilakukan verifikasi data bertingkat-tingkat saat pencalonannya."

"Beliau sudah berkontribusi banyak bagi bangsa ini. Apa gunanya dipermasalahkan setelah beliau selesai menjabat? Lebih baik kita habiskan energi kita utk hal2 yang positif."

"Kalau kita tidak menjadikan rasa kebangsaan dan hanya aspek politis sebagai dasar utk melangkah, bagaimana negara ini bisa maju?," ujarnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.