OLAH Sampah Mandiri hingga Jadi Cenderamata, Pengolahan Sampah di Punggul Badung Dilirik Desa Lain
Anak Agung Seri Kusniarti May 25, 2025 11:32 PM

TRIBUN-BALI.COM – Pengolahan sampah yang dilaksanakan desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung kini menjadi daya tarik desa-desa di Bali.

Hal itu karena Desa Punggul sudah berhasil mengolah sampahnya sendiri. Dalam pengolahannya sampah juga bisa disulap menjadi cenderamata yang banyak diminati Masyarakat.

Begitu juga sampah organik bisa digunakan menjadi pupuk yang diolah langsung di TPS 3R (Reduce-Reuse-Recycle) Desa Punggul.

Pengolahan sampah yang dilakukan tidak hanya di tingkat desa, namun di rumah tangga atau di setiap rumah warganya juga disediakan tong edan yang bisa digunakan untuk mengolah sampah rumah tangga.

Seperti halnya Forum Perbekel Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng memilih Desa Punggul menjadi lokus dalam pengolahan sampah yang akan dilakukan di desa. Kunjungan dilakukan pada Jumat (23/5) dengan mendengar pemaparan dari Kepala Desa Punggul dan langsung menuju TPS3R yang dimiliki Desa Punggul.

Studi tiru dilaksanakan sebagai tindak lanjut Peraturan gubernur Bali No 97 Tahun 2019 tentang pembatasan timbunan sampah plastik sekali pakai, begitu juga Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 tahun 2019 tentang Pengolahan Sampah Berbasis Sumber dan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah.

Ketua Forum Perbekel Kecamatan Seririt, Putu Ngurah Budi Utama yang ditemui di lokasi mengatakan, dari hasil peninjauan dan penjelasan yang dilakukan, pengolahan sampah dinilai sangat bagus.

Bahkan pihaknya berharap desa di Kecamatan Seririt bisa mengembangkan metode yang dilakukan. “Pengolahan sampahnya sangat bagus sekali, TPS3R yang tidak berbau. Sehingga kami berharap bisa menyerap ilmu di Desa Punggul ini,” ujarnya.

Perbekel Desa Tangguwisia Budi Utama mengaku ada beberapa kendala yang dihadapi desa di Singaraja dalam melakukan pengolahan sampah. Salah satu kendala yakni masalah dana.

“Ada beberapa desa yang sudah memiliki lahan, namun karena dana belum ada sehingga belum bisa membangun TPS3R. Apalagi membeli alat pengolahan seperti di desa Punggul ini,” ucapnya.

Untuk itu pihaknya sangat berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) maupun Provinsi Bali bisa memberikan bantuan berupa Bantuan Keuangan Khusus (BKK) untuk membangun dan membeli alat-alat pengolahan sampah di masing-masing desa. “Kita di Singaraja sama sekali belum ada yang memiliki TPS3R, namun lahan sudah ada yang punya,” bebernya

Dari hasil peninjauan, pihaknya mengaku yang paling menarik dalam pengolahan sampah di Desa Punggul yaitu inovasinya. Pasalnya sampah bisa diolah perajin hingga menjadi souvenir.

Sementara itu, Ketua Yayasan Budaya Bali Punggul Sekaligus Kordinator TPS3R Desa Punggul, I Gusti Nyoman Jelantik menjelaskan jika Desa Punggul moto “Sampah Desa Tuntas di Desa”. Pengolahan sampah sendiri diselesaikan melalui beberapa program seperti Bank Sampah, TPS 3R dan Tong Edan.

Diakuinya, permasalahan sampah di Desa Punggul berawal dari rumah tangga sehingga penyelesaiannya pun harus diawali dari rumah tangga. Untuk itu, setiap rumah diminta memilah sampah menjadi plastik dan non-plastik.

Selain itu, di setiap rumah tangga juga disediakan Tong Edan, di mana sisa atau limbah makanan dimasukkan ke dalam Tong Edan kemudian disemprotkan dengan cairan liang setiap hari.

Ini dilakukan untuk mengurangi bau dan nantinya dapat digunakan sebagai pupuk cair dan kompos untuk tanaman di rumah.

“Jadi cairan ini kita berikan dari desa. Sehingga setiap rumah tangga bisa mengolah sampahnya sendiri. Namun untuk sampah residu bisa langsung kita olah di TPS3R,” bebernya.

Diakui semua sampah dari Masyarakat baik plastik dan organik akan diproses tuntas hari itu juga di TPS 3R. Proses pengolahan sampah kemudian menghasilkan produk ekonomi sirkular seperti souvenir, benda kerajinan, ukiran, dan lain sebagainya.

“Dalam pengolahan sampah ini, kita harus tau jenis sampah kita sendiri. Baru mencari mesin pengolahan sampah seperti pencacah, pemilah dan yang lainnya,” kata dia.  

Sementara itu, DPD PDI Perjuangan (PDIP) Provinsi Bali akan ikut turun tangan dalam sosialisasi menyelesaikan persoalan sampah, khususnya pengelolaan sampah berbasis sumber.

Hal ini disampaikan langsung Bendahara DPD PDIP Bali, Dewa Made Mahayadnya alias Dewa Jack, yang menyebut bahwa persoalan sampah harus ditangani dari hulunya, yakni dari rumah tangga sebagai sumber utama.

“Pemahaman masyarakat tentang sampah berbasis sumber menjadi kunci. Artinya, penyelesaian masalah sampah harus dimulai dari tempat sampah itu berasal, yaitu dari rumah-rumah warga. Ini akan kami lakukan secara massif,” tegas Dewa Jack, Minggu (25/5).

Sebagai langkah konkret, DPD PDIP Bali tengah merancang gerakan aksi bersih yang akan dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Bali.

Kegiatan ini rencananya akan mulai disusun pada pertengahan Juni 2025. Gerakan ini melibatkan seluruh tingkatan struktur partai, mulai dari DPD, DPC, hingga Pengurus Anak Cabang (PAC).

“Kami akan melakukan koordinasi secara menyeluruh dengan tiga pilar partai: eksekutif, legislatif, dan struktur partai. Nantinya, kegiatan ini akan dijalankan langsung oleh PAC, karena anak-anak cabang kami di tingkat kecamatan lebih tahu bagaimana proses timbulnya sampah dari rumah tangga hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” paparnya.

Menurutnya, langkah ini bukan hanya agenda internal partai, tetapi bagian dari tanggung jawab moral untuk menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan Bali. Saat ini, inisiasi kampanye sudah dimulai salah satunya melalui Bulan Bung Karno dengan lomba konten tentang bersih sampah. 

“Yang kami lakukan bukan sekadar lewat Surat Edaran. Nantinya, Pak Ketua DPD (PDIP Bali) akan langsung turun dan bertemu dengan jajaran DPD, DPC, hingga PAC untuk memastikan koordinasi berjalan maksimal,” ujar pria yang juga menjabat Ketua DPRD Bali ini. (gus/sup)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.