Dispendik Banyuwangi Siapkan Guru Master Bahasa Osing, Perkuat Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal
GH News May 28, 2025 10:05 PM

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi terus mendorong pendidikan karakter melalui pendekatan berbasis budaya lokal. Salah satu langkah strategis yang tengah dijalankan adalah menyiapkan guru master Bahasa Osing dan Sejarah Blambangan untuk diterapkan di seluruh sekolah di bawah naungan Dispendik.

Kepala Dispendik Banyuwangi, Suratno, menjelaskan bahwa pihaknya kini tengah menggencarkan program Training of Trainers (TOT) guna mencetak para pendidik yang mampu mengenalkan Bahasa Osing secara efektif dan kontekstual kepada peserta didik.

“Harapannya, peserta didik dapat mengenal dan menggunakan Bahasa Osing sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Tetapi bukan untuk menggantikan bahasa ibu,” ujar Suratno, Rabu (28/5/2025).

Meski begitu, Suratno mengakui tantangan tak bisa dihindari, terutama karena keragaman bahasa daerah di Banyuwangi. Wilayah selatan lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa, sementara barat dan utara didominasi Bahasa Madura. Hal ini menjadi hambatan tersendiri dalam pemerataan implementasi Muatan Lokal (Mulok) Bahasa Osing.

“Melalui program TOT, kami berharap para guru master ini dapat berperan sebagai jembatan dalam mengenalkan Bahasa Osing dengan cara yang adaptif,” tambahnya.

Selain bahasa, muatan lokal juga meliputi pembelajaran Sejarah dan Budaya Blambangan. Nilai-nilai perjuangan, kearifan lokal, serta tokoh-tokoh sejarah seperti Sayu Wiwit dan Prabu Tawangalun dikenalkan kepada siswa menggunakan pendekatan naratif budaya.

Legenda Sayu Wiwit—tokoh perempuan Blambangan yang dikenal karena keberanian dan kebijaksanaannya—bahkan diajarkan dalam Bahasa Osing, guna menghadirkan kedekatan emosional antara siswa dan warisan leluhur mereka.

“Kami ingin peserta didik memahami sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi sebagai bagian dari budaya mereka,” tegas Suratno.

Komitmen ini juga terwujud dalam Festival Sastra Osing, sebuah ajang yang mewadahi ekspresi dan apresiasi siswa terhadap karya sastra daerah. Festival ini menjadi salah satu program unggulan yang menempatkan Banyuwangi sebagai pelopor pelestarian bahasa lokal melalui pendidikan formal.

Atas berbagai inovasi tersebut, Banyuwangi berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FBIN) 2025, sebagai daerah yang dinilai sukses mempertahankan eksistensi Bahasa Osing di tengah derasnya arus modernisasi.

Langkah-langkah ini tidak hanya menunjukkan dedikasi Banyuwangi dalam menjaga kekayaan budaya, tetapi juga menegaskan bahwa pendidikan karakter bisa tumbuh kuat bila akar budaya dijadikan pijakan utama. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.