Tiap Tahun Selalu Banjir Rob, Warga Pesisir Bangkalan Desak Normalisasi Sungai Bandaran
Haorrohman May 30, 2025 05:31 PM

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Bangkalan – Banjir rob beberapa kali merendam kawasan pesisir barat Kota Bangkalan. Penyebabnya bukan semata karena air laut pasang, tapi juga sedimentasi di Sungai Bandaran yang kian parah akibat tidak pernah dinormalisasi. 

Akibatnya, dua kelurahan yang berbatasan langsung dengan sungai, Kelurahan Pangeranan dan Pejagan, menjadi langganan banjir musiman selama lebih dari 20 tahun.

Air rob yang datang dua kali dalam setahun ini tak hanya mengganggu aktivitas warga, tapi juga menyebabkan kerusakan barang-barang rumah tangga. Ketinggian air yang mencapai lebih dari setengah meter kali ini memperparah kondisi, terutama di wilayah RW III, RW V, dan RW X.

“Lemari rusak, kamar terendam, sampai tidak bisa tidur karena harus bersih-bersih setelah air surut. Setiap tahun banjir rob datang dua kali, bisa siang atau malam, biasanya berlangsung masing-masing tiga hari,” ujar Febriana (40), warga RW V Kelurahan Pejagan, saat ditemui Jumat (30/5/2025).

Meskipun bagi sebagian anak-anak air rob jadi tempat bermain, kondisi ini jelas meresahkan warga dewasa. Selain menghambat aktivitas, air yang masuk ke rumah membawa kotoran dari selokan dan menimbulkan penyakit.

“Sudah empat hari ini air rob datang setiap pagi sekitar pukul 8, lalu masuk ke halaman, bahkan ke dapur warga sekitar pukul 10. Air baru surut setelah Dzuhur. Airnya gatal, karena dari selokan,” ungkap Ny Etik (59), warga Kelurahan Pangeranan.

Sungai Bandaran, yang menjadi batas alami antara Kelurahan Pangeranan dan Pejagan, diduga mengalami pendangkalan akibat sedimentasi yang tak pernah ditangani secara serius. Permintaan pengerukan sungai sebenarnya sudah diajukan sejak tahun lalu oleh kelurahan ke Dinas Kelautan Provinsi Jawa Timur. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut.

“Normalisasi sungai belum terealisasi karena terkendala status administratif. Sungai itu melintasi dua kelurahan, sedangkan dalam pengajuan hanya bisa satu wilayah,” kata Lurah Pangeranan, Agus Deni.

Menurut Deni, tahun ini banjir rob terasa lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu, menurutnya, terjadi karena saat ini masuk musim kemarau basah, sehingga air rob yang seharusnya cepat surut tertahan lebih lama akibat curah hujan yang masih terjadi.

“Kenapa rob sekarang lebih tinggi? Karena musim kemarau basah. Airnya lebih lama kembali ke laut karena masih ada hujan,” jelas Deni.

Sembari menunggu respon dari pemerintah provinsi, Kelurahan Pangeranan terus mengupayakan langkah darurat bersama warga. Kegiatan kerja bakti rutin dilakukan untuk membersihkan drainase agar aliran air tidak terhambat.

“Setiap minggu kami bersih-bersih saluran air, sesuai arahan Bupati. Kami juga sudah mengajukan kembali permintaan normalisasi sungai ke Pemprov Jatim. Semoga tahun ini bisa terealisasi,” tambah Deni.

(Ahmad Faisol/TribunJatimTimur.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.