Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring bertambahnya usia, ketahanan tubuh juga mulai berkurang.
Kondisi ini sering didapati pada seseorang yang lanjut usia (lansia).
Seringkali juga ditemui lansia yang mengalami malnutrisi.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization), sekitar 1 dari 6 lansia di dunia mengalami bentuk kekurangan gizi ringan hingga berat.
Kebutuhan nutrisi yang tepat adalah kunci lansia tetap sehat, aktif dan tidak mudah sakit.
Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M. Gizi, AIFO-K menuturkan, fungsi organ pada orang-orang yang berusia tua tidak akan seoptimal dibandingkan waktu mereka muda, misalnya fungsi jantung dan fungsi pencernaan.
Salah satu sistem pencernaan adalah usus sebagai tempat penyerapan makanan.
Saat usia tua, proses penyerapan makanan lebih lambat, dan lansia identik dengan berbagai faktor penyakit komorbid misalnya hipertensi, diabetes, penyakit tulang dan sendi.
"Adanya komorbid juga dapat membuat asupan nutrisi lansia menjadi terbatas, misalnya hipertensi dibatasi makan garamnya, diabetes dibatasi makan karbohidrat atau gula,” ujar dia dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk.
Selain fungsi pencernaan menurun, nafsu makan juga berkurang serta kehilangan gigi yang tentunya akan mempersulit proses makan.
Kondisi ini berkontribusi pada penurunan daya tahan tubuh, penyerapan nutrisi, dan risiko malnutrisi.
Risiko gangguan lainnya adalah sarkopenia (penurunan massa otot) yang terjadi setelah usia 30 tahun dan meningkat tajam setelah usia 60 tahun, hingga demensia, serta infeksi berulang.
“Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi renta itu bisa dicegah," jelas dr. Dedy.
Nutrisi yang cukup, terutama protein dan kalsium, adalah fondasi utama agar lansia tetap aktif dan tidak mudah jatuh sakit.
Kebutuhan protein lansia justru lebih tinggi dibanding dewasa muda, karena penurunan massa otot alami yang terjadi seiring bertambahnya usia.
Sayangnya, banyak masyarakat masih beranggapan bahwa lansia hanya perlu makan sayur atau makanan ringan.
Sedangkan asupan protein sering kali kurang, demikian pula asupan lemak sehat masih belum mendapat perhatian yang cukup.
Faktanya, kebutuhan protein, untuk lansia meningkat hingga 20 persen dibandingkan dewasa muda, yakni mencapai 1—1,2 gram protein per kilogram berat badan per hari.
Kebutuhan vitamin D, kalsium, dan lemak sehat, juga meningkat. Zat gizi tersebut penting untuk regenerasi jaringan dan fungsi otak, serta menjaga fungsi otot dan tulang para lansia.
Apabila asupan makanan harian termasuk sayur dan buah tidak mencukupi kebutuhan tubuh, maka dibutuhkan suplemen nutrisi tambahan.
Salah satunya, dalam bentuk susu yang memiliki keragaman gizi dan kandungan protein yang cukup untuk memperbaiki kualitas otot lansia.
Selain pemenuhan gizi, aktivitas fisik juga penting dilakukan secara rutin oleh lansia.
dr. Dedy menekankan, olahraga lansia tidak cukup hanya senam atau jalan pagi.
Angkat beban ringan sangat dianjurkan untuk menjaga massa otot dan mencegah kerapuhan.
Kombinasi antara olahraga teratur dan konsumsi makanan bergizi adalah kunci lansia tetap produktif dan tidak mudah jatuh sakit.
Untuk menjadi lansia yang kuat itu harus diimbangi dengan olahraga, yaitu jalan kaki, jogging, senam.
Ada satu olahraga yang sangat penting dan dilupakan, padahal sangat penting untuk memelihara kesehatan otot lansia, yaitu angkat beban.
Olahraga angkat beban dengan asupan protein yang cukup akan memelihara kesehatan otot dan mencegah kerapuhan pada lansia, mencegah mereka mengalami sarkopenia, mencegah mereka jatuh, mencegah mereka mengalami patah tulang, dan sebagainya.