Sinopsis Frankenstein Versi Guillermo del Toro, Ketika Manusia Terobsesi Menjadi Tuhan
Mia Della Vita June 02, 2025 12:34 PM

Grid.ID- Berikut sinopsisFrankenstein garapan Guillermo del Toro yang akan tayang tahun ini.Frankenstein garapan Guillermo del Toro akan dirilis di Netflix dalam beberapa bulan ke depan.

Setelah meraih tiga Piala Oscar, Guillermo del Toro akhirnya mewujudkan impian lamanya. Ia akan mengadaptasi novel klasik Frankenstein karya Mary Shelley.

SinopsisFrankenstein garapan Guillermo del Toro tidak jauh berbeda dari versi bukunya. Kendati demikian, ini tidak akan menjadi film yang biasa-biasa saja.

Menurut sinopsis Frankenstein yang dipublikasikan Netflix, Minggu (1/6/2026), film ini akan menampilkan kisah Victor Frankenstein, seorang ilmuwan jenius yang arogan. Ia terobsesi menciptakan kehidupan dari kematian.

Obsesi ini mengantarkannya pada eksperimen mengerikan. Ia berhasil menciptakan makhluk hidup dari potongan tubuh manusia.

Namun, hasilnya bukan kebanggaan, melainkan kutukan. Sang makhluk menjadi simbol penderitaan.

Ia ditolak dan dibenci. Di sisi lain, sang pencipta pun dihantui rasa bersalah. Keduanya, baik pencipta maupun ciptaan, berakhir dalam kehancuran.

Itulah inti dari sinopsis Frankenstein yang ingin disampaikan del Toro. Yaitu, sebuah tragedi antara cinta, keinginan akan penerimaan, dan konsekuensi dari bermain menjadi Tuhan.

Frankenstein ini akan diperkuat oleh jajaran pemain bintang. Oscar Isaac akan memerankan Victor Frankenstein. Jacob Elordi tampil sebagai sang makhluk.

Lalu, ada juga Mia Goth,Felix Kammerer, Lars Mikkelsen, dan David Bradley yang bergabung dalam proyek ini. Bahkan aktor-aktor papan atas seperti Christoph Waltz dan Charles Dance ikut ambil bagian.

Guillermo del Toro telah lama terobsesi dengan cerita Frankenstein.Ia bahkan menyebutFrankenstein karya Mary Shelley sebagai novel favoritnya sepanjang masa.

Ada satu kalimat monster dalam cerita yang disukainya. “Aku memiliki cinta lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan. Tapi jika aku tidak bisa membangkitkannya, maka aku akan membangkitkan ketakutan."

Kalimat ini terus hidup dalam benak del Toro. Ia merasa terhubung dengan tema besar dalam cerita Frankenstein.

Kisah tentang monster yang haus kasih sayang, namun justru memicu rasa takut. Tema ini menjadi dasar dari sebagian besar karya del Toro selama kariernya.

Sekarang, ia akhirnya kembali ke sumber inspirasinya. Ia mulai menggarap proyek ini sejak lebih dari satu dekade lalu.

Sebelumnya, pada tahun 2010, ia sudah menyatakan ketertarikannya pada kisah ini.Dalam banyak pidato penghargaan, termasuk saat menerima BAFTA untuk The Shape of Water, ia menyebut Mary Shelley sebagai inspirasi utama.

Ia menyebut Shelley sebagai figur penting dalam hidupnya. Bahkan ia mengaku sering memikirkan Shelley ketika merasa ingin menyerah.

Bagi del Toro, Shelley bukan sekadar penulis remaja berusia 19 tahun yang menciptakan mahakarya. Ia adalah suara yang menguatkannya untuk terus bermimpi dan berkarya.

Melihat sinopsis Frankenstein versi del Toro, kita tidak hanya akan menyaksikan adaptasi horor klasik. Kita juga akan menyelami sisi emosional dari sang makhluk dan penciptanya.

Del Toro ingin menghadirkan sisi kemanusiaan dari sang monster. Ia ingin penonton melihat bahwa monster pun bisa mencintai, hanya saja tidak diberi kesempatan.

Sinopsis Frankenstein ini adalah cermin tentang bagaimana manusia menciptakan sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan. Bagaimana ciptaan itu hanya ingin dicintai, namun malah dibenci.

Sebuah tragedi yang relevan dengan banyak hal dalam kehidupan kita hari ini. Film Frankenstein versi del Toro akan tayang di Netflix pada bulan November mendatang.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.