Celaka 13, Dendam Juru Ketik Wanita yang Tak Dicintai Siapa-siapa
Moh. Habib Asyhad June 02, 2025 04:34 PM

Ini adalah Cerita Kriminal yang pernah tayang di Majalah Intisari edisi Mei 1992. Cerita ini diterjemahkan dari tulisan Eitaro Ishizawa. Cerita ini mengisahkan tentang terbunuhnya Taro Usami oleh seorang juru ketik wanita yang tak dicintai siapa-siapa.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -"Inspektur Takahashi sangat mengharapkan kedatanganmu," kata Inspektur Kepala Kimura kepada Inspektur Kono. "Ia dan anak buahnya di S yakin, kasus pembunuhan ini akan terpecahkan kalau kau yang menanganinya. Laksanakanlah tugasmu dengan sebaik-baiknya."

Di seluruh prefektur yang beribukotakan F di Jepang, Kono memang tersohor sebagai pemecah kasus pembunuhan yang andal. Sebelum dipindahkan ke Departemen I yang mengurusi pembunuhan, Kono lama bertugas di Departemen II yang menangani perkara korupsi, penipuan, penggelapan, dan sebagainya.

Akibatnya, dia paham betul organisasi perusahaan dan juga mental serta reaksi para eksekutif maupun karyawan perusahaan. Keahlian itu menjadi bekal yang berharga baginya ketika empat tahun yang lalu dia dipindahkan ke Departemen I. Kalau ada pembunuhan di perusahaan, biasanya Kono diutus untuk memecahkannya.

Pagi itu Kono yang berkartor di F dijemput oleh seorang polisi bernama Sakatoro dari cabang kantor polisi di S. S adalah sebuah daerah peristirahatan yang letaknya kira-kira 30 menit perjalanan dari F, kalau sedang tidak macet. Pukul 09.00 pagiitu jalan macet, sehingga di dalam mobil Inspektur Kono mendapat kesempatan memikirkan kasus yang akan dihadipnya.

Serba 13

Hari Jumat, 13 Desember, pukul 21.13, Taro Usami tiba-tiba meninggal di Happines Inn, sebuah penginapan di S. Saat itu bersama 13 rekan kantornya, ia sedang berpesta akhir tahun. Memang biasanya bagi karyawan Jepang untuk menyelenggarakan pesta akhir tahun setelah mendapatkan bonus. Bonus itu sudah mereka terima lima hari sebelumnya.

Taro Usami adalah kepala departemen personalia pada Sanei Electrical Engineering Company, sebuah perusahaan alat-alat elektronik F.

Pesta dimulai pukul 19.00 dan mencapai puncaknya kira-kira pukul 21.00. Saat itu mereka sudak tak resmi-resmian lagi. Semua santai. Kaum pria menyatakan tidak akan pulang ke F, sebab para pelayan bar dan hotel di S konon bisa diajak berkencan dengan tarif miring. Lalu tiba-tiba saja Taro Usami tampak kesakitan. Lima menit kemudian dia sudah tak bernyawa lagi.

Rekan-rekannya, termasuk direktur pelaksana Sanei, menjadi panik. Buru-buru Inspektur Takahashi dipanggil. Takahashi bertindak dengan sigap. Ketigabelas teman pesta Usami ditanyai. Dari penyelidikan awal itu, dia menarik kesimpulan Usami tewas akibat minuman koktail yang ternyata mengandung kalium sianida. Usami tidak bunuh diri, tapi dibunuh. Para petugas dapur tidak bersalah. Pembunuh Usami adalah seorang dari 13 rekan sekerjanya itu.

Keesokan harinya, pukul 08.00, Takahashi sudah menyewa sebuah rumah di taman seorang penduduk kaya bernama Sakai. Rumah itu dipakai sebagai markas penyedikan, sebab tidak mungkin mereka mempergunakan penginapan sewaaan maupun kantor polisi yang terlalu kecil.

Kono kagum juga pada Takahashi yang berani segera menentukan kematian itu sebagai pembunuhan, bukan bunuh diri dan menyimpulkan bahwa pembunuh Usami mesti dicari di antara 13 orang rekannya. Pemecahan suatu kasus kematian sering tergantung pada kegesitan untuk menentukan apakah kasus itu pembunuhan atau bunuh diri. Namun, Kono tidak suka tindakan gegabah.

Disukai semua orang

Begitu memasuki markas penyidikan, Kono segera merasakan kesibukan. Inspektur Takahashi menyambutnya serta memberi tahu bahwa mereka akan segera memulai interogasi babak kedua. Katanya, ada dua hal penting yang terungkap pada interorgasi babak pertama.

Pertama: Usami bukanlah jenis orang yang dibenci di tempat keranya. Kedua: Ketigabelas prang rekannya mempunyai kesempatan yang sama untuk membubuhkan racun di minumannya.

Tapi tak seorang pun di antara mereka itu ingat, kapan Usami menenggak koktail beracunnya. "Siapa yang menyiapkan minuman?" tanya Kono.

Takahashi menjawab, "Karena penginapan kekurangan pelayan di akhir tahun yang sibuk ini, mereka melayani diri sendiri. Masing-masing datang membawa botol berisi minuman keras, yang diletakkan di sudut ruangan. Orang yang ingin minum pergi ke pojok untuk meramu minumannya sendiri."

"Yang paling merisaukan saya ialah kepribadian Usami," Takahashi menambahkan. "Semua orang memujinya. Saya yakin mereka tidak berpura-pura suka. Mereka memang menyukainya. Jadi, apa motif pembunuhan ini?"

Takahashi menarik kesimpulan bahwa perusahaan Sanei itu maju. "Soalnya, saya terkejut mendengar jumlah bonus yang mereka terima. Bonus pelayanan di Sanei sama dengan bonus saya," katanya.

Kebetulan Kono mengetahui sedikit latar belakang perusahaan itu karena tujuh tahun yang lalu dia pernah mengadakan pemeriksaan intern di kantor yang berada di kota F itu, yaitu ketika terjadi kasus korupsi.

Sanie termasuk jenis perusahaan yang kontradiktif. Bisnisnya berkembang dengan baik sekali, tetapi perusahaannya tidak stabil. Sanei membayar dividen yang jumlahnya besar dan masih memiliki dana cadangan yang sehat.

Sayangnya, perusahaan itu seakan-akan digerogoti kanker, karena pemimpinnya maupun serikat buruhnya tidak kompak. Ada dua kelompok yang gontok-gontokan dengan sengit. Dalam waktu lima tahun, dua kali presdir dan direktur pelaksana dipaksa keluar.

Di Jepang tidak banyak perusahaan yang penuh kemelut seperti Sanei. Penyebab utamanya sebetulnya sifat perusahaan itu sendiri. Sanei dibentuk 15 tahun yang lalu oleh sepuluh perusahaan elektronik kecil, yang baru saja berkembang. Setiap perusahaan membawa eksekutif dan serikat buruhnya sendiri.

Serikat buruh cenderung untuk pecah di perusahaan baru yang belum memiliki tradisi kokoh. Tampaknya tidak ada harapan damai bagi dua kelompok yang bertikai di Sanei. Kelompok yang satu menuduh kelompok yang lain mapan. Lawannya balas menuduh kelompok yang lain radikal.

Namun, Sanei maju terus. Hal itu bisa terjadi berkat banyaknya ahli teknik andal yang ingin bekerja di Sanei. Biasanya mereka bersikap independen dan tertarik bekerja di sana karena gaji yang besar.

Itulah yang diketahui oleh Kono.

Takahashi mengajak Kono ke ruang tempat interogasi akan diadakan. Interogasi babak kedua ini dimaksudkan untuk mengecek apakah ada ketidakcocokan dengan hasil interogasi sebelumnya yang diadakan sejak pukul 02.00 dan baru berakhir pukul 10.00.

Netral

Sebelum interogasi dimulai, Kono membaca dulu berkas yang diberikan oleh Takahashi. Isinya tentang Toro Usami dan ke-13 rekan sekantornya yang berpesta dengan dia di malam yang naas itu.

Sulit sekali bagi Kono untuk memperoleh gambaran perihal ke-13 orang yang belum pernah dilihatnya. Dia mencoba juga membuat catatan mental sebagai berikut:

Enam nama terakhir adalah anak huah Taro Usami.

Seorang demi seorang, ke-13 orang itu dipanggil dari Happiness Inn yang letaknya berdekatan dengan markas. Mereka ditanyai secara mendalam. Sebagian kelihatan gugup, sedangkan sebagian yang lain tenang-tenang saja.

Kono mendengarkan tanya jawab dengan saksama. Makin lama gambaran Taro Usami makin jelas terpahat di bekanya. Inspektur Kono yakin, untuk memperoleh gambaran tentang pembunuh, perlu diketahui dengan jelas dulu gambaran tentang korbannya: bagaimana sifatnya, apa wewenangnya, dan di mana tempatnya di perusahaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Kono berbeda-beda, tetapi selalu tentang Usami. Kita ikuti saja di bawah ini:

Kepada Kenzo Yokomizo (Direktur Pelaksana): "Pak Usami sudah bekerja di perusahaan ini sepuluh tahun, jauh lebih lama dari Anda dan yang lain. Dia lulusan perguruan tinggi. Dapatkah Anda menjelaskan mengapa kariernya lama sekali menanjak di Sanei?"

Kepada Yozo Misumi (Kepala Biro Bisnis): "Pak Usami sudah tujuh tahun menjadi kepala Departemen Personalia. Mengapa dia begitu lama menduduki posisi itu?"

Kepada Akira Atsuta (Kepala Departemen Bisnis): "Apakah Pak Usami populer di kalangan para ahli teknik?"

Kepada Saburo Matsushita: "Apakah Pak Usami kelihatan berpihak pada salah satu serikat buruh?"

Kepada Yumiko Murase: "Apakah Pak Usami populer di kalangan wanita?"

Dari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu Kono mendapat gambaran mengapa Usami tetap pada kedudukannya, walaupun setiap lima tahun sekali terjadi pergantian staf eksekutif. Tak seorang pun dari rekan-rekan Usami yang masuk pada waktu bersamaan dengannya masih bekerja di Sanei.

Banyak di antara mereka terpaksa keluar karena terlibat pertikaian antarkelompok yang mewarisi posisi-posisi eksekutif. Selama gontok-gontokan yang tak henti-hentinya itu, Usami bisa tetap bersikap netral. Ia tidak mau melihat, mendengar, ataupun menceritakan yang buruk-buruk.

Si manusia pendiam

Mengapa seseorang yang mencoba tetap tidak berbuat onar dan adil tak bisa menanjak kariernya? Sebuah perusahaan adalah sesuatu yang hidup dan penuh emosi. Orang yang tidak mau berpihak, tidak populer bagi kedua kelompok yang bertikai. Dia tidak pernah dipaksa berhenti bersama kelompok yang dikalahkan, tetapi juga tidak dipandang serius oleh kelompok yang menang.

Karena kondisi inilah Usami tetap saja menjadi kepala Departemen Personalia. Tidak diketahui apakah kebijakan netral itu dianut Usami karena keyakinan atau karena hal-hal lain.

Pokoknya, netral itu merupakan bagian dari kepribadiannya. Taro Usami mulai bekerja di Sanei ketika umurnya sudah 45 tahun. Sebelumnya, selama 20 tahun dia bekerja di perusahaan lain. Setelah 30 tahun bekerja dalam bidang bisnis, rupanya dia menganggap, kedamaianlah yang paling penting.

Karena itu di kantornya dia dijuluki si Manusia Pendiam. Walaupun jarang buka mulut, Usami bukan orang yang berpikiran sempit. Dia selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin mencurahkan isi hatinya, entah itu keluhan ketidakpuasan, maupun rahasia. Sering orang membukakan hatinya kepada Usami, sebab mereka tahu, pria itu tidak akan menceritakannya lagi kepada siapa pun.

Kono sangat terkesan oleh keterangan itu. Kata Kenzo Yokomizo, "Saya percaya penuh kepadanya. Dia orang yang mulutnya paling pakem, tidak pernah bocor."

Kata Shinkichi Harada, "Sebetulnya sih saya tidak terlalu mempercayai dia. Tapi dia selalu bersedia mendengarkan keluhan apa pun. Sering terjadi, dalam perjalanan pulang, tanpa terasa ganjalan hati saya meluncur ke luar. Dia hebat dalam hal itu."

Haruko Nagi mengenangnya demikian, "Oh, dalam hal tutup mulut, dia bisa dipercaya sepenuhnya. Tidak pernah dia menceritakan kepada orang lain apa yang kita percayakan kepadanya."

Namun, ada juga beberapa rekan Usami yang bersifat kritis. Yuzo Nakanishi umpamanya, "Memang sih dia mendengarkan, tapi sebenarnya dia tidak pernah memberi jalan keluar atau saran. Dia cuma duduk dan buka telinga. Dalam hal itu dia memang bisa dipercaya. Semua orang sebetulnya sudah mempunyai jalan keluar sebelum mereka menceritakan masalahnya 'kan? Tapi kita senang kalau ada orang yang mau mendengarkan. Mengatai pimpinan paling top di hadapannya pun, tak bakal dia sebarkan ke mana-mana."

Walaupun menyatakan tidak bisa mempercayai Usami dalam segala hal, dia mengakhiri keterangannya dengan memuji pria yang tewas itu.

Jadi, Usami ini rupanya tempat semua orang mencurahkan kesulitan-kesulitannya, dia orang yang dipercaya tidak bakal berkhianat. Apakah orang macam begini dibunuh? Inspektur Takahashi yakin betul Taro Usami dibunuh.

Alasan Takahashi: orang yang berniat bunuh diri akan memperlihatkan tanda-tanda kegelisahan tertentu. Tanda-tanda itu tidak tampak pada Usami sampai saat terakhir. Semua orang berkata, Usami menikmati pesta minum-minum malam ini. Ini bukan gejala yang ditunjukkan oleh orangyang akan bunuh diri.

Selesai diterogasi semua karyawan Sanei diperbolehkan pulang.

Tak punya utang

Takahashi menceritakan kepada Kono bahwa Usami hidup berbahagia dengan keluarganya. Dia tidak mempunyai utang yang berarti. Hobinya pun tidak menguras duit, cuma berkebun. Dia disukai oleh para tetangga. Dengan kata lain, Taro Usami adalah anggota masyarakat yang baik. Tak seorang pun berkata buruk tentang dia.

"Saya cuma tahu satu kasus pembunuhan semacam ini," katanya. "Saya duga ada orang di perusahaan itu yang menceritakan suatu rahasia besar kepadanya, lalu merasa menyesal kalau Usami menceritakannya kepada orang lain, habislah dia. Jadi, orang ini membunuh Usami ...."

Salah seorang anggota tim penyidik memprotes, "Tapi mereka 'kan semua tahu dia tidak pernah membocorkan rahasia."

"Ya, tapi jika rahasia itu begitu pentingnya, orang yang menceritakannya bisa menjadi waswas," kata Kono.

"Tapi kita 'kan tidak bisa mengandalkan dugaan semata-mata," kata seorang anggota tim.

Karena banyak juga yang berpendapat serupa, Takahashi tidak menyinggungnya lagi. Mungkinkah kematian Usami disebabkan oleh bunuh diri? Tak ada anggota tim yang menjawab. Soalnya, sejak semula mereka menyidik kasus ini sebagai kasus pembunuhan.

Bukan tidak mungkin Usami bunuh diri. Karena tekanan pekerjaan, karyawan administrasi diketahui banyak juga yang bunuh diri. Ada yang melompat ke depan kereta apa yang sedang meluncur di jam sibuk, ada yang terjun dari jendela kantor pada jam kerja.

Orang yang berani menyuarakan kemungkinan ini cuma detektif veteran bernama Hosobe. Hubungannya tidak baik dengan Takahashi. Namun, Takahashi bersikeras bahwa Usami dibunuh, karena tak ada alasan yang mendorongnya untuk bunuh diri.

Usami tidak meninggalkan surat yang biasa ditulis oleh orang yang akan bunuh diri dan dua hari sebelum kematiannya dia membeli tiket pesawat untuk perjalanan bisnis ke Tokyo. Lagi pula kalium sianida yang merenggut jiwanya biasa dipakai oleh orang yang melakukan pembunuhan terencana.

Hosobe tampaknya bisa diyakinkan. Takahashi bertanya kepada Kono, "Bagaimana pendapat Anda?" Kono sependapat dengan Takahashi.

"Tadi kita dengar, semua orang menyatakan Usami selalu bersedia menampung rahasia mereka. Mungkin di sini kuncinya," kata Kono.

Lalu salah seorang anggota tim datang membisikkan sesuatu kepada Takahashi. Takahashi mengerutkan kening, lalu mengumumkan, "Menurut laporan laboratorium, sidik jari yang jelas di gelas Usami cuma milik dia sendiri.

Sebenarnya ada sidik jari lain, tetapi tidak bisa dikenali. Hal lain lagi: kalium sianida dipergunakan di Sanei. Memang penggunaanya dikontrol dengan ketat, tetapi bukan tidak mungkin karyawan berhasil memperolehnya diam-diam."

Semua tidak bisa tidur

Malam itu Kono tidak bisa tidur. Otaknya dipenuhi kasus Usami. Indra keenamnya menyatakan Taro Usami adalah korban pembunuhan dan rekan-rekan Usami pasti menyembunyikan sesuatu.

Bukan cuma Kono yang melek sampai larut malam. Kenzo Yokomizo juga. "Saya tidak berdusta," pikirnya. "Jelas saya tidak berbohong. Saya Cuma tidak mau memberi informasi mengenai sesuatu."

Dia membalikkan tubuhnya di ranjang. "Kenapa sih sebetulnya saya tidak mau buka mulut? Saya tahu apa yang dikatakan Usami tidak bermutu. Dia tidak cemerlang. Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya dilaksanakan. Yang dilakukannya cuma bekerja keras. Tapi anehnya, kalau saya berdua saja dengan dia, saya selalu ingin berbicara. Mungkin karena saya tahu dia tidak bakal menceritakannya lagi kepada orang lain. Hari itu, dalam perjalanan pulang saya bertemu dengan dia dan mengundang ke restoran. Setelah minum beberapa teguk, saya mulai berbicara."

"Janji, ya. Jangan memberi tahu orang lain ...."

Sebulan sebelumnya, wakil sebuah perusahaan elektronik besar di K mengadakan perundingan rahasia dengan Yokomizo. Perusahaan K lemah di bidang AC dan alat pemanas. Mereka mengincar staf teknik Sanei. Perusahaan itu ingin merger dengan Sanei, tetapi mereka mengetahui bahwa Presdir Sanei Kiyose, akan menentang mati-matian.

Jadi, mereka mendekati Yokomizo. Mereka menawarkan kedudukan direktur. Yokomizo menerima umpan itu, sebab dia sudah tidak bisa bekerja sama lagi dengan Kiyose.

Strategi mereka harus dirahasiakan. Dengan mempergunakan nama sebuah afiliasi, perusahaan itu akan membeli pelbagai saham Sanei. Lalu, pada rapat umum pemegang saham, mereka akan meminta Kiyose mengundurkan diri. Proyek ini sudah berjalan dengan diam-diam.

Yokomizo menggigit bibirnya. Mengapa dia goblok sekali membiarkan Usami mengetahui rahasia besar ini? Tentu saja dia tidak berani memberi tahu siapa-siapa perihal surat yang diterimanya dari Usami tanggal 8. Kalau dia memberi tahu, pasti dia akan dicurigai.

Yozo Misumi pun tidak bisa memejamkan matanya. "Usami mungkin dibunuh, tapi saya tidak membunuhnya. Tapi mengapa saya dulu menceritakan hal itu kepadanya?"

Kejadian yang diceritakannya itu cuma berlangsung empat bulan. Peristiwa cuma sekadar permainan bagi wanita itu, sekadar penyaluran bagi frustrasinya, karena suaminya yang kencing manis tidak bisa memuaskan dia.

Ini bukan pertama kalinya Misumi berhubungan intim dengan istri orang lain, namun jika yang satu ini ketahuan, fatal akibatnya. Hari itu, ketika Misumi mengendarai mobilnya di jalan yang ramai, dia melihat seorang wanita melambai kepadanya. Wanita itu membawa keranjang belanjaan.

"Perlu saya antarakan?" tanyanya.

"Oh, terima kasih sekali."

"Silakan masuk."

Lalu wanita itu memancing-mancing. "Ternyata belum pukul 15.00. Pada hari secerah ini di luar kota pasti udara segar dan bersih."

"Bagaimana kalau kita ke Tanjung dulu?" Misumi menawarkan.

"Anda 'kan bekerja."

"Ah, tidak apa-apa," jawabnya.

"Saya dengar Anda pandai mengambil hati gadis-gadis," kata wanita itu. Misumi diam saja. "Suami saya yang bilang."

Kemudian percakapan beralih menjadi lebih intim. Wanita itu menyatakan dia terlalu muda untuk suaminya yang baik, yang tidak lain daripada Shigeko Kiyose, presdir Sanei. Orang yang mengetahui siapa wanita itu cuma Taro Usami, karena Misumi memberitahunya.

Kini hubungan Misumi dengan wanita itu sudah putus. Kalau bertemu di jalan mereka pura-pura tidak kenal. Walaupun demikian, kalau ketahuan ... Misumi pasti tidak mau memberi tahu siapa pun perihal surat yang diterimanya tanggal 8, dari Usami. Kalau ketahuan, dia bisa dicurigai membunuh.

Ingin membunuh

Saburo Matsushita merenung. Dia menderita, karena pernah menceritakan sesuatu yang mestinya tidak dia ceritakan kepada Usami. Matsushita mempunyai kecenderungan homoseksual. Bukan berarti dia tidak tertarik pada wanita. Dia tertarik pada wanita maupun pria. Kesulitannya ialah dia tidak berminat pada pria homoseksual. Dia senang pada pria normal. Ternyata pria idamannya itu muncul dalam hidupnya.

"Janji ya, jangan bilang pada siapa-siapa," katanya pada Usami.

"Dia Kepala Departemen Bisnis Akira Atsuta. Dia atletis, efisien, dan menguasai pekerjaannya. Namun, ironisnya dia ingin saya menikah dengan kemenakannya. Tentu saja saya bersedia, demi tetap memiliki dia sebagai kerabat," begitu cerita Matsushita kepada Usami. Kemudian dia menyesal membuat pengakuan itu kepada kepala Departemen Personalia, karena tanggal 8 Desember dia menerima surat dari Usami.

Padahal beberapa bulan lagi pernikahannya akan berlangsung. Matsushita ingin membunuh Usami. Kini Usami meninggal. Matsushita merasa berdosa juga menginginkan kematian Usami. "Saya tidak membunuhnya, tetapi ...."

Shiro Shibaura dari Departemen Personalia, merasa senang sekali Usami meninggal. Soalnya, kalau Usami hidup dan terus-menerus mengirim surat seperti yang diterimanya tanggal 8, pasti Shibaura akan bunuh diri.

Shibaura sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan menceritakan hal itu kepada orang lain. Tapi mengapa dia menceritakan hal itu kepada Usami? Mungkin karena Usami mengingatkannya pada pastor. Pastor dilarang menyampaikan sesuatu yang didengarnya dalam pengakuan dosa.

Shibaura tersedu-sedu ketika meminta Usami mendengarkan pengakuannya. Dia sedang dalam perjalanan pulang dari bar. Di dekat sebuah bangunan apartemen, tiba-tiba saja seorang pria gendut melompat ke depan mobilnya. Kejadiannya cepat sekali. Tanpa pikir panjang lagi, dia menghidupkan kembali mesin mobilnya dan berangkat tanpa menoleh-noleh.

Paginya dia membaca koran dan mendapatkan bahwa pria gendut yang tewas tergilas itu adalah direktur pelaksana Perusahaan S, salah seorang pelanggan utama Sanei. Pak direktur tewas setelah mendatangi wanita simpanannya di apartemen itu. Skandal mengenai direktur itu begitu ramainya, sehingga orang kehilangan perhatian terhadap pelaku tabrak lari yang menewaskan jiwa manusia.

Jika Shibaura tidak menceritakannya kepada Usami, pasti perkara itu berakhir di sana. Tapi gobloknya dia bercerita. Usami tidak berkomentar apa-apa selain, "Ya", "Oh, begitu", seperti seorang pastor. Setelah mengeluarkan rahasianya, Shibaura merasa dadanya lapang.

Namun, surat tanggal 8 membuat dia terguncang. Dia ketakutan dan ingin membunuh Usami. Kini Usami sudah meninggal. Ada orang yang membunuhnya.

Semua mendapat surat

Juru ketik bernama Yumiko Murase menerima surat bertanggal 8 Desember pada pagi hari tanggal 9 Desember. Dia tinggal di kota satelit di luar F, sehingga surat dari F memerlukan waktu sehari untuk tiba di rumahnya. Surat itu baru dibacanya sore hari, pukul 19.00.

"Saya membutuhkan uang. Silakan transfer ¥100 ribu ke rekening no. 821-5613 di Bank S, sebelum tanggal 11 Desember."

Surat itu ditandatangani Taro Usami. Tinggal 2 hari lagi waktunya untuk memenuhi permintaan. Tanggal 11 Desember pagi, Yumiko menelepon ke kantornya memberi tahu dia akan datang terlambat. Pukul 09.10 dia mendorong pintu bank cabang tempatnya menyimpan uang.

Perusahaan Sanei mentransfer gaji dan bonus ke bank-bank tempat karyawannya memiliki rekening. Bonus akhir tahun Yumiko sudah masuk ke rekeningnya pada tanggal 7 Desember.

Dia mengisi formulir penarikan uang sebesar ¥100 ribu dan meminta uang itu ditransfer ke rekening no. 821-5613 di Bank S. Ketika dia meninggalkan bank itu dilihatnya seorang pria di seberang jalan, Akira Atsuta, Kepala Departemen Bisnis. Dia tampak terburu-buru dan pucat. Walaupun bukan detektif, Yumiko bisa menebak bahwa mestinya Atsuta pun menerima surat pemerasan yang anggun dari Usami.

Barangkali saat ini dia sedang akan melaksanakan yang diperintahkan kepadanya. Yumiko berpikikir-pikir, "Apa ya, yang pernah diceritakan Atsuta kepada Usami?" Dalam hal Yumiko, yang dia ceritakan tak lain daripada kisah hubungan gelap antara pria berkedudukan tinggi dengan wanita berkedudukan rendah di kantor.

Setahun sebelum pengakuannya, Yumiko jatuh cinta pada Pak S, salah seorang staf ahli teknik. Pak S itu sudah beristri dan mempunyai beberapa orang anak. Sejak semula sudah jelas bahwa dia tidak pernah bemiat untuk menikahi Yumiko. Maklum Yumiko sudah kelihatan berumur dan sejak muda memang tidak pernah cantik.

Walaupun Pak S tidak pernah berkata yang manis-manis kepadanya, bahkan kasar, Yumiko tertarik. Suatu malam, setelah keduanya minum-minum cukup banyak di bar, Pak S berkata, "Rasanya aku tidak bisa pulang. Bagaimana kalau kita menginap di hotel?"

Tak lama setelah itu Yumiko mendapati dirinya hamil. Pak S tenang saja, memberinya ¥200 ribu untuk menggugurkan kandungannya seraya berkata, “Hah! Bayaran yang terlalu mahal. Hubungan kita berakhir sampai di sini.”

Betapi sakitnya hati Yumiko diperlakukan demikian. Dia pun pergi ke rumah sakit yang bereputasi buruk dan diperlakukan dengan semena-mena di sana. Yumiko tidak mempunyai siapa-siapa untuk mencurahkan isi hatinya, kecuali Usami yang mendengarkan penuh perhatian.

Kemudian dia menerima surat itu. Dia tidak mempunyai pilihan lain kecuali menuruti perintah.

Bagi mereka yang menerima surat pemerasan, kematian Usami sungguh mengejutkan. Bukan cuma Yokomizo, Misumi, Matsushita, dan ... Shibaura, tetapi juga Atsuta, Nakanishi, Murayamaa, Nakajima....

Tak ada harapan terungkap

Semua merasakan dua hal yang sama. Pertama, mereka mencurigai seseorang membunuh Usami karena marah dan takut melihat tulisan Usami yang miring ke kanan. Kedua, mereka bertekad bulat untuk tidak menceritakan hal-hal yang pernah mereka percayakan kepada Usami dan perihal mereka dimintai uang lewat surat.

Kalau salah seorang dari mereka sampai terpaksa mengakui hal-hal itu, dia langsung akan dicurigai sebagai pembunuh Usami.

Enam bulan setelah kematian Usami, tidak ada titik terang yang mengisyaratkan pembunuhnya akan diketahui. Makin lama makin banyak orang yang beranggapan bahwa Taro Usami mestinya bunuh diri. Makin lama semangat para penyidik juga makin kendur. Padahal semangat adalah modal yang tak terkira pentingnya untuk bisa memperoleh pemecahan.

Inspektur Kepala Kimura sudah ingin menutup saja penyidikan. Soalnya, Departemen I yang menangani pembunuhan masih menghadapi banyak kasus lain. Mereka memerlukan banyak tenaga. Sia-sia saja melakukan penyidikan atas kasus Taro Usami yang tampaknya sudah menghadapi jalan buntu.

Kimura bahkan menganggap Takahashi dan Kono salah perhitungan. Bunuh diri kok dikatakan pembunuhan!

"Saya tidak keberatan kalau markas penyidikan ditutup," kata Kono. "Saya kira tidak ada fakta lagi yang bakal muncul. Tapi bukan berarti kita mesti menyerah. Ciutkan saja skala operasi dan biarkan saya menanganinya."

"Kau tetap belum mau menyerah?" tanya Kimura.

"Betul!"

"Kepala batu?"

"Bukan. Saya menjalankan kebijakan menunggu."

Akhirnya, Kimura mengabulkan pemintaan Kono. Inspektur itu hanya akan dibantu oleh dua detektif, Shibata dan Kawanishi.

Saling mencurigai

Yumiko Murse, juru tik Sanei, mengajukan surat pengunduran diri enam bulan setelah peristiwa di Happiness Inn itu. Yumiko juru tik top. Jadi, Sanei mencoba menahannya. Yumiko memberi alasan ibunya sudah meninggal, sehingga dia perlu merawat ayahnya yang sudah tua.

Kepada seorang rekan sekerjanya Yumiko berkata bahwa sebenarnya dia tidak menyukai suasana murung di kantor. "Pembunuhan itu tidak terpecahkan juga. Semua orang saling mencurigai. Saya tidak tahan bekerja dalam suasana begini." Mungkin itulah alasan yang sebenarnya.

Sehari setelah dia tidak bekerja lagi, dengan hanya berbekal sebuah koper, dia meninggalkan apartemennya. Peralatan stereo dan TV-nya sudah dia serahkan kepada seorang teman di kantor.

Yumiko melambaikan tangannya ke sebuah taksi dan minta diantarkan ke bandara. Kalau ada teman atau orang sekantornya yang tahu, pasti mereka heran, karena rumah Yumiko terletak di sebuah desa, jauh terpencil di pegunungan. Tempat itu cuma bisa dicapai dengan berkereta api selama tiga jam, lalu disambung dengan bus selama dua jam.

Sejam kemudian Yumiko sudah berada di sebuah pesawat terbang komersial. Ketika lewat jendela dia melihat Kota F menghilang di bawah, dia berkata dalam hati, "Selamat tinggal semua ...." tanpa rasa sesal.

Tempat asal Yumiko begitu kecil, sampai dia tidak tahan tinggal sehari pun di sana. F pun cuma kota di pedalaman, tempat gosip cepat menyebar. Pesawatnya terbang menuju Tokyo, kota besar berpenduduk 12 juta jiwa. Di kota ini mayat manusia bisa terbujur setahun sebelum diketahui oleh tetangganya yang tinggal di apartemen bersebelahan.

Tokyo adalah kota yang baik untuk menyembunyikan diri. Senyum dingin bermain di bibir Yumiko yang hatinya diliputi kebanggaan karena berhasil melaksanakan pembunuhan yang sempurna. Dia menyentuh koper di pangkuannya, yang merupakan imbalan dari pembunuhan itu. Di sana ada empat buku bank. Di belakang angka yang tertera di buku itu terdapat sederet panjang angka nol.

Memanen pohon terlarang

Niatnya melakukan pembunuhan timbul setahun yang lalu, ketika ada desas-desus dia akan menikah. Saat itu terpikir oleh Yumiko: "Usami tahu tentang hubunganku dengan Pak S. Seandainya dia meminta uang untuk tutup mulut, bagaimana? Kalau saya jadi dia sih, saya akan memanfaatkan kesempatan ini."

Ketika pernikahannya batal, Yumiko mengembangkan gagasannya. Dia pikir, Usami itu laksana pohon duit. Dia dipenuhi pelbagai rahasia pribadi. Bagi Usami yang kariernya sudah mentok, sebenanya ini kesempatan emas untuk menguangkan pelbagai pengakuan yang pernah didengarnya. Tapi orang itu goblok sekali, menyia-nyiakan kesempatan yang dimilikinya. Begitu pikir Yumiko.

Lantas timbul keserakahan dalam hati wanita yang tidak dicintai siapa-siapa itu. "Kalau dia tidak mau memanennya, aku yang akan melakukannya."

Setahun lamanya dia membuat persiapan. Yang paling sulit ialah meniru tulisan Usami yang miring ke kanan itu. Baru setahun ia berhasil. Langkah kedua ialah menentukan berapa yang mesti dia minta dari setiap korbannya. Dia memutuskan untuk meminta lebih banyak kepada pimpinan dan tidak sebanyak itu pada karyawan biasa.

Dikarangnya surat yang sederhana dan lugas: "Saya perlu uang. Silakan transfer ... dst." Kenzo Yokomizo dimintainya ¥5 juta. Yumiko sebetulnya buta soal bisnis, tetapi dia merasa curiga kepada Yokomizo yang tampaknya diam-diam merencanakan sesuatu.

Paling akhir ditulisnya surat pemerasan untuk dirinya sendiri. Seluruhnya dia memperoleh ¥32.170.000. Tanggal 17 Desember dia pergi ke bank untuk mengecek rekening atas nama Taro Usami. Ada 13 orang, termasuk dirinya sendiri, yang mentrasfer uang sebanyak yang dia minta. Lewat ATM dia mengeluarkan uang itu seluruhnya.

"Kasihan juga Taro Usami," pikir Yumiko. "Tapi supaya perbuatan itu tidak bisa dilacak, dia mesti mati." Begitulah, ketika pesta akhir tahun sedang seru-serunya, diam-diam Yumiko menaruh koktail berisi racun di hadapan Usami. La sangat berhati-hati agar tidak meninggalkan sidik jarinya.

Ketika pesawat tiba di bandara Tokyo, Yumiko mengusir masa lalunya. "Berhenti memikirkan masa lalu. Masa depan menunggumu!" katanya kepada diri sendiri.

Anda benar, Pak!

Inspektur Kono mendengarkan laporan lewat telepon dari Detektif Shibata yang berada di Tokyo. Kentara sekali Shibata menggebu-gebu karena senangnya.

Bunyi laporan itu sebagai berikut: "Kegiatan Yumiko Murase sejak tiba di Tokyo: Dia mengontrak apartemen di kantor real estat. Apartemennya terdiri atas dua ruang ditambah dapur merangkap kamar makan. Letak bangunan itu di Shinjuku Ward, 15 menit dari daerah hiburan Kabuki-cho. Dia menaruh deposit untuk sewa setahun. Jumlahnya ¥ 500.000. Kemudian dia melakukan perundingan untuk membeli peralatan dan hak mengelola sebuah kafetaria yang terletak tidak jauh dari sana. Seluruh pengeluarannya ¥ 15 juta."

"Padahal keluar dari Sanei, karena perlu membayar utang-utangnya, uang pensiun yang dikembalikan kepadanya tinggal ¥ 3 juta. Tampaknya Anda benar, Pak! Yumiko Murase adalah pembunuh Taro Usami."

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.