Idul Kurban: Ketakwaan yang Menghidupkan Kemanusiaan
GH News June 03, 2025 10:05 AM

TIMESINDONESIA, JEMBER – “Sebagian harta yang kita miliki ada hak orang lain di dalamnya” mungkin tidak semua orang memahami arti dari kalimat itu. Kalimat yang syarat akan makna kemanusian dan pengorbanan.

Bahwa memaknai idul adha atau idul kurban bukan sekedar perayaan atau penyembelihan, memaknai idul adha adalah momentum pengorbanan hamba kepada sang mencipta, sebagai manifestasi keimanan dan ketakwaan hamba kepada Allah SWT.

Dalam dua sisi idul adha adalah bentuk “pengorbanan” sisi kedua adalah “kemanusian”. Kita urai satu persatu: “Pengorbanan” adalah bentuk ketaatan, kebaktian seorang anak kepada orang tua. Dimana seorang ayah sekaligus Nabi, diutus Allah untuk menyembelih putranya sendiri yang telah dinanti-nanti berpuluh-puluh tahun. 

Pengorbanan

Kisah ini mengkisahkan seorang Nabi Ibrahim, seorang nabi yang diutus Allah untuk menyebarkan agama tauhid di tengah masyarakat yang menyembah berhala, dikaruniai seorang putra setelah sekian lama menanti. 

Putra tersebut yang diberi nama Ismail, lahir dari istri kedua Nabi Ibrahim yaitu Siti Hajar. Seorang hamba sahaya perempuan yang diberikan istri pertama Ibrahim, Siti Sarah, karena tidak kunjung diberikan keturunan darinya.

Suatu malam, Nabi Ibrahim mendapat mimpi berulang kali di mana ia diperintahkan Allah untuk menyembelih Ismail sebagai bentuk kurban. Mimpi tersebut membuat Nabi Ibrahim dilanda kebingungan dan keraguan. Bagaimana mungkin ia harus mengorbankan putranya yang sangat ia cintai?

Nabi Ibrahim bimbang antara keraguan dan ketaatannya kepada Allah. Ia menceritakan mimpinya kepada Ismail, dan putranya yang penuh keyakinan itu justru mendukung ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah.

Dengan hati yang teguh dan penuh keikhlasan, Nabi Ibrahim membawa Ismail ke sebuah lembah yang berada di Mina untuk melaksanakan perintah Allah. Ismail yang telah siap untuk dikorbankan, dibaringkan di atas tanah, dan pisau tajam telah dipegang oleh Nabi Ibrahim.

Keajaiban muncul pada saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, bekali-kali pisau tidak melukai leher Ismail. Tepat saat Nabi Ibrahim hendak mengorban Ismail, Allah menurunkan wahyu untuk menghentikan tindakan tersebut dan sebagai gantinya, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih seekor domba jantan yang telah disediakan Allah di dekatnya.

Peristiwa Kurban ini menjadi bukti nyata ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT, dan kesediaannya untuk mengorbankan apapun demi menjalankan perintah-Nya. Kisah ini juga menjadi simbol pengorbanan dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah.

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam peristiwa Kurban mengajarkan banyak hikmah penting bagi umat Islam, di antaranya:

Pertama, Ketaatan kepada Allah SWT. Perintah untuk menyembelih Ismail merupakan ujian ketaatan bagi Nabi Ibrahim. Kesediaannya untuk mengikuti perintah Allah, meskipun sangat berat, menjadi contoh teladan bagi umat Islam untuk selalu taat kepada Allah dalam segala situasi.

Kedua, Kesabaran dan Keikhlasan. Dalam menghadapi ujian berat ini, Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Mereka yakin bahwa Allah SWT memiliki rencana terbaik bagi hamba-Nya.

Ketiga, Pengorbanan. Peristiwa Kurban melambangkan pengorbanan yang dilakukan umat Islam dalam beribadah kepada Allah. Pengorbanan ini bukan hanya tentang harta benda, tetapi juga tentang waktu, tenaga, dan bahkan jiwa raga.

Keempat, Kasih Sayang. Meskipun Nabi Ibrahim sangat menyayangi Ismail, ia rela mengorbankannya demi mengikuti perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa kasih sayang kepada Allah harus selalu diutamakan di atas kasih sayang kepada makhluk lainnya.

Kemanusiaan

Tak sepantasnya hamba yang taat kepada Allah, menyimpan atau tidak mau mengorbankan hartanya untuk sesama manusia. Apa yang kita miliki ini adalah titipan.

Bahwa Momentum idul adha atau juga disebut hari raya qurban adalah momentum berbagi, dimana hubungan antar umat manusia menunjukkan rasa kasih sayang antar sesama. Momentum bagi kaum fakir, miskin atau kaum yang kurang mampu, bisa menikmati daging kurban. 

Kemanusiaan dalam berqurban mencakup berbagai aspek, di antaranya rasa empati dan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan, serta pengorbanan untuk meringankan beban mereka. 

Kurban merupakan bentuk solidaritas sosial dan sarana untuk mempererat hubungan antar manusia. Daging kurban yang dibagikan kepada fakir miskin dan kaum duafa menjadi simbol kebahagiaan dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

Pertama, Misi Kemanusian. Kurban memiliki misi kemanusiaan yang luas, yaitu membantu mereka yang termarginalkan dan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.

Kedua, Menghapus sifat Serakah. Berkurban juga bertujuan untuk menghapus sifat serakah dan mendorong sikap berbagi dalam diri manusia.

Ketiga, Menyentuh hati. Ibadah qurban dapat menyentuh hati dan membangkitkan rasa belas kasih kepada sesama, sehingga mendorong untuk terus berbagi dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Berkurban bukan hanya sekadar menyembelih hewan, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa kemanusiaan, empati, dan kepedulian terhadap sesama. 

Kurban menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar manusia, meningkatkan rasa syukur, dan membantu meringankan beban mereka yang membutuhkan. Ibadah Kurban mengajarkan tentang pentingnya berbagi, pengorbanan, dan solidaritas sosial dalam masyarakat.

Hikmah berkurban meliputi mendekatkan diri kepada Allah SWT, mensucikan harta, meningkatkan ketakwaan, menjadi sarana pendidikan, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama (*)

***

*) Oleh : Lukman AR, ASN UIN KHAS Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.