Idul Adha identik dengan sajian lezat berbagai olahan daging, yang pastinya bikin was-was para pengidap kolesterol tinggi. Jika memang punya risiko, maka ada baiknya membatasi beberapa jenis makanan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pada individu yang sehat, menyantap makanan serba daging sebenarnya tidak masalah. Sistem metabolisme punya kemampuan untuk memilah nutrisi yang dibutuhkan tubuh, lalu membuang yang tidak diperlukan.
Masalahnya, sistem ini tidak selalu berjalan sebagaimana diharapkan. Gangguan metabolisme membuat makanan serba enak yang tersaji di momen Idul Adha mudah sekali memicu peningkatan kolesterol dan asam urat.
Dikutip dari Mayo Clinic, kolesterol adalah senyawa berlemak yang terdapat di seluruh tubuh. Kolesterol bisa diproduksi oleh tubuh sendiri, bisa juga bersumber dari makanan yang dikonsumsi.
Sekurangnya ada dua jenis kolesterol yang penting untuk diketahui. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol yang membawa kelebihan lemak di dalam darah ke hati, untuk kemudian dipecah dan dibuang dari tubuh.
Karena fungsinya tersebut, kalangan awam menyebut HDL dengan istilah 'kolesterol baik'.
Jenis lainnya adalah Low Density Lipoprotein (LDL), yakni kolesterol yang dapat menumpuk di dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut bisa memicu penyempitan, atau bahkan penyumbatan yang memicu stroke dan serangan jantung. Oleh karenanya, LDL dalam istilah awam disebut sebagai 'kolesterol jahat'.
Dikutip dari Clevelandclinic, kadar normal kolesterol sebagai berikut:
Untuk mencegah peningkatan kadar LDL setelah Idul Adha, ada baiknya membatasi asupan sebagai berikut:
Praktisi seks dr Boyke Dian Nugraha, SpOG dalam perbincangan dengan detikcom mewanti-wanti kaum pria yang suka berburu torpedo kambing. Terlebih jika punya riwayat kolesterol tinggi.
"Jadi makan torpedo kambing itu sama dengan makan jeroan ya, jadi tau sendiri kadar lemak jahatnya tinggi," pesan dr Boyke.
Sama seperti torpedo, jeroan atau organ dalam pada umumnya memang memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Spesialis jantung dr Yuri Afifah, SpJP mengingatkan, ada baiknya pilah-pilah jika menyantap daging kurban.
"Jeroan nggak disarankan, jangan ya, itu tinggi kolesterol dan lemak juga," katanya.
Sebenarnya, anggapan bahwa santan mengandung kolesterol adalah mitos karena kolesterol hanya diproduksi oleh hewan dan bukan dari tanaman. Namun demikian, konsumsi santan berlebih dapat memicu peningkatan kolesterol dalam tubuh.
"Santan tidak mengandung kolesterol tetapi mengandung lemak jenuh yang apabila dimetabolisme di badan menyebabkan peningkatan LDL (low-density lipoprotein), itu salah satu fraksi kolesterol," kata spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH.
Menurut spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, pengidap kolesterol tinggi sebaiknya menghindari bagian daging berlemak. Bagian perut serta dekat kulit termasuk yang perlu dihindari.
Memang bukan termasuk daging kurban, tetapi umumnya banyak disantap ketika mulai bosan dengan sajian serba daging. Hati-hati, junk food bisa mengganggu sistem metabolisme dan meningkatkan kolesterol.
Spesialis gizi klinis dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK menyarankan buah dan sayuran untuk mengimbangi asupan daging. Menurutnya, makanan berserat ini bisa mencegah kalap makan karena sifatnya membuat lambung cepat terasa penuh.
"Serat dia juga bermanfaat untuk lebih mengontrol dari gula darah kita selain itu dia juga bisa membantu mengikat kolesterol," jelasnya.
Tidak kalah penting, asupan cairan juga harus dicukupi. Kurang cairan bukan cuma mengganggu sistem metabolisme, tapi juga bikin susah buang air besar (BAB) setelah makan daging.