Mentan Sebut Bansos Jadi Strategi Kendalikan Harga Beras
kumparanBISNIS June 07, 2025 10:00 AM
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyatakan bahwa bantuan sosial (bansos) beras 10 kilogram yang menjadi bagian dari paket stimulus ekonomi pemerintah di Juni–Juli merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan harga beras di pasar.
“Ya (mengendalikan harga beras di pasar). Karena daerah yang terjadi inflasi (beras) kami intervensi di situ. Tapi yang daerah rendah, jangan, nanti terpuruk,” ujar Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta Selatan, Selasa (3/6).
Ia menjelaskan bahwa pemerintah akan menggunakan stok beras yang ada saat ini untuk mendukung penyaluran bansos. Dari total stok beras yang mencapai 4 juta ton hingga saat ini, sekitar 360.000 ton diperkirakan akan dibutuhkan untuk bansos tersebut.
“(Untuk bansos) kita pakai stok ini. Caranya adalah supaya harga di tingkat petani tidak tertekan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Amran memaparkan bahwa distribusi beras akan diprioritaskan ke wilayah-wilayah tertentu. Di antaranya adalah daerah yang bukan penghasil padi, daerah dengan harga beras yang sudah tinggi, serta daerah kota. “Jadi, semua nyaman. Konsumen nyaman, petaninya tersenyum,” tambah Amran.
Saat ditanya mengenai waktu penyaluran bantuan, Amran menyatakan bahwa teknis pelaksanaannya akan ditangani oleh Perum Bulog. “Tanya Bulog, nanti (Kementan) tinggal teknis,” sebutnya.
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan bahwa bantuan pangan berupa 10 kg beras per bulan selama Juni hingga Juli 2025 menjadi salah satu dari lima paket stimulus ekonomi. Salah satu strategi penyalurannya adalah mengutamakan wilayah yang bukan produsen beras untuk mencegah gangguan terhadap Nilai Tukar Petani (NTP).
“Kita harus menjaga NTP jangan sampai turun,” kata Amran dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta Pusat, dikutip Selasa (3/6).
Ia mencatat bahwa pada Mei 2025, NTP nasional mengalami kenaikan menjadi 121,15 dibanding periode yang sama tahun lalu yang berada di level 116,71.