TRIBUNNEWS.COM - Produsen baterai kendaraan listrik asal Jepang, Automotive Energy Supply Corporation (AESC) menghentikan pembangunan pembangunan pabrik senilai 1,6 miliar dolar di South Carolina, Amerika Serikat (AS).
AESC tidak menjelaskan secara rinci alasan dibalik itu, tapi yang perlu diketahui fasilitas tersebut awalnya dibangun untuk membantu pembuatan baterai bagi mobil listrik BMW.
"Karena kebijakan dan ketidakpastian pasar, kami menghentikan sementara pembangunan di fasilitas kami di Carolina Selatan saat ini," tulis pernyataan perusahaan.
Gubernur South Carolina dari Partai Republik Henry McMaster mengatakan, perusahaan tersebut sedang menghadapi potensi hilangnya keringanan pajak federal bagi pembeli kendaraan listrik dan insentif bagi bisnis EV, serta ketidakpastian tarif dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
"Yang kami lakukan adalah mendesak kehati-hatian, biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya karena semua perubahan ini sedang terjadi," ucap Henry McMaster, dikutip dari Japan Today, Sabtu (7/6/2025).
AESC berjanji untuk memulai kembali pembangunan, meskipun tidak menyebutkan kapan dan berjanji untuk memenuhi komitmennya untuk mempekerjakan 1.600 pekerja dan menginvestasikan 1,6 miliar dolar AS
Selain itu, perusahaan Jepang itu juga menyebut telah menginvestasikan dana senilai 1 miliar dolar AS di pabrik Florence.
AESC yang berbasis di Jepang juga memiliki fasilitas produksi di Tiongkok, Inggris, Prancis, Spanyol dan Jerman.
Di AS, AESC memiliki pabrik di Tennessee dan sedang membangun satu lagi di Kentucky. Pernyataan penghentian sementara itu tidak menyebutkan adanya perubahan pada pabrik lainnya.
Pabrik di Carolina Selatan tersebut seharusnya menjual sel baterai ke BMW, yang sedang membangun lokasi perakitan baterainya sendiri di dekat pabrik mobil raksasanya di Greer.
BMW mengatakan penghentian sementara pembangunan oleh AESC tidak mengubah rencananya untuk membuka pabriknya pada tahun 2026.
McMaster memberi tahu orang-orang untuk menunggu, karena para pemimpin negara bagian dan pebisnis sedang berbicara dengan pemerintahan Trump dan semuanya akan berjalan lancar.
"Saya pikir tujuan presiden dan pemerintahan adalah untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat, kemakmuran dan tidak diragukan lagi harus ada perubahan yang dilakukan dalam postur perdagangan internasional kita dan Presiden Trump sedang mengatasinya," ungkap McMaster.