TRIBUNJATENG.COM - Semangat kebersamaan dan pengorbanan menyelimuti 48 titik salat Iduladha Muhammadiyah di Kota Semarang.
Dari pelataran parkir masjid At Taqwa Roemani di komplek Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang hingga halaman masjid At Taqwa Ngaliyan PDM @, di daerah Wates, pinggiran barat Kota Semarang.
Ribuan jamaah Muhammadiyah Semarang merayakan hari raya Iduladha dengan penuh khidmat.
Dalam momen sakral ini, pesan tentang ketaatan, pengorbanan, dan kepemimpinan mengalir dalam khutbah-khutbah yang menyentuh hati, serta didukung dengan pencapaian luar biasa dalam distribusi kurban.
Di komplek masjid At Taqwa Roemani, ratusan jamaah mengikuti salat Iduladha dengan imam sekaligus khatib Wakil Ketua PDM Kota Semarang.Dr. AM Jumai.
Dalam khutbahnya, Dr. Jumai menyampaikan pesan-pesan mendalam yang mengajak umat untuk merenungkan makna kurban dan penerapannya dalam kehidupan sosial, politik, dan kepemimpinan.
Dr. Jumai mengawali khutbahnya dengan mengingatkan jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Hajj ayat 34-35, yang menggarisbawahi pentingnya kepatuhan dan ketaatan pada perintah-Nya, serta kesabaran dalam menghadapi ujian.
Ia mengaitkan hari raya Iduladha dengan simbol pengorbanan yang sejati, yang tidak hanya terbatas pada penyembelihan hewan, tetapi juga pada pengorbanan diri, ego, dan keinginan pribadi untuk tujuan yang lebih besar.
"Kurban adalah simbol kepatuhan total kepada Allah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan anaknya, Ibrahim tidak ragu. Bahkan Ismail, sebagai anak, pun siap untuk dipersembahkan demi menjalankan perintah Allah," kata Dr. Jumai dengan penuh kekhusyukan.
Dr. Jumai juga menekankan pentingnya kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai keikhlasan dan pengorbanan. "Kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan yang mengutamakan nilai-nilai moral dan spiritual, bukan sekadar administratif atau materialistis."
"Kita memerlukan pemimpin yang mampu meneladani sifat Nabi Ibrahim, jujur, adil, dan bertanggung jawab. Kepemimpinan seperti itu yang dapat membawa Semarang, bahkan bangsa ini, menuju kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki," ujarnya.
Dr. Jumai juga mengajak jamaah untuk tidak hanya berkurban pada hari raya, tetapi juga terus menerapkan prinsip pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari. "Kurban bukan hanya untuk hari ini, tetapi harus menjadi bagian dari diri kita. Setiap hari kita harus siap untuk berkorban, baik itu dalam bentuk waktu, tenaga, maupun harta, untuk kepentingan umat dan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.
Pengorbanan Sejati
Sementara itu, di halaman masjid At Taqwa Ngaliyan khatib Ustadz Dani Muhtada, PhD mengangkat tema tentang ketaatan dan pengorbanan sejati yang menjadi inti dari perayaan Iduladha. Dengan merujuk pada kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail, ia menegaskan bahwa pengorbanan sejati bukan sekadar menyembelih hewan kurban, tetapi tentang kesediaan untuk mengorbankan segala hal demi ketaatan pada Allah SWT.
"Iduladha adalah peringatan tentang kepatuhan tanpa syarat. Seperti Nabi Ibrahim dan Ismail yang dengan penuh keikhlasan menerima perintah Allah, kita juga harus meneladani ketundukan mereka yang tidak ragu untuk berkorban demi Allah," kata Ustadz Dani, mengutip Surah As-Saffat ayat 42 yang menceritakan tentang kesediaan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, Ismail, hanya demi memenuhi perintah Allah.
Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren PDM Kota Semarang ini juga mengingatkan jamaah tentang pentingnya menghayati makna pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari. "Kurban adalah simbol. Tetapi makna sesungguhnya adalah pengorbanan diri sepenuhnya kepada Allah, baik itu dalam jiwa, raga, maupun harta. Mari kita introspeksi, apakah kita sudah memberikan pengorbanan yang terbaik bagi Allah?" tambahnya.
Ia melanjutkan dengan menyampaikan bahwa pengorbanan bukan hanya terkait dengan ritual semata, namun juga mencakup aspek kehidupan lain. Seperti mengendalikan amarah, menahan ego, dan berbuat baik kepada sesama.
"Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Furqan ayat 63, 'Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Pengasih itu adalah mereka yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menghampiri mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.' Ini adalah bentuk pengorbanan yang sering terabaikan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Ustadz Dani mengajak jamaah untuk terus memperkuat tali silaturahmi dan rasa empati. "Hari ini, kita berbagi daging kurban, tetapi lebih dari itu, kita berbagi kasih sayang dan kepedulian. Idul Adha adalah momen untuk berbagi bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk hati yang tulus untuk sesama," tambahnya.
Pencapaian Kurban Muhammadiyah Semarang
Sementara itu, Muhammadiyah Kota Semarang melalui Lazismu terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas dampak sosial dari Idul Adha. Hingga Jumat 6 Juni 2025, Muhammadiyah Kota Semarang berhasil menghimpun 178 ekor sapi, 228 kambing sebagai hewan kurban. Nilai total 400 hewan kurban itu mencapai Rp 5.837.116.500.
"Semua hewan tersebut akan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk merasakan berkah Iduladha," tandas Ketua BP Lazismu Kota Semarang, H. Agus Alwi Mashuri, S.Sos, M.Kom.
Selain jumlah hewan di atas, tambah Agus Alwi, pihaknya juga mengumpulkan dana kurban untuk diolah menjadi kornet rendang (program rendangmu). Program ini digunakan sebagai stok pangan hewani untuk memerangi stunting dan menyiapkan makanan siap santap di saat bencana. Jumlah dana kurban rendangmu hingga Jumat (6/6/2025) mencapai Rp. 440.500.000, terangnya. (*)