Serba-serbi Sambutan Megawati di Pameran Foto Guntur Soekarnoputra
kumparanNEWS June 08, 2025 09:42 AM
Suasana Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (7/6), tampak lebih semarak dari biasanya. Deretan karangan bunga dan dentingan musik etnik menyambut para pengunjung yang datang silih berganti.
Siang ini, Galeri Nasional menampilkan potret perjalanan hidup dan sejarah lewat lensa Guntur Soekarnoputra.
Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri—adik Guntur, menjadi salah satu tamu kehormatan yang hadir dalam pembukaan pameran bertajuk Gelegar Foto Nusantara 2025: Potret Sejarah dan Kehidupan itu.
Pameran ini menampilkan sekitar 550 foto karya Guntur, yang dikumpulkan dari perjalanannya memotret selama 69 tahun. Ini sekaligus memperingati bulan lahir Bung Karno, Presiden pertama RI.
Sambutan Megawati
Perbesar
Megawati Soekarnoputri dan Guntur Soekarnoputra saat pameran fotografi Guntur Soekarnoputra di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (7/6/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Dalam sambutan pembukaan pameran foto karya Guntur Soekarnoputra, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, menyentil soal minimnya pemahaman sejarah di kalangan masyarakat.
“Republik ini dibangun dengan susah payah, penderitaan, air mata, dan lain sebagainya. Sampai pendirinya diperlakukan seperti itu,” ujar Megawati di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (7/6).
“Ingat, kalau tidak ada yang berani berbicara, yang namanya Proklamasi enggak ada, kalian ini masih jadi budak-budak,” kata Megawati.
Ia menegaskan, tanpa perjuangan tokoh-tokoh seperti Bung Karno dan Bung Hatta, rakyat Indonesia mungkin masih dijajah.
Pesan Mega untuk Perempuan
Perbesar
Megawati Soekarnoputri dan Guntur Soekarnoputra saat pameran fotografi Guntur Soekarnoputra di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (7/6/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri menyampaikan pesan tegas kepada kaum perempuan. Megawati meminta perempuan masa kini tidak hanya fokus pada penampilan luar.
“Coba bayangkan, saya tiap hari baca medsos, media, saya prihatin sekali, kaum ibu kita (Kartini) sekarang maunya apa toh yo? Coba, tolong pikirkan,” kata Megawati.
“Perempuan sekarang aku melihatnya, boleh lah mejeng, pakai apa yang namanya itu, glowing-glowing itu masyaallah, aku bilang iya loh, ya boleh lah glowing-glowing, tapi kan juga pintar,” ujar Megawati.
Ia menyinggung banyaknya perempuan yang hanya sibuk mempercantik diri, tetapi lupa pada semangat perjuangan perempuan-perempuan terdahulu seperti RA Kartini dan Laksamana Malahayati.
“Kenapa? Hanya memulas di luarnya saja. Tapi mana kalau ada seperti Ibu, saya selalu manggilnya Ibu Kita Kartini, Laksamana Malahayati, itu bukannya nama, dia adalah Laksamana Malahayati, yang waktu itu menggantikan bapaknya yang terbunuh. Lihat sejarah, lihat sejarah,” ucap Megawati.
Megawati menegaskan pentingnya perempuan Indonesia punya kecerdasan, integritas, dan kebanggaan terhadap bangsanya.
Megawati Geram ke Ibu yang Buang Bayi
Perbesar
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan pada acara pemberian penghargaan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025 di Jakarta, Kamis (8/5/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Megawati menyuarakan kemarahannya terhadap fenomena ibu-ibu yang tega membuang bayinya sendiri. Megawati mempertanyakan nurani keibuan para perempuan yang melahirkan namun tidak memelihara anaknya.
“Saya pernah jadi sukarelawan lho, untuk tahu kehidupan manusia sebelum masuk politik. Banyak anak-anak bayi dibuang. Saya tidak tahu perasaan kaum perempuan sekarang-sekarang,” kata Megawati.
Ia mengaku tidak habis pikir dengan sikap sebagian ibu yang rela mengandung, tapi akhirnya justru menelantarkan anaknya.
“Untuk apa kalian mau mengandung tapi tidak mau memeliharanya? Apa ini? Pancasila,” ujarnya.
“Jadi kalau kamu hanya lip service dengan Pancasila, kalau saya sih, go to hell. Iya, betul,” kata Megawati.
Megawati sebelumnya juga menyinggung soal TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 yang dinilainya telah mematikan “roh manusia” karena ayahnya, Presiden Pertama RI, Soekarno, tidak pernah diadili secara hukum.
“Karena apa? TAP ini hanya mematikan roh manusia. Bapak saya tidak diadili, kontradiktifnya luar biasa. Kalau orang pada waktu itu sering bilang begini, ‘Tentu saja ibu membela bapaknya’, Saya tunjuk orang itu, apakah kamu mau ganti bapak? Karena bapak kamu dibeginikan, saya tidak mau, kalau kamu boleh,” ujar Megawati.
Menurutnya, anak-anak yang tidak membela orang tuanya adalah bentuk pengkhianatan. Ia lalu mengaitkannya dengan persoalan nurani ibu yang seharusnya melindungi anak, bukan justru membuangnya.