Peneliti Unnes: Gangguan Kesehatan Jangka Panjang Ancam Kesehatan Balita
Wahyu Aji June 08, 2025 04:32 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Semarang (UNNES) mendapati kesalahan konsumsi susu pada balita masih ditemukan di sejumlah kecamatan di Kota Semarang.

Salah satunya, penggunaan kental manis sebagai susu untuk balita dapat meningkatkan resiko penyakit tidak menular (PTM), mulai dari diabetes hingga gangguan ginjal pada balita.

Peneliti Unnes Dr. Mardiana, S.KM., M.Si. mengatakan baru-baru ini pihaknya sedang melakukan penelitian tentang status kesehatan balita yang mengonsumsi kental manis sebagai susu.  

"Kental manis berbahaya karena tinggi gula. Efeknya ke depan jadi sangat riskan. Bisa jadi pre-diabetesnya meningkat atau gangguan kepada ginjalnya," ucap Mardiana melalui keterangan tertulis, Minggu (8/6/2025).

Selain dampak kesehatan, hal lain yang juga ingin diungkap Mardiana adalah faktor penyebab kebiasaan tersebut.

Ia menduga, pola asuh orang tua turut berperan dalam kesalahan konsumsi susu pada balita ini. 

Di kawasan Tanjung Mas misalnya banyak balita diasuh oleh nenek karena orang tua mereka harus bekerja.

Hal itu membuat kental manis menjadi pilihan karena selain murah, namun yang utama praktis sehingga tidak terlalu merepotkan.

Sementara di Sukorejo, meski sebagian besar balita diasuh oleh orang tua masing-masing, namun konsumsi makanan yang bergizi dan tepat tidak menjadi perhatian. Dalam penelusuran lebih lanjut, banyak orang tua yang belum paham akan kandungan gula yang tinggi pada kental manis.

“Mungkin salah satunya itu ya. Sehingga informasinya belum semuanya tersampaikan ke seluruh masyarakatnya,” kata Mardiana.

Sementara itu, Anggota DPRD Kota Semarang Fraksi PDIP Michael mengatakan pemerintah daerah memiliki perhatian serius berbagai isu gizi dan kesehatan pada balita.

Itu terlihat dari visi Kota Semarang dalam menekan angka stunting menjadi 0 persen.

“Mengatasi permasalahan gizi pasti jadi perhatian. Karena Kota Semarang, kita punya target untuk stunting supaya bisa nol di Semarang,” katanya.

Meski begitu, Michael menyebut permasalahan kental manis harus didorong pada di tingkat nasional.

Penyebabnya tidak lain keterbatasan wewenang daerah dalam mengatur konsumsi kental manis.

Oleh karena itu, Dia menyarankan pendekatan  memperkuat edukasi melalui Puskesmas dan juga Posyandu. Sebab, kedua instrumen kesehatan tersebut memiliki kontak langsung dengan masyarakat. 

“Sekali lagi perlunya edukasi [kental manis]. Kalau mau didorong jadi Perda, itu kan produk nasional ya,” kata Michael.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.