TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk periode 6 hingga 12 Juni 2025.
Meskipun beberapa wilayah Indonesia telah memasuki masa transisi menuju musim kemarau, potensi cuaca ekstrem perlu diwaspadai.
Seperti, hujan lebat, angin kencang, dan petir, tertuama di wilayah utara dan timur Indonesia.
Dikutip dari BMKG, secara umum, cuaca di Indonesia didominasi berawan hingga hujan ringan. Namun, potensi hujan sedang hingga lebat terjadi di wilayah:
Cuaca relatif lebih cerah, namun beberapa wilayah masih berpotensi hujan sedang hingga lebat:
Hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi dalam sepekan terakhir. BMKG mencatat hujan sangat lebat dengan intensitas antara 100–150 mm/hari di beberapa lokasi:
BMKG memperkirakan bahwa Indeks Monsun Australia akan mulai menguat dalam sepekan ke depan.
Ini menandakan masuknya aliran udara kering ke wilayah selatan Indonesia, memicu potensi berkurangnya curah hujan di daerah-daerah tersebut dan memperluas cakupan wilayah yang memasuki musim kemarau.
Namun demikian, kombinasi gelombang atmosfer seperti Low Frequency, Kelvin, dan Rossby Ekuatorial akan tetap aktif, berpotensi menimbulkan hujan lokal di beberapa wilayah, terutama pada siang hingga sore hari.
Pemutakhiran awal musim kemarau tahun ini menunjukkan bahwa kemarau datang lebih lambat dibandingkan prediksi Februari 2025.
Di Pulau Jawa, awal musim kemarau bergeser 3–5 dasarian (sekitar 30–50 hari), sementara di Bali dan Nusa Tenggara, pergeseran terjadi 2–4 dasarian.
Meskipun terjadi keterlambatan, puncak musim kemarau tetap diprediksi berlangsung pada Juli hingga Agustus 2025.
Namun, durasi kemarau secara umum diperkirakan lebih pendek dibandingkan normal, meskipun sebagian kecil wilayah mungkin mengalami musim kering yang lebih panjang.
(Farra)